Berlibur Bersama

2018 Words
Cedric mengusap pipi Valerie yang tengah memejamkan matanya. Sudah lelah menangis, bahkan sampai tersedu-sedu, membuat Valerie lelah sendiri dan akhirnya terlelap. Helaan napas yang cukup panjang Cedric lakukan. Ia bergeming sambil terus memandangi wanita, yang entah kenapa begitu mengalihkan perhatiannya, sejak pertemuan pertama mereka waktu itu. Dunia yang seolah sempit. Membuatnya selalu bertemu, bahkan sampai menghabiskan malam bersama, sudah bak sepasang kekasih saja. Cedric menyunggingkan senyumnya sambil geleng-geleng kepala, ketika teringat polah tingkah Valerie saat mabuk. Tapi senyuman itu hilang lagi dari bibir Cedric, saat teringat dengan apa yang terjadi tadi. Wanita ini, seperti memendam banyak kepedihan dan akhirnya pecah juga, saat sedang bersamanya. Selama ini ia bahkan terlihat kuat. Namun ternyata rapuh. Cedric menyandarkan punggungnya pada tepian tempat tidur dan menghela napas. Beberapa waktu hanya berdiam diri, sebelum akhirnya ikut terlelap bersama Valerie. Keesokan harinya. Valerie terbangun dari tidurnya dan langsung melonjak serta duduk sambil mengedarkan pandangannya ke arah sekeliling. Semalam, ia tidak sedang bermimpi kan? Tapi, kemana perginya lelaki yang menemaninya itu? Valerie turun dari atas tempat tidur. Ia terburu-buru turun ke lantai bawah dan mencari orang, yang kini tersapu oleh sepasang indra penglihatannya. "Kamu sedang apa??" tanya Valerie, kepada orang yang sedang berjongkok di depan kaca yang pecah. "Membereskan kekacauan orang iseng. Sudah mandi? Cepat siap-siap." "Belum. Saya mau siapkan sarapan dulu. Mandi dan baru berangkat ke kantor." "Tidak usah berangkat ke kantor. Ayo, kita pergi berlibur saja. Sepertinya, kamu juga butuh liburan.," "Memangnya boleh??" "Tidak boleh kenapa? Ayo siap-siap. Kamu punya paspor kan?" Valerie menganga di tempat dan Cedric kembali menyadarkannya lagi. "Mau tidak??? Apa kamu hanya ingin bekerja terus, tanpa liburan sama sekali hm?" "T-tidak, Pak. Ok saya mau siap-siap dulu!" Valerie berlari kecil dan kembali ke lantai atas. Ia menyiapkan segala keperluan untuk pergi liburan. Lalu kembali ke bawah lagi dan membuat sarapan. Saat tengah menyantap hidangan sarapan bersama Cedric. "Pak? Kita beneran mau pergi berlibur??" "Iya. Saya bosan bekerja terus. Suntuk. Lagipula, kita sudah bekerja habis-habisan satu pekan ini. Jadi sekarang, waktunya kita menikmati hidup sedikit." Valerie tersenyum. Bos yang menyenangkan. Sepertinya baru yang ini saja. Tenaganya sudah diperas habis-habisan, sekarang, malah diberi liburan gratis. Kapan lagi. Harusnya, ia manfaatkan dengan sebaik-baiknya bukan? Sarapan buru-buru Valerie selesaikan. Setelahnya, ia pun berangkat bersama Cedric ke suatu tempat. Koper yang cukup besar Valerie bawa. Ia tak henti-hentinya tersenyum bahkan sesekali tertawa. "Berhenti bertingkah seperti orang yang tidak waras," ucap Cedric yang berjalan di sisinya, yang jadi malu sendiri melihat tingkah Valerie. Valerie tersenyum kaku, lalu melipat bibirnya. Ia berlari kecil, untuk mengimbangi langkah kaki Cedric yang cepat. Tiba di sebuah hotel. Valerie mengambil kunci kamar dan hanya memandangi kunci di genggaman tangannya itu. Koper sudah dibawa oleh porter pun, Valerie masih juga bergeming di tempat. "Hey, ayo jalan! Kenapa kamu malah diam saja!" cetus Cedric. Valerie mengangkat kepalanya dan menatap Cedric, dengan tatapan tak percaya. "Pak?? I-ini, kuncinya cuma satu?? Maksudnya, kita sekamar??" tanya Valerie dengan kelopak mata yang ia buka lebar-lebar. "Iya. Kenapa memangnya? Hanya tinggal satu kamar itu, yang view-nya bagus. Tapi, kalau kamu ingin memesan kamar lain, silahkan saja!" Valerie menggeleng kuat-kuat. "Tidak, Pak. Ayo, kita sama-sama saja. Tidak apa-apa." "Ya sudah, ayo jalan," ucap Cedric sembari berjalan lebih dulu dan segera disusul oleh Valerie. Sesampainya di dalam kamar. Valerie langsung keluar melalui pintu belakang. Benar saja. Pemandangan di sini bagus sekali. Bila keluar dari pintu ini, bisa langsung melihat kolam renang dan bila naik ke atas dan keluar dari balkon, bisa langsung melihat pantai tepian pantai. Tiba-tiba saja Valerie berlarian ke dalam, Cedric sampai memutar kepalanya untuk mengikuti kemana wanita itu pergi dan tidak lama setelahnya, Valerie sudah kembali dengan baju renang bermodel two piece berwarna hitam. Hingga lekukan tubuhnya terlihat dengan sangat sangat jelas. Bola mata Cedric, sampai tidak henti-hentinya menatap pemandangan itu. Namun seketika mengerjap, saat Valerie, yang tiba-tiba saja menoleh kepadanya. "Pak, saya mau renang dulu ya??" ucap Valerie dengan senyuman yang manis. "Ya sudah sana!" cetus Cedric sambil berpura-pura melihat ke arah lain. Valerie berlari lagi dan langsung melompat ke dalam air. Sementara Cedric sendiri, hanya memperhatikan dari balik kaca besar dan tersenyum sambil kemudian geleng-geleng kepala. Cedric mengeluarkan ponselnya, lalu duduk di sofa. Ia mengernyitkan dahi, saat melihat kata demi kata di layar ponselnya itu. Kemudian mengembuskan napas sambil melemparkan ponselnya ke atas sofa, lalu bangkit dan melepaskan pakaiannya. Sudah hanya tinggal celana pendek saja. Cedric keluar dan bertolak pinggang, sambil memperhatikan Valerie, yang sedang berenang ke sana kemari. Valerie berhenti dan mengusap wajahnya. Ia menatap pria yang sedang menatapnya itu dan yang kini melontarkan kata-kata. "Boleh ikut bergabung?" tanya Cedric. "Tentu saja boleh," jawab Valerie. Cedric melompat ke dalam air dan datang ke sisi Valerie. Valerie langsung menampung air di kedua telapak tangannya yang di dekatkan, kemudian menghamburkannya ke wajah Cedric dengan gerakan yang cepat. "Hey! Hentikan!!" seru Cedric yang tidak dihiraukan oleh Valerie yang sedang tertawa geli. Sampai tangan Valerie yang berusaha Cedric gapai dan Valerie pun berenang menjauh. Cedric bergegas menyusul dan menangkap kakinya. Valerie tidak berkutik. Apalagi, saat Cedric sudah mengunci tubuhnya dengan lingkaran kedua tangannya di pinggang Valerie. Keduanya saling beradu pandang dalam beberapa saat. Sampai sebuah kecupan mendarat di bibir Valerie dan tentu saja, Valerie sambut dengan senang hati. Laki-laki yang ada di saat rapuhnya ini. Dan juga, kapan lagi bisa diperlakukan seromantis ini. Apalagi oleh atasannya yang cukup tampan. Kecupan dilepaskan oleh Cedric. Ia melihat wajah Valerie yang merah padam dan sekarang, malah menghindar darinya, dengan berenang menjauh. Valerie berhenti di ujung kolam sambil diam-diam menepuk-nepuk wajahnya sendiri. Sadarlah Valerie!! Jangan sampai mengharapkan sesuatu yang mustahil terjadi! jerit batin Valerie. Menjaga untuk tetap sadar diri itu perlu. Jangan sampai terbuai dan menjadi wanita yang tak tahu malu. Karena perbedaan yang cukup jauh antara dirinya dan juga atasannya itu. Lagipula, siapa yang mau dengan wanita sepertinya. Belum lagi, dengan status yang disandangnya sekarang. "Hey, kenapa diam di sini?? Kamu tidak apa-apa kan??" tanya Cedric yang agaknya cukup khawatir melihat Valerie yang diam saja di sisi kolam. Valerie tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Tidak apa-apa, Pak. Tapi kalau bisa, jangan terlalu dekat ya?" "Kenapa memangnya???" tanya Cedric keheranan. "Takut saya lupa diri!" ucap Valerie sambil berenang dan menjauh lagi. Cedric, tidak mendengarkan himbauan Valerie sama sekali. Ia malah terkesan mendekati terus menerus, seperti dengan sengaja dan untuk menggodanya. "Pak? Saya sudah bilang tadi kan? Jangan dekat-dekat, nanti saya khilaf!" cetus Valerie sambil melipat kedua tangan di tepi kolam dan melirik dengan sinis, kepada orang yang sedang tersenyum di sisinya ini. "Astaga! Kenapa harus memiliki aturan segala?? Kamu itu asisten pribadi saya, yang hampir selalu menemani dan mengatur segala urusan, yang saya lakukan dan sekarang, kenapa tiba-tiba disuruh menjauh??" "Ya itu beda kan. Itu kerja. Ini liburan," ucap Valerie bersungut-sungut. "Ya sudah. Kenapa tidak kamu nikmati saja liburan kali ini??" "Bagaimana mau menikmati, kalau didekati terus??" ucap Valerie sambil keluar dari dalam kolam. Cedric mengernyitkan dahinya. Wanita yang aneh pikirnya. Waktu itu saja, dia yang dengan sengaja mendekat, bahkan menggodanya juga. Sekarang, ia malah jadi bertingkah seolah-olah dirinya lah menggoda. Cedric geleng-geleng kepala dan kembali berenang kesana kemari. Sementara Valerie membersihkan diri dan memakai handuk putih bermodel kimono di tubuhnya. Ia duduk di sofa dan meneguk air mineral, lalu menoleh ke sebuah suara. Valerie membungkuk dan melihat layar ponsel yang menyala, disertai dengan suara deringan yang cukup keras. Valerie bangkit dari sofa dan keluar lagi sambil mengacung-acungkan ponsel di tangannya. "Pak, ada telepon nih!" cetus Valerie. Cedric berhenti berenang, lalu mengusap wajahnya dan berkata, "Biarkan saja! Simpan lagi saja!" "Tapi, Pak. Kalau penting bagaimana??" "Ya sudah simpan dulu saja!" cetus Cedric, sembari keluar dari dalam kolam. Valerie masuk lagi dan meletakkan ponsel, yang masih berdering juga itu di atas meja. Ia duduk di hadapan ponsel, yang sekarang diambil oleh pemiliknya. Valerie mendongak. Ia menatap Cedric yang sudah meletakkan ponsel di daun telinganya. Namun tak kunjung bicara juga. Ia malah melirik sekilas kepada Valerie, sebelum akhirnya pergi menjauh. Valerie mencondongkan tubuhnya, untuk sedikit melihat kemana perginya sang atasan. Tapi tidak mau peduli lagi, saat dirinya sudah terlihat cukup jauh. Ia pun bangkit dari sofa dan mengambil pakaian, untuk dikenakan. Inginnya setelah ini mencari makanan saja, karena setelah berenang dan juga perjalanan yang lumayan jauh juga, ia malah merasa perutnya keroncongan. Sudah memegang gagang pintu, hanya tinggal menurunkan serta menarik pintunya saja agar terbuka, Cedric yang nampaknya telah selesai dengan urusannya itu, terlihat menegur Valerie. "Kamu mau kemana??" tanya Cedric. Valerie menoleh. "Mau cari makan, Pak. Saya lapar," jawabnya. "Ya sudah. Tunggu. Saya ikut." Cedric buru-buru pergi untuk berpakaian kembali, sementara Valerie menunggu, sambil menyandarkan punggungnya di dekat pintu. "Ayo," ajak Cedric saat sudah berada di hadapan Valerie. Valerie kembali membuka pintu dan keluar bersama dengan Cedric juga tentunya. Mereka berdua berjalan beriringan sampai ke sebuah tempat makan. Makanan dipesan. Valerie menunggu sambil merebahkan kepalanya di atas meja. Setelah menunggu cukup lama, makanan pun datang. Valerie cepat-cepat bangkit dan melihat hidangan yang sudah disediakan di atas meja. Makanan langsung masuk ke dalam mulut. Tapi kedua bola mata Valerie, malah tertuju ke piring atasannya. Sepertinya, kalau dilihat-lihat makanan yang dipesan oleh bosnya cukup enak. "Pak??" panggil Valerie. Cedric yang baru memasukkan satu suapan itupun menoleh dan kemudian bertanya. "Ada apa??" "Apa makanannya enak??" tanya Valerie sambil melirik piring Cedric. "Iya. Lumayan. Kenapa memangnya??" tanya balik Cedric. Kata-kata sudah diujung lidah. Tapi tidak mau keluar. Jadi Valerie gelengkan saja kepalanya. "Nggak kok, Pak," ucap Valerie yang terlihat malas-malasan menyantap makanan miliknya. "Kamu mau coba milikku??" tanya Cedric, yang seketika membuat Valerie menoleh dan menganga. "Hah? Kenapa, Pak??" "Ini, kalau mau coba tidak apa-apa," ucap Cedric sambil melirik ke arah piringnya sendiri. Valerie melihat piring Cedric dan memang sangat penasaran dengan isinya. Sudah tidak mau malu-malu. Dan meskipun akan memalukan, Valerie coba saja. Ia ambil makanan dari piring Cedric yang ternyata lebih enak. Valerie melipat bibirnya dan tersenyum kaku kepada Cedric. "Iya, Pak. Enak. Lebih enak punya bapak malahan," ucap Valerie dengan raut wajah menyesal. Tahu begitu, ia samakan saja tadi pesanan mereka. "Mau tukar?? Kalau pesan yang baru pasti lama. Kamu juga sudah lapar bukan?" "Boleh, Pak??" tanya Valerie, dengan kelopak mata yang terbuka lebar. "Iya. Ini ambil," perintah Cedric. "Nggak nyesel, Pak???" tanya Valerie untuk lebih meyakinkan lagi. "Untuk apa? Cuma makanan." Valerie bersemangat. Ia angkat piringnya dan tarik piring milik Cedric, kemudian menukarnya. Cedric terlihat menyantap makanan dari piring yang sudah ditukar tadi. Valerie pun melakukan hal yang sama. Namun, ia tiba-tiba saja tertegun, saat teringat dengan sesuatu, ketika masih menjalin hubungan dengan Felix dulu. Bahkan laki-laki itu paling tidak suka bila makanannya dicoba dan malah marah-marah, serta menyuruh memakan makanan mereka masing-masing saja. Langka sekali lelaki yang ini. Seolah ia selalu memberikan yang terbaik untuknya. Tidak mau besar kepala. Tapi ia cukup peka dengan perlakuannya yang tak biasa. Sudah tampan dan kaya. Tapi tidak sombong. Tidak seperti Felix, yang tidak punya apa-apa, tapi tidak tahu diri. Harusnya, dia itu bersyukur karena sudah memiliki wanita sepertinya. Tapi malah disia-siakan. Mengesalkan sekali laki-laki itu. Valerie menghela napas panjang. Tapi memang salahnya juga, yang baru dibaiki sedikit dan langsung bisa luluh. Mungkin juga, karena kurangnya kasih sayang dari orang tua. Masih memiliki ayah pun, malah lebih memperhatikan istri dan anak-anak dari istrinya yang sekarang. Ia sudah dituntut menjadi dewasa dan mengalah untuk adik-adiknya. Tapi sudahlah. Sepertinya, untuk kedepannya nanti, ia harus lebih selektif lagi dalam memilih pasangan, agar tidak menyesal dikemudian hari. Valerie melirik kepada Cedric. Lelaki yang memenuhi semua kriterianya. Tapi sayang, temboknya terlalu tinggi dan seperti tak berujung. "Mau kemana lagi setelah ini?" tanya Cedric sambil menyeka bibirnya. "Mau ke pantai, Pak. Mumpung di sini." "Ya sudah sana. Saya tunggu di sini," ucap Cedric sambil melirik tepian pantai yang hanya berjarak beberapa puluh meter saja, dari tempat mereka duduk sekarang. "Iya, Pak." Valerie turun dari kursi dan berjalan ke pantai sendirian. Ia berdiri di sisi pantai persis, sampai kakinya terkena sisa sapuan ombak pantai. Tarikan napas ia lakukan, beserta dengan hembusan napasnya juga. Kedua matanya terpejam, menikmati udara serta suasananya juga. "Ramai sekali di sini," ucap seseorang, yang membuat Valerie membuka mata dan menoleh ke sisinya. Cedric, tersapu sepasang mata milik Valerie. Hingga tangan Valerie, tiba-tiba saja digenggam tangannya dan dibawa oleh Cedric. "Ayo kita naik kapal," ucap Cedric sambil membawa Valerie bersamanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD