RUNAWAY

787 Words
Nicholas Villa PoV Sudah dua hari semenjak aku mengantarkan Sapphira pulang. Ia tak muncul di kampus. Aku mencoba mencarinya. Banyak temannya berkata bahwa Sapphira selama ini masuk. Tapi, kemana dia?  Apa dia menghindariku? "Hoi! Ngelamun aja!", seru Raphael membuatku terkejut. "Sialan!", "Kau kenapa?", tanya Dimitri. "Dia tidak bisa menemui gebetannya", sahut Clarissa membuat semuanya menoleh kearahnya. Termasuk aku menatapnya tajam. "Gebetan?", tanya Raphael kearah Clarissa. Gadis itu hanya mengangkat bahunya."Tanya sendiri sama orangnya", jawabnya acuh sambil membaca majalah. "Oh.. Aku tahu. Dia pasti gadis yang kau antar setelah perlombaan?", tanya Dimitri sambil menyipitkan matanya. Aku mengangguk, "Yah. Dia tetangga Calvin", "Apa dia cantik? Cantik mana dengan Brianna?", "Cantik Sapphira", jawabku asal. Aku sendiri tidak tahu cantik yang mana. Keduanya sama-sama menarik. "Namanya Sapphira?", tanya Raphael. Aku mengangguk, "Jadi, kalau kau suka dengannya. Brianna untukku?", Aku langsung tersedak air mineral yang kuminum. "Tidak! Tidak boleh!", "Kenapa tidak? Kan kau memilih Sapphira?", tambah Clarissa. Kenapa gadis itu menjengkelkan hari ini? "Aku tidak akan mengijinkan Dimitri mendekati Brianna. Dia sudah seperti adikku, sama seperti Clarissa. Jadi, aku tak akan membiarkan buaya darat sepertimu mendekatinya", sindirku membuat Raphel dan Dimitri tertawa. "Hahaha baiklah. Tapi, aku tak akan menyerah mengejarnya", sahut dimitri. ... Brianna Harrison PoV Dua hari ini aku menghindari Nick. Rasanya sangat malu sekali melihat wajahnya meski aku menjadi Ana bukan Crystal. Saat kejadian kami keluar dari gedung bioskop. Nick menggodaiku dengan menghimpitku di dinding lorong. Bahkan ia berkata ingin menciumku. Memang dia tidak benar-benar menciumku. Tapi, dia sukses membuatku tidak bisa tidur semalaman. Ditambah senyumannya yang berputar di kepalaku. "Sweetie, malam ini kita ada acara. Kau mau ikutkan?", Aku menoleh kebelakang kearah Mom yang baru turun dari tangga. Sejak tadi malam aku sudah kembali ke rumahku karena Dad dan Mom sudah pulang dari Inggris. "Acara apa?", "Ada acara amal di hotel Grand Palace. Dan kita mendapatkan undangan sekeluarga", ujar Mom sambil melangkah mendekat kearahku. "Baiklah aku ikut. Di rumah juga pasti membosankan", kataku. Mom tersenyum. Ia menepuk-nepuk puncak kepalaku. "Mom sudah membelikanmu gaun saat di Inggris kemarin. Kau bisa memakainya nanti malam", "Benarkah?", tanyaku dengan mata berbinar. "Ya, dan kalau kau mau. Bersiaplah sekarang. Kita akan berangkat jam empat sore", Aku mengerutkan keningku, "Tumben acaranya sore, Mom?", Mom tersenyum kearahku. "Acaranya berada di bali", "Kata mom di Grand Palace", "Yah, Grand Palace Bali", Bali? Oh my god! Ini pasti menyenangkan. Aku akan mengambil cuti kuliah dan berlibur beberapa waktu disana. Sekalian menghindari Nick. "Kalau begitu, kita liburan disana boleh?", Mom terkekeh, ia mencium keningku, "Memang kita akan pergi liburan. Mom sudah meminta waktu cutimu langsung pada Uncle Orland. Jadi kita ada waktu dua minggu di bali", Refleks aku bangkit diatas sofa dan menerjang Mom. Aku mencium pipinya berkali-kali membuatnya tertawa. "Makasih mom! Aku akan berkemas", pekikku senang. ... Aku tak menyangka apa yang baru saja aku lihat. Setelah beberapa jam menaiki jet menuju ke Bali dan turun di bandara. Kami sekeluarga, Dad, Mom dan aku menuju sebuah resort di daerah ubud yang memang milik keluarga. Aku kira kami akan masuk ke kamar dan berangkat setelahnya. Tapi, aku salah. Dad dan Mom menyuruhku mengikutinya ke arah kolam renang sky pool. "Katanya kita ada acara? Kenapa kita ke kolam renang?", tanyaku sambil menyesuaikan langkah. Mom tersenyum kearahku. Lalu ia merangkul lengan Dad. "Tanyalah daddy mu", Aku mengerutkan keningku saat dad melirikku sambil tangannya menunjuk kesuatu arah. Saat aku menoleh. Aku hampir saja tak percaya melihat apa yang ada di belakangku. Sebuah helikopter yang cukup besar dengan lambang keluarga Harrison di sisinya. Menakjubkan! Aku sudah lama ingin menaikki helikopter yang dimiliki keluarga Dad. Dan sekarang, benar-benar terjadi. "Kau ikut?", tanya Dad menggodaiku membuatku tersadar. Aku dengan cepat menyusul mereka dan langsung masuk kedalam. Saat aku duduk di belakang. Dad membantuku memasangkan seatbelt dan juga headphone sebagai alat pelengkap. Gila! Ini sungguh gila! Apalagi dad yang mengendarainya sendiri. Pantas saja Mom jatuh cinta padanya. Apalagi cerita cinta mereka membuatku iri. Apakah bisa aku mendapatkan pria yang seromantis Dad? Meski Nick tampan, tapi sifatnya menjengkelkan... Wait? What? Kenapa aku memikirkan Nick sekarang? Aku buru-buru menggelengkan kepalaku. Ngomong-ngomong soal Nick. Dia menghubungiku berkali-kali melalui ponsel lamaku. Ponsel yang aku gunakan untuk menyamar sebagai Sapphira Anastasia. Dia juga mengirimku pesan banyak sekali. Aku bahkan melamun memikirkannya lagi. Jika diingat-ingat sikapnya. Aku masih bingung dengan perasaanku kepadanya. Apalagi Nick bertingkah seolah suka padaku sebagai Crystal. Memang laki-laki susah ditebak. "Runaway siap!", Aku tersadar ketika suara di headphone terdengar. Aku mencoba melihat keluar jendela. Dibawah sana. Tampak sebuah resort yang berada di tepi pantai. Hiasan lampunya sungguh indah dari atas sini. Hingga helikopter kami sudah mendarat. Dad dan Mom turun dibantu para pengawalnya. Begitupun juga diriku. Aku turun sambil melihat kearah tangga, takutnya heels atau gaunku tersangkut. "Terima kasih",  ujarku kepada pengawal itu. "Sama-sama, beib", Shit! Suara itu...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD