2. Lion

1022 Words
"Besok berangkat sekolah bareng kakak!" ucap Lion kepada Liana yang tengah memakan mie instan di ruang TV. Liana berbinar senang. Tumben sekali Lion mengajaknya berangkat bareng. Mereka memang satu kelas, tapi jarang mereka berangkat bersama. Karena Liana selalu diantar jemput Bima. Kalau Bima sibuk, pasti dijemput Kevin. "Beneran kak? Tumben." "Gak apa-apa. Habisin makanannya. Habis itu tidur. Ini udah jam delapan." Liana cemberut. Jam delapan sudah disuruh tidur. Padahal ia menanti serial korea kesukaannya. Lion menemani Liana memakan Mie yang sengaja dilambat-lambatin. Liana melirik kakaknya. Dalam hati ia ingin mengusir Lion, tapi ia takut akan lebih merenggangkan hubungan mereka. Saat Mie Liana habis, Lion segera mematikan Tv. Menyeret adiknya menuju kamar. Ia akan memantau adiknya agar segera tidur. Ia tau tabiat Liana yang sering begadang karena drakor. Kalau gak gitu, pasti adiknya tengah video call-an dengan Bima. "Kakak keluar gih! Aku mau tidur." Usir Liana. "Kakak temenin. Kamu cepetan tidur!" ucap Lion santai. Ia mematikan lampu utama, menyalakan lampu tidur untuk Liana. Lion juga mengusap-usap kepala Liana agar adiknya cepat tidur. Dalam hati, Liana sangat bahagia diperhatikan oleh Lion. Ia jadi teringat masa kecilnya. Lion yang lebih disayang kakeknya. Lion yang selalu dikasih uang lebih dan menjadi cucu kesayangan kedua kakeknya, tapi, Lion selalu memberikan uangnya pada Liana. Lion kecil juga sangat menyayangi dirinya. Mengajari sepeda mengajari berenang dan banyak hal yang mereka lakukan berdua. Lama kelamaan Liana tertidur. Napasnya jadi teratur. Lion terkekeh pelan, mengecup kening adiknya.  "Selamat tidur adikku yang manis," bisik Lion membenarkan selimut Liana. Sebelum keluar, ia mematikan ponsel Liana. Disisi lain, Bima tengah misuh-misuh karena telfonnya tidak diangkat Liana. Tidak biasanya Liana me-nonaktifkan data internetnya. Rencananya ia akan mengajak Liana ke pagelaran musik, tapi Liana tak bisa dihubungi. Seharian ini, Liana telah beberapa kali membuatnya emosi. Pertama saat lupa menemaninya latihan, kedua saat pulang tanpa sepengetahunnya dan ketiga saat gadis itu tidak bisa dihubungi. Liana juga tidak memberi kabar sejak pulang latihan. "Kamu kenapa sih? Ngomel mulu!" tanya Husein yang heran melihat putranya yang tengah misuh-misuh. Bima hanya meliriknya acuh. "Persis kayak emaknya." celetuk Husein yang membuat Rara mencubit perutnya kesal. Kevin yang melihat ketiga tingkah keluarganya juga hanya acuh. Ia melanjutkan Vidio call nya dengan pacar nomer dua nya. Tanpa Bima ketahui, daritadi Kevin juga sibuk menghubungi Liana, tapi tidak juga tersambung. Ia bersikap biasa aja dengan Liana agar orang lain, terutama Bima, tidak menyadari rasa sukanya kepada Liana. Memang yang namanya persahabatan laki-laki dan permpuan, tidak ada yang tidak mungkin saling memiliki rasa. Seperti saat ini. Kevin dan Bima terlibat dalam rasa mencintai satu gadis yang sama. Yaitu sahabatnya sendiri, Liana. Kalau Bima terang terangan peduli pada Liana, tidak dengan Kevin yang seolah tidak peduli. Kevin tidak ingin persahabatan mereka hancur. Apalagi Bima adalah saudaranya. Ia tak mau hubungan kakak adik juga hancur. Biarlah ia menekan perasaan sukanya dengan berpacaran dengan perempuan lain. Entah sampai kapan ia dan rasa sukanya bersembunyi. Keesokan paginya, Bima datang ke rumah Liana untuk menjemput gadis itu sekolah. Namun, satpam rumah Liana bilang, kalau Liana sudah berangkat sepuluh menit yang lalu dengan Lion. Di perjalanan, Bima tak berhenti mengumpat. Awas saja Lion. Dari kemarin pun, Liana tetap tidak bisa dihubungi. Itu semua karena Lion menyembunyikan hp Liana. "Kak. Aku lupa gak bawa hp nih!" rengek Liana saat jam istirahat. Ia duduk disamping kakaknya yang tengah makan bekal dari mamanya. Sesekali Lion akan menyuapi adiknya. Liana sangat susah disuruh makan nasi. Mintanya mie terus sampai tiap hari ngeluh sakit perut. Kalau enggak gitu pasti akan minta brownis dan ngeluh sakit gigi. "Pakai hp kakak!" ucap Lion menyerahkan Hp nya. Ia pikir Liana akan membuka aplikasi n****+ favorit nya. Memang Liana salah satu ratu halu. Ia selalu bilang ingin ketemu dan menikah dengan seorang billionire yang punya pesawat pribadi. Ia bisa jalan-jalan keliling dunia dengan mengandalkan uang suaminya. Lion peduli dengan adiknya. Maka dari itu dia juga ikut mendownload aplikasi n****+ online itu, Lion juga menyetok koin untuk adiknya agar saat baca tidak bingung membeli koin. Lion melakukan itu agar kalau Liana kehabisan baterai Hp, bisa meminjam padanya. Walau itu sangat langka terjadi. Dengan segera Liana mengambil Hp Lion. Ia membuka w*****p. Ia lupa dari kemarin belum menghubungi Bima. Pasti pria itu sekarang sedang marah. Tanpa sepengetahuan Lion, Liana mengirim pesan pada Bima. Mengatakan kalau ia lupa menaruh Hp nya sehingga ia tidak bisa dihubungi. Bima memandang kesal ke arah HP-nya. Alasan Liana sangat tidak masuk akal. Bima membanting buku nya yang tebal. Ingin sekali ia menghampiri Liana sekarang juga. Menyeret Liana dari Lion. "Lo kenapa Bim?" tanya Ava sambil memainkan sedotan es. Bima tak menanggapinya. Pikirannya terus berpusat pada Liana. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas. Satu jam lagi Liana pulang. Dengan cepat, Bima mencangklong tasnya. Ia harus cepat sampai ke sekolah Liana. "Bim, masih ada satu kelas lagi!" teriak Ava sama sekali tak bisa menghentikan langkah Bima. Bima si keras kepala itu segera memasuki mobilnya. Tancap gas menjemput Liana. Sudah lebih dua puluh menit Bima menatap tajam pintu gerbang SMA Garuda. Menanti gadis pujaannya keluar dari sana. Akhirnya lama menunggu tak membuat sia-sia. Liana keluar gerbang dengan menenteng buku-bukunya. Dengan cepat Bima keluar untuk menemui Liana. "Liana!" panggil Bima membuat Liana menoleh. Liana langsung berlari menghampiri Bima. Ia kangen dengan pria itu.  "Kak Bima aku kangen!" ucap Liana manja. Bima yang awalnya berniat memarahi Liana jadi tersenyum juga. Ia suka Liana yang manja. Hampir saja Liana memeluk Bima, tapi Bima mencegahnya. Masih di lingkungan sekolah tidak enak dilihat orang. Alhasil, Liana cemberut karena merasa ditolak. "Kamu kemana aja kok gak hubungi aku?" tanya Bima mengusap rambut Liana.  "Hp aku ilang kak. Lupa naruh." jawab Liana. "Yaudah ikut aku. Kita beli hp baru." "Liana ayo pulang!" teriak Lion dari atas motornya. Pria itu menatap tajam adiknya. "Maaf, tapi Liana pulang sama aku. Mau beliin hp baru buat Liana." ucap Bima dengan tajam. "Liana gak butuh Hp. Hp nya masih ada," ucap Lion. "Hp Liana hilang." "Biar aku yang belikan!" ucap Lion tak mau kalah. Ia bersiap turun dari motor. Ingin Menyeret adiknya pulang. Namun ia kalah cepat. Bima sudah menyeret terlebih dulu Liana. Memasukkan Liana dalam mobil. "Sampai jumpa lain waktu, Lion." ujar Bima tersenyum miring. "WTF!!" umpat lion memukul motornya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD