The Beginning
"Selamat ulang tahun, aku ucapkan. Selamat sejahtera aku kan doakan. Selamat panjang umur, dan bahagia~"
"Yeay!!"
*Fyuhhh
*Prok prok prok
"Selamat ulang tahun diriku sendiri,"
Seorang gadis dengan bibir tersenyum lebar masih terdiam menatap cupcake blueberry dengan lilin berangka 22 telah padam di depannya.
Perlahan senyumnya pudar. Ia beralih menatap sebuah figura yang menampilkan seorang wanita cantik tengah tersenyum manis.
"Udah 22 tahun aja ya. Bunda di sana apa kabar? Bunda di sana bahagia kan? Bunda senyum kan?" sudut bibir gadis itu terangkat kembali "Aku ngga akan nangis lagi. Aruna udah dewasa, udah ngga cengeng,"
*Tok tok tok
Suara ketukan pintu mengalihkan perhatian si gadis. Dahinya berkerut menatap pintu yang tertutup "Siapa ya?"
Ia pun bangkit dari duduknya kemudian menghampiri pintu itu. Tanpa pikir panjang ia membuka pintu itu
"Sia--"
*Plok
"HBD BABI!!!"
Mata sang gadis terpejam saat sebuah kue mendarat mulus di wajahnya. Perlahan ia membuka matanya. Menatap datar gadis lain yang berdiri di depannya dengan tawa yang begitu menyebalkan.
"Hahahaha, anjirr muka lo Bi!! Sini sini, kita selfi dulu,"
Gadis itu hanya memasang wajah datarnya saat teman biadabnya itu mengarahkan kamera ke mukanya yang penuh krim. Tanpa dosa, temannya itu bergaya bagai mbak-mbak jamet dengan bibir maju-maju minta dipukul.
"Sekali lagi selamat ulang tahun Babiku cayankkk!!"
Senyum gadis itu terpatri di balik krim- krim yang menutupi wajahnya. Ia memegang bahu temannya yang masih saja tertawa.
"Makasih Anjing. Cini cini, tium duyu," ia segera mendekatkan wajahnya ke wajah temannya lalu mengecup pipi temannya berkali kali.
*Chup
*Chup
"ARUNA BABI!! MUKA GUE JUGA KENA!!!"
Setelah selesai dengan semua kekacauan tadi, kedua gadis itu sudah membersihkan diri dan kini sang tuan rumah tengah berada di dapur membuatkan sesuatu untuk tamu tak diundangnya.
"Put, goreng apa rebus??" tanya gadis itu sedikit teriak
"Karena gue tim goreng. So, gue mau yang rebus yah. Pake telor setengah mateng,"
"Lah kocak, katanya tim goreng. Malah minta rebus," gadis itu menggelengkan kepalanya "Temen siapa sih?"
"Oh iya, Aruna sekalian kasih cabe ya. Dikit aja, nanti gue jadi cabe-cabean lagi kalau banyak,"
Gadis bernama Aruna itu memutar bola matanya malas "Udah minta, banyak mau lagi," gerutunya seraya mengambil cabe dari lemari es.
Tak lama, 2 mangkok mie instant rebus pun telah siap. Aruna membawanya menuju temannya yang tengah asik rebahan sambil main ponsel di ruang tengah.
"Silakan Tuan Putri," ucap Aruna meletakkan 1 mangkok dekat temannya.
Temannya langsung duduk kemudian menarik mangkok itu lebih dekat "Jangan panggil gitu ah,"
"Kenapa? Lo ngga suka ditinggikan yah? Ihhh temen gue kok bijak sih," balas Aruna dengan sedikit pujian.
Temannya itu menggeleng sembari mengaduk mie instantnya "Bukan. Gue mah seneng ditinggiin. Tapi kalau mau ninggiin gue jangan panggil Tuan Putri. Nama gue aja Putri. Lo panggil gitu, gue berasa jadi bapak bapak,"
Mulut Aruna terbuka, ia menggelengkan kepalanya pelan "Nyesel gue muji lo tadi,"
Putri terkekeh kemudian mulai menikmati mie instant favorit sejuta umat tersebut. Aruna pun juga menikmati mie rebusnya sambil memeriksa ponselnya.
"YESS!!"
"Uhuk uhuk. Minum woe!!" ucap Putri sambil memegangi dadanya.
Aruna buru buru memberikan segelas air yang tadi ia ambil. Putri menerimanya kemudian meneguknya tergesa hingga membasahi bajunya.
"g****k yu, mau bikin gue modar?!" Putri ngegas sambil mengusap kasar dagunya yang basah.
Aruna menunjukkan cengiran tanpa dosanya "Hehe, ngga gitu Njing,"
"Terus tadi kenapa teriak Bi?"
Aruna menunjukkan sebuah pesan di ponselnya kepada Putri "Gue diterima kerja,"
"Hah? Serius?!"
Aruna mengangguk "Iya Njing, ahhh akhirnya,"
"Aaa Babiku akhirnya!! Cini peyuk duyu," mereka pun berpelukan bagai drama FTV.
"Keterima dimana Bi?" tanya Putri setelah melepas pelukan keduanya.
"Di perusahaan Adhyaksa Corp,"
"Wahh gila, perusahaan gedhe tuh. Ahh Babiku pinter banget sihh," gemas Putri sambil menarik narik pipi Aruna
Aruna hanya diam saja menerima apa yang dilakukan temannya ini pada pipinya yang memang cukup berisi.
"Kapan mulai kerja?"
"Minggu depan,"
Putri tersenyum sumringah "Gimana kalau kita rayain?"
"Rayain?"
"Iyaa, kita jalan jalan. Gue traktir,"
Aruna ikut tersenyum lebar "Gratisan gaskeun atuh!!"
"Okay, lets go!!"