"Papa?" Bara mendongak, tersenyum tipis lalu menutup koran yang dibacanya. Retina matanya menatap sosok Damar yang berdiri di samping Abhi terlihat kacau sama seperti keadaan putranya. "Kenapa Papa ada di sini dan Mama?" "Mama kamu pingsan karena kelelahan." Setelah Papa menidurinya. Lanjut Bara dalam hati. "Papa sekarang pemilik butik tempat Mama kamu kerja. Kemarin mama kamu pingsan, lalu Papa panik sampai ponsel Papa ketinggalan di butik, Papa meminta perawat menghubungi kamu pakai ponsel Mama kamu." "Abhi tau Papa benci Mama. K—kenapa bisa?" "Kami memutuskan berdamai, Abhi. Untuk kamu dan adikmu." Pandangan Abhi pun tertuju pada Anna yang masih terlelap. Remaja jangkung itu mendekati bangsal Anna diikuti Damar. Bara tidak ambil pusing dan mulai duduk di tempatnya. Beberapa menit k