Bab 5 Istri Malik Yang Cantik

1708 Words
Pagi menjelang namun kondisi Malik masih tetap sama, sejak semalam Nana tidak tidur karena mengurus Malik yang tengah demam tinggi, dibawa ke rumah sakit pun ia tak mau karena tak mau sampai rawat inap. Nana sendiri sampai lelah menghadapi sikap keras kepala suaminya, ia sudah melakukan segalanya, menuruti semua instruksi dari Malik, namun kondisi Malik masih tetap sama membuat Nana merasa takut. Tuan Robert yang tak tahan melihat sang putra sakit pun segera menelepon dr. Bayu, sahabat Malik yang sudah akrab sekali dengan tuan Robert. Untung saja Bayu bisa langsung datang dengan cepat setelah tuan Robert menelponnya. "Ngapain Lo disini?" Tanya Malik dengan nada lemah. "Ngapain Lo bilang? Ya meriksa kondisi Lo lah, bokap Lo yang telepon gue tadi, untung gue lagi free." Jelas Bayu. "Hhh... Ayah berlebihan, gue cuma demam biasa, kecapekan doang, istirahat bentar juga sembuh." Ungkap Malik sembari menaruh tangannya diatas kepala. "Demam biasa sampe tiga puluh sembilan derajat? Dokter bukan sih Lo?" "Ck, belum ada tiga hari, jadi apa yang harus gue takutin?" "Tapi Lo itu kena ISPA, nggak usah tes darah segala gue juga udah tau. Bibir Lo sampe merah banget gitu, kayak anak kecil aja. Kebanyakan makan permen Lo ya? Atau kebanyakan nete s**u bini Lo?" Ucapan terakhir Bayu yang konyol langsung membuat Malik menatap sahabatnya itu dengan tajam. "Mulut Lo!" "Lagian elo sih Mal, gue mau marah tapi Lo lagi sakit. Lo kenapa nggak kasih undangan atau kabar apa gitu kalau Lo tuh udah nikah, gila Lo nutupin pernikahan Lo udah berbulan-bulan dari gue sama Regan, Lo udah nggak nganggep kita berdua sahabat? Mal, kita sahabatan tuh udah dari jaman SMA, udah kayak saudara, tapi Lo..." "Maafin gue, maaf banget kalau Lo sampai berpikiran kayak gitu. Tapi masalahnya lebih rumit dari yang Lo kira Bay, gue juga nggak pernah nyangka sama sekali kalau gue akhirnya nikah sama dia." "Dia yang Lo maksud itu bini Lo?" "Iyalah, siapa lagi?" "Emang masalah apaan sih? Gue tadi bicara sama dia juga baik-baik aja, dia sopan, anggun, cantik, manis, baik, nilai plusnya bohay lagi, kurang apaan coba? Tuhan udah baik banget sama Lo, Lo selama ini sering banget suka sama bini orang, dan sekarang bini Lo jauh lebih dari yang Lo harepin, harusnya Lo bahagia dong. Semua orang juga nggak khawatir lagi karena akhirnya Lo udah nikah." "Sialan Lo! Nggak perlu ngingetin soal masalalu gue deh, lagian dulu gue cuma suka sama Beby doang, sama Stella juga cuma kagum, kalian aja yang sok lebay." Ujar Malik dengan nada sewot. "Yang penting gue seneng banget sekarang karena sahabat gue udah nggak jomblo lagi." Bayu pun tampak tersenyum senang. "Ck!" "Seminggu lagi pasti Lo udah sembuh, diacaranya Noctis nanti Lo kan dapet undangan, ajak tuh bini Lo, tunjukin ke semua orang." "Gue sendirian aja, Nana nggak perlu gue ajak." "Loh kenapa? Gue penasaran deh, sebenarnya hubungan pernikahan kalian tuh kayak apa sih? Kok Lo sampe segitunya sama bini Lo, Lo cinta nggak sih sama dia bro?" "Enggak." Ungkap Malik dengan penuh keraguan. Kalau ia bilang belum, bisa jatuh harga dirinya. "Serius Lo? Lo bukan gay kan Mal?" "Gila Lo, gue masih normal seribu persen. Lihat p****t Nana aja gue langsung hor-" Malik langsung membekap mulutnya, gila hampir saja ia keceplosan. "Hor apaan? h***y ya Lo? Ngaku deh!" "Bukan Bay bukan, maksud gue itu gue..." "Jujur gue juga sebagai laki-laki normal merasakan perasaan yang sama kayak Lo, maaf ya bro tapi p****t bini Lo itu emang seksi banget." Ungkap bayu dengan penuh kegaguman. "Buang jauh-jauh pikiran kotor Lo itu, gue nggak terima kalau Lo sampai ngebayangin hal yang enggak-enggak tentang Nana." Tutur Malik. "Loh emang kenapa? Lo kan nggak cinta sama dia." "Pokoknya gue nggak suka, meski gue belum cinta tapi dia tetep istri gue." Setalah mengatakan hal itu, Malik benar-benar merutuki kebodohannya, bisa-bisanya ia mengatakan hal itu pada Bayu, itu sama saja dengan menelan ludahnya sendiri. "Hmmm... Katanya tadi nggak cinta, sekarang bilangnya belum cinta, jadi yang bener yang mana nih?" Sindir Bayu. "Terserah!" Ujar Malik dengan nada kesal, lalu iapun memunggungi Bayu, wajahnya memerah karena menahan malu. Bayu pun hanya cekikikan, merasa geli dengan sikap sahabatnya satu ini. "Ya udah gue cabut dulu, Lo punya antibiotik kan?" "Banyak. Gue biasa minum Thiampenichol." "Nah minum itu aja habisin satu strip. Kalau satu strip udah habis tapi Lo masih demam, mending Lo langsung lab aja. Sayangi tubuh Lo, jangan mentang-mentang udah ada bini, sok-sokan manja pengen dirawat terus, pasien Lo kemanain?" Ledek Bayu membuat Malik langsung melemparkan bantal kearah wajah sahabatnya itu. "Pulang deh Lo!" "Iya-iya gue pulang." Bayu terus tertawa tanpa henti membuat Malik benar-benar kesal. "Cepet sembuh, gue mau kasih tau Regan kalau Lo udah nikah." Ujar Bayu dari kejauhan. "Nggak perlu." Ucap Malik. "Terserah gue." Balas Bayu membuat Malik menghela nafas berat. "Awas Lo!" Sudah tak ada jawaban lagi, Bayu benar-benar sudah pergi sekarang, Malik yang tadinya masih demam pun kini terlihat mengeluarkan keringat yang cukup banyak karena emosi dengan kelakuan Bayu. *** "Malik gimana nak Bayu?" Tanya tuan Robert pada Bayu. "Nggak apa-apa kok om, cuma kena ISPA, infeksi saluran pernapasan kayaknya, Malik suka minum-minuman dingin terus kondisi tubuhnya juga kurang fit, jadi ya gampang kena virus deh." Jelas Bayu. "Apa perlu opname? Soalnya demamnya naik turun." "Nggak perlu kok om, dirawat di rumah aja, paling lusa juga udah mendingan. Tapi kalau dalam tiga hari masih demam ya mending langsung di lab aja." "Oh gitu." "Iya om, oh ya saya bisa bicara sama istrinya Malik?" Tanya Bayu. "Bisa dok." Balas Nana. "Ya udah kalau gitu ayah tinggal lihat Malik dulu ya!" Pamit tuan Robert pada Nana. "Iya yah." Angguk Nana. "Ayo bay!" "Iya om." Tuan Robert pun segera pergi ke kamar putranya, dan kini hanya ada Bayu dan juga Nana. "Kebetulan Malik itu sahabat saya sejak SMU, saya benar-benar nggak tau kalau dia udah nikah, dia nggak kabarin saya sama sekali. Sekarang saya benar-benar merasa sangat bahagia karena akhirnya dia udah nikah." Jelas Bayu pada Nana. Nana pun hanya bisa mengangguk sambil tersenyum manis. "Dia sepertinya suka sama kamu, kalian dijodohkan kan?" "Iya, almarhum papa saya adalah sahabat ayahnya mas Malik. Dan soal suka, dokter tau dari mana? Mas Malik bahkan benci banget sama saya." "Masa? Oh... Saya paham sekarang." Bayu tampak terkejut. "Tuh orang sok jual mahal banget." Bayu pun tampak berpikir keras, ia harus melakukan sesuatu supaya sahabatnya itu segera sadar. "Begini Na, gimana ya ngomongnya..." "Kenapa dok?" Tanya Nana penasaran. "Jadi begini, nanti malam kalau Malik masih demam, kamu harus lakuin sesuatu." "Lakuin sesuatu? Lakuin apa?" "Semacam skin to skin untuk menurunkan suhu tubuh seseorang yang sedang demam." Jelas Bayu. "Skin to skin?" Nana masih belum mengerti rupanya. "Iya, semacam berhubungan badan." Ucapan Bayu sontak membuat Nana langsung menyentuh bibirnya karena terkejut. "Kasihan kalau demamnya naik turun, apa kamu tega lihat suami kamu kayak gitu?" "Enggaklah dok, dari kemarin saya bahkan nggak tidur sama sekali karena jagain mas Malik." Ujar Nana. "Kamu... Suka ya sama dia?" Tanya Bayu penasaran, Nana tidak menjawab, namun wanita itu hanya menganggukkan kepalanya. Bayu pun lantas tersenyum puas. "Nah... Pokoknya gimana pun caranya kamu harus berhubungan suami istri sama dia supaya demamnya turun. Soalnya infeksinya nggak bisa langsung sembuh gitu aja setelah dikasih obat sekali, harus beberapa kali dulu. Dan selama infeksinya masih terjadi, maka suhu tubuhnya akan naik turun terus." Jelas Bayu. "Gitu ya dok. Ya udah deh." "Ya udah gimana?" "Saya akan lakuin semua saran dr. Bayu, harus kan dok?" "Ya harus dong, kalau dia berontak, kamu harus paksa dia sampai dia mau, kan demi kesembuhan dia juga." Bayu terus berusaha memprovokasi Nana. "Iya dok. Saya mengerti." Angguk Nana paham. "Bagus-bagus-bagus." Bayu pun kembali tersenyum puas. 'Mampus Lo Mal gue kerjain.' gumam Bayu dalam hati dengan tawa geli. "dr. Bayu kenapa ketawa?" Tanya Nana dengan tatapan heran. "Ah e...enggak, saya nggak apa-apa. Kalau gitu saya pamit dulu ya! Semoga Malik cepat sembuh. Kasih air putih yang banyak, makannya jangan pedes dan berlemak." "Baik dok!" Bayu pun akhirnya pergi, dan setelah kepergian Bayu, Nana pun segera beranjak menuju kamar suaminya. *** Tengah malam, demam Malik kembali naik, ternyata apa yang dikatakan Bayu memang benar, Nana pun sempat panik, sejak tadi ia terus mengompres tubuh suaminya yang tengah menggigil dengan air hangat. Nana bahkan sudah melucuti pakaian Malik dan hanya menyisakan boxer saja. Malik yang tak berdaya pun hanya menurut saja, kepalanya terlalu pusing dan tenggorokannya masih sakit. Bahkan untuk bicara saja rasanya sulit sekali. "Ambil Paracetamol!" gumam Malik dengan suara lemah. "Yang Syrup aja gimana?" Tawar Nana. "Saya bukan anak kecil." Balas Malik dengan nafas tersengal. "Yang tablet tapi aku gerus ya..." "Hm." Angguk Malik setuju. Nana pun segera mengambil Paracetamol dan menggerusnya, setelah digerus ia beri air secukupnya, lalu ia minumkan pada Malik dengan penuh kehati-hatian. "Minum air yang banyak!" Titah Nana sembari menyodorkan segelas air hangat ke mulut Malik, namun sayangnya Malik malah tersedak dan batuk dengan keras. "Uhuk-uhuk-uhuk!" "Astaga!" Nanapun mulai panik tak menyangka sama sekali jika Malik akan tersedak seperti ini, sungguh kasihan sekali, untung saja pria itu tak sampai memuntahkan obatnya. Nana pun lantas segera meminum air hangat tersebut namun tidak menelannya, wanita itu langsung meminumkan air tersebut ke mulut suaminya dengan mulutnya. Malik yang diperlakukan seperti itu pun langsung melototkan matanya, jantungnya tiba-tiba bereaksi tak nyaman, oh Tuhan, apakah jantungnya juga mengalami kelainan? "Kita harus lakuin sekarang juga!" Ujar Nana. "Lakuin ap-" belum sempat Malik melanjutkan kata-katanya, Nana kembali mencium bibirnya dengan brutal. Sampai Malik kualahan dan terkapar diatas ranjang dengan Nana yang kini tengah berada diatasnya. Kedua mata Malik semakin melebar tatkala melihat istrinya melucuti semua pakaiannya sampai ia naked, Malik sungguh tak menyangka jika Nana sampai nekad melakukan hal itu, ini benar-benar sangat gila. "Jangan!" Malik bahkan sampai menyilangkan kedua tangannya diatas d**a seperti perawan yang akan diperkosa, Nana bahkan sampai menahan senyuman geli. Namun wanita itu terus melancarkan aksinya. Malik mungkin saja bisa mengelak namun sayangnya yang dibawah sana sudah tak bisa diajak kompromi lagi. "Diam dan nikmatilah suamiku..." Ujar Nana dengan nada sensual, wanita itupun segera menerjang tubuh Malik, tubuh Nana yang kenyal dan hangat pun benar-benar disambut dengan suka cita oleh tubuh Malik. Malik yang sok-sokan menolak pun sudah tak mampu mengelak lagi karena tubuh dan nafsunya sudah tak bisa diajak bernegosiasi lagi. Malik sudah kalah, ia sudah pasrah, tak peduli lagi dengan menelan ludahnya sendiri, yang penting malam ini hasratnya harus segera terpenuhi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD