4. Suami Istri?!

1307 Words
"Flora, jangan sering-sering bergaul sama Om Wala," kata papa. Flora yang sedang mengerjakan PR pun menoleh. "Gara-gara sarung stroberi yang aku beli di minimarket tadi, ya, Pa? Maaf. Itu bukan salah Om Wala, kok." Tampak papa menghela napasnya, duduk di sisi mama, papa sedang dipijit lengannya. Pasti capek masak nyaris seharian, soalnya walau ada pegawai, di resto yang masak tetaplah papa, mama bagian kasir. Flora akui masakan papa itu enak banget. "Bukan soal itunya, tapi Om Wala, kan, emang bukan orang yang pantes buat gaul sama kamu. Umur kalian aja jauh gitu bedanya." "Iya, tau. Om Wala, kan, emang temennya Papa. Flora juga nggak ngejadiin Om Wala sebagai temen gaul, kok. Cuma seneng aja kalo sama Om Wala, aku dijajanin terus." "Mulai sekarang berhenti, ya?" Flora terdiam. Tak lama, dia mengangguk. "Tapi kalo Om Walanya ngasih, gimana?" "Asal kamu nggak minta." Ya sudah, Flora pun mengangguk lagi. Kembali dia fokus pada bukunya, mengerjakan soal Matematika. Oh, ya, tentang tadi siang .... Sepulang Om Wala, saat Flora sudah masuk kamar, ponselnya memunculkan beberapa pesan dari gerangan. Kira-kira begini isinya: Sumber Uangku: Setelah dipikir-pikir, kamu bahaya banget. Sumber Uangku: Tipe-tipe yang kayak kamu gini, nih, yang harus dijaga ketat. Sumber Uangku: Mudah ditipu. Karena tidak terima, Flora balas. Flora: Maksud Om? Sumber Uangku: Ya, itu. Terlalu lugu, polos. Mungkin karena masih bocah. Sumber Uangku: Untung kejadian tadi terjadinya sama Om, kebayang kalo sama cowok lain, abislah kamu. Flora: Lha, kok, menghina? Masih tidak terima. Flora ketikkan lagi balasannya. Flora: Lagian tadi ketauan beli barang haramnya juga pas di rumah, kok, pas udah ada papa. Misal pun bukan sama Om, bukannya tetep aman nggak, sih? Sumber Uangku: Entahlah. Intinya kamu hati-hati aja. Flora: Hati-hati sama Om? Sumber Uangku: Sama cowok lain. Flora: Om juga 'cowok lain', tuh! Sumber Uangku: Oh, jadi itu anggapan kamu sama Om? Padahal di sini Om anggapnya kamu itu ponakan, lho. Iya, begitu. Dulu, saat Flora SMA kelas 2. Sebelum waktu membawanya pada hari kegilaan Wala. Sangat gila dirasa, karena pengantin wanita tak datang dan hanya mengirim pesan bahwa dia enggan menikah, meminta maaf lewat barisan pesannya kepada Wala, hingga sisa Walalah yang harus mempertanggungjawabkan hari H pernikahan yang kacau itu. Saking kalutnya, melihat banyaknya tamu yang datang, terkhusus melihat papi dan mami di sana, meski Wala sendiri tak apalah jika memang pernikahan ini harus dibatalkan detik itu juga. Namun, karena sosok-sosok yang Wala lihat itu, dia bertindak impulsif. Menarik tangan perempuan yang dia temukan dan saat itulah Wala mencap gila dirinya sendiri. "Eh, kenapa, Om?" Ah, iya ... hari itu. Flora sudah cantik dengan kebaya pink di sana. Dia mau jadi pager ayu. Sedang becermin di ponsel, tahu-tahu tangannya ada yang mencekal. Kaget, dong. Namun, ketika ternyata itu Om Wala, Flora batal ngereog. Padahal mulanya dia mau ngomel-ngomel, gimana jika ponselnya jatuh saat itu soalnya dia terkejut? "Ikut Om dulu bentar, ya?" Flora toleh kanan dan kiri. "Ke?" "Ayo!" Buset. Langsung ditarik tangannya, mau nggak mau Flora pun melangkah cepat, menyesuaikan langkah lebar Om Wala yang tampak buru-buru. Setibanya di tempat yang agak terpencil dari orang-orang, Wala membawa Flora ke sana dan masih di lingkungan gedung pernikahan. "Flora." "Iya, apa?" Agak aneh raut Om Wala, tangan Flora pun terus dicekalnya, bahkan terasa makin erat. "Selama ini Om kasih kamu uang jajan bulanan, kan? Om tambahin, mau?" Ya, maulah, gila! Masa nggak? "Skincare dan semua kebutuhan kamu, Om yang tanggung, mau?" Mau banget, dong! Air muka Flora menunjukkan itu. "Dan setiap ada hal--apa saja, berapa pun biayanya--kamu cukup bilang sama Om, jangan sungkan, karena semua itu Om jadikan tanggung jawab Om, sepakat?" Ih, Om Wala, kok, makin dermawan saja, sih? Flora, kan, jadi nggak bisa nolak. "Deal, Om!" Ini rezeki nomplok. Kata papa, Flora cukup nggak usah minta, dan kata papa juga, bila Om Wala yang memberi, Flora boleh menerima. So, lekaslah Flora jabat tangan lelaki itu hingga cekalan Om Wala di lengannya terlepas. "Flora mau!" Dia senang sekali. KYAAA~ Eh, tapi tunggu dulu! "Ini Om kasih tawaran menggiurkan ke aku, calon istri Om tau, kan? Ngizinin, kan?" "Iya." "Tapi kalo iya, kok, kita bahasnya di sini, di jam yang--Om!" "Kita belum selesai. Tanya-tanya soal itunya nanti dulu, ya? Kita temuin papa kamu dulu." Bentar .... Otak Flora bekerja keras menerjemahkan situasi sekarang. Agak janggal dan Flora sempat dibuat buta oleh tanggung jawab Om Wala--eh, tanggung jawab? "Gil." Akhirnya .... "Lo ke mana aja, Bambang? Manten cowoknya keluyuran gini, yang ceweknya nggak dateng-dateng. Mami papi lo--" "Gue mau nikahin Flora." Bagus. Agil sampai mingkem. Flora yang mangap. Menatap Om Wala dengan tatapan tak percaya. Salah dengarkah dia? Yang mana tangan Flora ditarik kian merapat pada tubuh gerangan, Om Wala bahkan menunjukkan cekalan tangannya yang berubah jadi genggaman lembut kepada papa Flora. "Ini ... Flora udah sepakat." "Lo--" "Pengantin ceweknya gak bakal dateng, dia chat gue tadi, lo bisa liat sendiri kalo gak percaya, Gil. Tapi sekarang poinnya bukan itu, sebagai temen gue, lo gak mau, kan, Gil, orang tua gue kolaps karena pernikahan anaknya batal?" Syakira menyela. "Terus Flora ... maksudnya--" "Iya, Flora yang bakal gue persunting hari ini, Sya. Restui, ya?" "Anj--" Langsung Wala genggam tangan Agil, sangat erat, kali pertama ... Wala memohon. "Gue jamin masa depan Flora nggak akan terancam karena pernikahan ini, Gil. Gue akan jamin semua yang jadi ketakutan lo, gue pastikan itu gak bakal terjadi andai gue nikah sama anak lo. Tapi ... please ... kasih anak lo buat gue, ya?" "Nggak. Jangan Flora. Lo bisa--" "Waktunya nggak banyak, Gil." Wala memelas. "Gue gak bisa." Tampak amat frustrasi. Anjir! Agil pengin teriakkan kata itu saat ini. Namun, .... "Asal lo merestui, gue bisa ngomong sama mami papi. Gil, please!" Agil melengos, menatap Syakira, seakan meminta pertolongan untuk menolak gagasan Wala. Karena sungguh, Agil merasa situasi ini-- "Boleh lihat dulu isi chat dari mempelai wanitanya, Wala?" Berat. Berat banget bagi Agil. Dan akhirnya, Syakiralah yang bertindak. Flora masih mematung meluruskan benang kusut di kepalanya. "Ini." Wala pun serahkan ponsel yang sudah dia buka room chat-nya dengan wanita sialan itu. Ow, s**t! Habis dibaca, Syakira kembalikan ponsel Wala. Lantas, dia menatap lelaki yang katanya menginginkan sang putri. "Flora baru lulus SMA, umurnya masih 18 tahun." "Gue tau. Dan--" "Syarat legal menikah berdasarkan hukum sekarang itu umur 19, kamu juga tau ini, Wala?" "Bisa nikah siri dulu sampe Flora cukup umur buat didaftarkan ke sipil, Sya. Yang penting hari ini gue nikah dulu, nggak bikin orang tua gue malu, senggaknya ... nggak semalu kalau gue batal nikah di hari H." "Terakhir ...." Syakira tegaskan, "Apa Flora mau sama kamu? Maaf, maksud aku, kalau Flora rida--" "Sayang!" Ini Agil, dia geleng-geleng kepala, khawatir Syakira merestui gagasan sinting dari Wala. Namun, tatapan Syakira langsung alih ke Flora tanpa dia sahut teguran suaminya. "Mama tanya, kamu bersedia dinikah sama Om Wala, Ra?" Hah? Dihadapkan dengan situasi ini, Flora mau pingsan saja. Namun, melihat Om Wala, satu hal yang Flora ingat jelas, suatu kejadian yang membuatnya tanpa ragu untuk mengangguk saat ini. Ah, ya .... Bismillah. "Flora mau." Bukan perihal tawaran yang sebelumnya Om Wala suguhkan. Bukan. Namun, ada hal yang menjadi pelurus dari benang kusut di kepalanya barusan. Iya, itu. "Cuma nikah aja, kan? Flora mau." Gi-gila! Agil otewe gila! Yang mana tahu-tahu kini dia menjabat tangan Wala, disaksikan banyak mata, lepas terjadi bisik-bisik entah apa, dan serangkaian acara di mana Wala memberi pengertian kepada papi beserta maminya, pun kepada keluarga besar Semesta, terkait pengantin yang berganti jadi sosok Panorama Flora Pandora. Disebutkan nama lengkap itu olehnya, teruntuk Cakrawala Semesta Raya. Fix, Agil lemas setelahnya. Lepas kata sah menggemuruh memorak-porandakan isi kepala. Tak hanya Agil, bahkan Arief dan Adit pun sulit didefinisi kerumitannya di sana. Hell .... Memangnya, apa yang telah terjadi hingga Flora begitu mudah menerima pernikahan tidak masuk akal ini? "Jadi ... sekarang kita suami istri, ya, Om?" lirihnya, sewaktu tangan pria itu hendak dia cium. Sementara itu, Wala masih jetlag sehabis akad, percayalah!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD