Pagi itu Kinan kembali berjalan menuju kantor dengan melewati taman kota. Matanya berbinar saat melihat bunga daisy yang tergeletak di jalanan. Selama perjalanan, ia mengulang aktivitasnya kemarin. Kinan membuang kelopak demi kelopak bunga itu, "Mungkin? Tidak mungkin? Mungkin? Tidak mungkin? Mungkin? Tidak Mungkin? Mungkin? Tidak Mungkin? ..." Saat kelopak tersisa satu, mulutnya mengucap, "Mungkin?" Kinan menahan senyumnya, "Fix. Semua itu mungkin saja. Aku lebih percaya bunga daisy ini daripada si Dianti." Ia menutup mulutnya dengan kedua tangannya dan tergelak. Ah, kamu ada ada saja Kinan. Apapun yang akan terjadi, terjadilah... *** Respati mengajak Tikta untuk berjalan menuju ruangannya dengan melewati taman belakang kantor. Matanya diam diam melirik ke arah taman dan berha