Part 5

1278 Words
            Hanya ada satu cinta untukmu..             Biarpun bumi bergoncang, api membakar jiwa.             Air meneggelamkan jasad.             Namun hanya kau yang aku ingat   Hanya kamu yang menduduki singgasana hatiku Kau mampu membuat jantung ini berdetak penuh cinta Napas ini penuh kasih sayangmu Dan raga ini bahagia oleh senyum manismu..               Tapi.. Semua itu sirna termakan waktu dan kebodohanku             Aku yang menyia-nyiakan kamu.             Hingga kau perpaling dari aku.             Menyinggahi hati yang lain untuk kau selami..   Betapa bodohnya diriku ini. Saat aku sadar ternyata kau sangat berarti.                                                                                                             -Reno Van Diego-               Hari Pertama Persami.             Semua para calon mahasiswa sudah berada dalam perjalanan menuju tempat persami, sebuah gunung yang sering di kunjungi perkemahan di Bandung. Di sini calon mahasiswa akan di latih semuanya. Perkemahan ini bukan sembarang perkemahan. Acara ini di adakan dengan tujuan melatih mental dan keberanian mahasiswa di alam terbuka. Mereka akan di uji dari mulai membuat tenda, api unggun, tali temali, membuat tandu, sandi-sandi pramuka, pertolongan pertama dan sebagainya.             Dalam perjalanan persami Reno menuliskan beberapa puisi di note smartphone nya. Sebetulnya selain ia ingin sekali menjadi dokter, Reno juga sangat pandai membuat kata-kata romatis, puisi, cerita dan sangat menyukai sastra. Sayangnya semua itu hanya sekedar hobinya yang tak mungkin menjadi impian.             Sejak tadi Reno melihat ke bangku sebelahnya. Yup. Ada Renatha dan Alzi di sana. Terlihat sekali Alzi sangat perhatian pada Renatha. Mereka layak pasangan serasi yang tak terpisahkan. Perih rasanya Reno melihat itu. Ia mencoba memejamkan mata namun yang ada malah wajah Renatha yang terbayang. Rasa perihnya menyelusup hingga menyesakkan dadanya. Bahkan sepertinya ia ingin mati saja dari pada ia harus melihat pujaan hatinya bermesraan dengan orang lain di hadapan dirinya.             “Sumimasen, jikan wo oshiete itadajemasen ka? (Permisi, bisakah kamu memberi tahu aku pukul berapa sekarang?)” tanya Kira mencoba mengalihkan perhatiannya dari Renatha. Kebetulan Kira sebangku dengan Reno. Kira juga tahu tentang Renatha. Berkat Kira lah Reno bisa berada di Indonesia sekarang.             Sejenak Reno langsung melirik jam tangannya, “Goji nijuugofun desu, (Pukul setengah enam kurang lima),” jawab Reno singkat. Sengaja mereka semua berangkat pagi-pagi agar tidak terlalu siang sampai perkemahan.             “Chotto tsumaranai desu. Amari suki jya arimasen. (Sedikit membosankan. Saya tidak terlalu menyukainya)” ceplos Kira terus memancing pembicaraan dengan Reno yang dari tadi asik menonton kemesraan Renatha dan Alzi. Reno hanya melirik Kira kemudian ia kembali melihat Renatha. “Aiisshh.. sono eiga no jouei jikan wa dono gurai desu ka? (Aiisshh.. Berapa lama film ini di putar?)” Kira sedikit kesal.             Reno menarik napas panjang,”Ahh Hai, Kira gomenasai, (Iya, Kira maafkan saya). Gue masih engga percaya aja masih bisa ketemu dia di sini,” Reno mengakhiri berbahasa Jepanngnya bersama Kira. Reno memang bisa menguasai beberapa bahasa termasuk bahasa Jepang. Kira memang selalu mengajak Reno berbicara bahasa Jepang.             “Ya ya ya, Gue tahu Ren itu semua berat buat lo. Tapi ingat lo harus move on. Bangkit dari keterpurukan lo, damai sama masa lalu lo. Semoga aja takdir bisa mengembalikan lo sama Renatha lagi,” Kira mecoba menghibur sahabatnya yang penuh lara itu.             “Gomenasai.. gomenasai.. (Maaf.. Maafkan aku) Re, ini semua salah gue,” bisik Reno pelan, hanya Kira yang bisa mendengarkan itu. Renatha telah tidur di samping kekasihnnya yang baru. “Arigatou Kira, gue mau coba buat tidur dulu,”             “Doitashimasite. Hai, wakarimashita. (Terimakasih kembali. Iya, baiklah)” Kira mengakhiri percakapannya dengan Reno. Sedangkan Reno mencoba memejamkan matanya. Mungkin saja tidur bisa melupakan sejanak rasa sakitnya yang menyiksanya sedari tadi.   ********               Matahari pagi mulai tersenyum, semua mahasiswa di sibukkan membuat tenda masing-masing. Satu tenda berisikan empat orang. Cowok dan cewek di pisah pastinya. Tapi tetap team mereka haya berdirikan dua orang saja. Renatha satu tenda dengan sahabat-sahabatnya. Sedangkan Reno satu tenda dengan Kira dan teman-temannya.             “Tha, gue kira lo dah putus sama Alzi. Ternyata..” Silvi membuka percakapan setelah semua selesai mendirikan tenda.             “Sorry yah Vi, sebenernya alasan terkuat gue buat pindah ke Bandung adalah Alzi. Gue ga mau, kalo harus LDR-an lagi. Lo tahu kan akhir dari pacaran jarak jauh?” jelas Renatha. Sudah satu tahun Renatha berpacaran dengan Alzi. Memang sempat di kabarkan putus. Tapi ternyata Renatha memang merahasiakan hubungannya dengan Alzi dari sahabat-sahabatnya. Bukannya apa-apa, Renatha hanya ingin semua itu jadi privasi sendiri.             “Jangan bilang Alzi cuma pelampiasan lo aja?” tanya Inti seperti biasa suka langsung ceplas ceplos, tanpa di pikirkan dulu. Renatha menggeleng keras, “Engga lah gue cinta kok sama Alzi,”             “Yakin Tha? Gue tahu bener, lo cinta banget sama Reno. Apa engga sebaiknya kamu dengerin penjelasan Reno dulu?” saran Inka.             “Iya Tha, menurut gue Reno nyesel banget loh. Tadi aja gue lihat, dari tadi pagi dia lihatin lo terus. Dari mulai naik bus, di bus sampe tadi kita buat tenda. Lo ga kasian apa sama dia?” dukung Silvi sedikit geregetan.             “Emang kalian engga kasian sama gue? Gue frustasi. Gue hampir gila karena nungguin Reno! Lo semua tahu kan semua itu engga mudah bagi gue? Sampe Alzi dateng di kehidupan gue. Gue merasa hidup lagi. Gue merasa berarti lagi. Harusnya lo semua faham dong sama keputusan yang gue ambil, please Reno itu cuma masa lalu gue,” mata Renatha mulai berkaca-kaca.             “Ya ampun Tha, maafin kita. Engga seharusnya kita maksain perasaan lo kaya gini. Kita ini sahabat lo. Apapun keputusan lo kita dukung kok,” Inka merasa bersalah.             “Iya Tha maafin gue juga. Gue tahu ini berat buat lo. Saara din bit jaaye saari raat jagaaye, bas khayal tumhara lamha lamha tadpaaye (Siang dan malam dia pasti menyiksa pikiranmu),” Inti memelas dan mulai mengeluarkan bahasa Indianya itu yang belum tentu Renatha dan Silvi tahu artinya.             “Kebiasaan deh Ti, speaking Indonesia oke? Ya dah Tha moga aja Alzi itu bukan pelampiasan lo. Satu pesen gue, jangan sampe lo salah pilih. Lo engga mau kan nyesel buat yang kedua kalinya. Seengganya Tuhan punya cerita sendiri yang di gariskan buat lo sama Reno. Gue pergi dulu mau ambil persediaan makan di tenda makanan,” Silvi memang selalu mendukung Reno dan Renatha. Entah apa yang membuatnya tidak suka dengan kehadiran Alzi di kehidupan Renatha. Padahal jelas-jelas selama setahun ini Renatha kelihatan bahagia sekali bersama Alzi.             “Kenapa sih dia harus hadir lagi dalam hidup gue? Gue sayang banget sama Alzi. Harusnya masa lalu itu berada di tempatnya aja. Jangan pernah kembali ke masa depan,” Inka memeluk erat sahabatnya. Sedangkan Inti mengelus-ngelus halus punggung Renatha. Ia tahu betul sahabatnya ini sangat terluka. Apa enaknya di tinggal saat sayang-sayangnya. Mungkin saja Alzi adalah jawaban atas do’a Renatha. Semoga Alzi bisa menjadi penyembuh hati Renatha yang terluka.   ********               “Kita harus ngumpulin beberapa point selama seminggu ini. Pesiapan lo dah lengkapkan?” tanya Reno pada Renatha. Dia sudah mulai membiasakan diri berbicara lo-gue dengan Renatha.             “Siap, lo sendiri?”             Reno menganguk, “Oke rute kali ini ga begitu berat. Kita harus cari tanaman obat buat pertolongan pertama nanti. Kompas sama petanya lo yang pegang aja,” Reno menyerahkan Peta dan kompasnya pada Renatha.             “Kita cari jenis Zingiberis sama Folium aja dulu. Lo kan calon dokter, tahu kan gimana cara ngolahnya?” Renatha memberikan saran.             “Oke,  kayanya lebih banyak Folium deh di bandingkan Zingiberis. Tenang aja selama di New York gue sering eksperimen tentang tanaman obat. Ada temen gue dari China yang sering ngajarin gue tentang pengobatan tradisional China. Nanti gue ajarin, catetan ramuannya udah gue catet,” terangnya.             “Lo engga lupa bawa obat-obatan lo kan?” tanya Renatha dengan hati-hati. Reno hanya mengangguk tanpa mengiyakan pertanyaan Renatha. Semoga saat menjalankan misi ini berjalan lancar semuanya.             “Bagus. Lo siap buat hari pertama ini?” Renatha memastikan.             “Ayoo!!” Bagaimana hari pertama persami mereka? Apakah Reno dan Renatha akan menjadi team yang solid?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD