Anak Yang Malang

1130 Words
Difa baru selesai menyuapi gadis kecil itu bubur,dengan lembut ia membelai rambut Jesy, terenyuh hati Difa melihat mata sembab anak itu. "Sekarang Jesy minum obatnya ya!" Tanpa membantah Jesy langsung mengangguk, "Tapi nanti Aunty temani Jesy tidul ya... "Pintanya. Difa mana tega menolak saat mata bulat itu terlihat sangat memohon. Jujur dalam hatinya Difa ingin sekali menyayangi gadis kecil itu, tapi entah kenapa ada sesuatu yang belum Difa mengerti,dan itu serasa mengganjal di hatinya. "Pintar, semoga nanti lekas sembuh, jadi Jesy bisa sekolah dan main lagi ya. "Ujar Difa sambil membelai lembut rambut gadis kecil itu. "Bolehkah Jesy tidul sambil memeluk Aunty? " "Ya tentu."Difa segera naik ke ranjang dan memeluk tubuh kecil yang terasa panas itu. Memeluknya, menepuk pelan pantatnya serta mengecup kepala Jesy. Hingga sekitar satu jam kemudian,bisa Difa rasakan nafas teratur dari gadis kecil dalam pelukannya, perlahan ia lepaskan pelukannya lalu dengan hati-hati ia turun dari ranjang dan menyelimutinya. Difa keluar kamarnya,saat ini Jesy memang sudah tidur di kamar Difa, gadis kecil itu yang memintanya. Turun ke ruang makan untuk mengembalikan mangkuk bekas makan Jesy. "Apa dia mau makan? "Tanya bunda Sifa. "Separuhnya bun. "Tunjuk Difa pada mangkuk di tangannya, "Dia juga sudah minum obat." Difa duduk dan mengambil makan malamnya, "El mana bun? " "Sudah tidur dia, tadinya Raffa mau jemput tapi dia kekeh masih mau menginap di sini. " Difa mengangguk sambil memulai makan malamnya. "Difa... "Ujar bunda Sifa terdengar hati-hati. "Iya bun, ada apa? " Bunda Sifa menghela nafasnya, "Apa tidak sebaiknya kamu kembali dengan Dimas, beri dia kesempatan. Kamu tahu nak, bunda juga pernah di posisimu. " "Beda bunda, kalau ayah dulu ada usaha sejak awal, bukan menghilang dan baru kembali sekarang." "Kamu tahu sendiri alasan Dimas tak mencarimu kan? " Difa meletakan sendok di tangannya, "Bunda, Dimas sejak awal kesalahannya sudah menomor duakan perasaanku, dia menganggap perasaanku adalah hal yang sepele di banding keinginan wanita itu. Dan juga, sekarang bahkan dia belum mengatakan soal hasil dari rumah sakit itu. " Bunda Sifa menghela nafasnya pasrah, "Lalu bagaimana soal anak itu." "Difa tidak peduli, gara-gara dia Difa harus kehilangan anak Difa sendiri." "Bukan sayang, maksudku Jesy teman Farel. " Difa menghela nafasnya, "Entahlah bun, Difa menyukainya, dia anak yang manis,tapi entah kenapa ada rasa yang mengganjal untuk menyayanginya. " "Bunda kasihan dengannya, dari cerita pengasuhnya, gadis itu sudah 3 tahun di sini, dan sejak itu ia tak pernah bertemu ayahnya, ibunya entah di mana, meninggal atau pergi tak ada yang tahu, hanya ada sesekali kekasih ayah anak itu datang, tapi Jesy tak pernah mempedulikannya. " Difa menunduk, jujur ia sudah dengar cerita itu, dan dia kasihan padanya. Tapi bukan kapasitasnya untuk ikut campur masalah rumah tangga orang lain, terlebih masalah rumah tangganya sendiri saja masih belum jelas. "Apa tidak sebaiknya kamu..." "Bun... Anak itu terlalu berharap pada Difa, bayangkan anak itu memohon pada Difa agar Difa mau menjadi ibunya, apa bunda tahu apa yang di katakannya? "Tanya Difa, "Jesy mengatakan kalau aku mau jadi mamanya maka papanya pasti mau pulang." "Sebegitunya? "Tanya bunda Sifa tak percaya. "Ya itu yang Jesy katakan, coba Difa harus jawab apa? Difa sudah bersuami, terlebih ayah gadis kecil itu juga sudah memiliki kekasihkan? Astaga Difa bingung harus menjawab apa? Ayahnya saja Difa tidak tahu. " "Bingung juga ya. " "Permisi non..."Ujar seorang penjaga rumah Pradipta yang bernama Mondi. "Iya om. "Jawab Difa. "Ini tas dan kunci mobil non Difa, tadi ada yang mengantar kemari. " "Iya, makasih om. " Difa langsung mengecek isi tasnya juga ponselnya,menghela nafasnya karena ada banyak sekali notifikasi yang masuk, juga satu pesan dari Dimas. From: Suamiku Tercinta. Sayang, aku baru tahu kalau kamu masih banyak sekali menyimpan foto-foto kita, dan pin ponselmu adalah hari pernikahan kita, aku mencintaimu. Difa mencengkeram erat ponselnya, Dimas tanpa izin membuka ponselnya.Astaga bahkan pria itu menamai sendiri nomor barunya. "Kenapa sayang? "Tanya bunda Sifa. "Tidak apa bun, hanya banyak notif dari klien. " Ting... Satu pesan kembali masuk. From : Suamiku Tercinta. Jangan lupa makan istriku, see you soon. "Bunda, Difa kembali ke kamar dulu ya." "Iya sayang." Memasuki kamarnya,di lihatnya Jesy masih terlelap, jujur melihat wajah blasteran Jesy jadi mengingatkannya pada putrinya, mungkin jika putrinya masih hidup, akan seperti wajah Jesy,mirip papanya. Difa mengambil termometer untuk mengecek suhu badan anak itu, seketika nafasnya lega karena demannya sudah turun. . . ........... Sudah satu minggu Jesy tinggal di kediaman Pradipta, kondisi anak itu juga sudah sehat sejak tiga hari lalu, tapi Jesy kecil kekeh tidak mau pulang.Bahkan anak itu selalu mengikuti kemana pun Difa pergi, kecuali ke kantor. "Jesy nenek antar pulang ya... " Jesy menggeleng, "Tidak mau kalau Aunty tidak ikut."Rajuknya. "Jesy nanti aku akan sering main ke rumahmu biar kamu tidak sendirian lagi. " Ujar Farel ikut membujuk. "Tidak mau El, Jesy mau sama Aunty Difa,Jesy mau papa pulang."Ucap Jesy bersikeras. "El, ayo berangkat sekolah. "Ujar Difa yang baru saja turun. "Aunty Jesy ikut. "Pinta Jesy sambil menarik ujung dress yang Difa kenakan. Difa menghela nafasnya, selalu seperti ini, "Jesy sayang, Aunty mau bekerja, nanti Aunty usahakan pulang cepat ya! " Dalam hati Difa bingung, Jesy terkesan terlalu memaksanya, tapi jika harus menolak secara terang-terangan Difa tak tega jika harus mematahkan hati anak itu. . . "El apa kamu tahu di mana alamat kantor papa Jesy?"Tanya Difa saat perjalanan mengantar Farel ke sekolah, akhirnya setelah bujuk rayu, Jesy mau di tinggal oleh Difa. "Tidak tahu Aunty, El saja belum pernah ketemu, kan kata nanny Jesy, papanya tidak pernah pulang." Difa menghela nafasnya, kasihan anak itu benar-benar di telantarkan. Niat hati Difa ingin berbicara dengan ayah Jesy terkait Jesy yang merindukannya, dan lagi anak sekecil itu bukan hanya butuh materi, tapi juga kasih sayang orang tuanya. "Baiklah El, kamu sudah sampai sekolah, belajarlah dengan baik hmm.." "Siap Aunty." Farel menyalami Auntynya sebelum keluar dari mobil. . . Setelah mengantar Farel, 15 menit kemudian Difa sudah berada di kantornya. "Pagi Nuna... " Sapa Difa pada sekretarisnya. "Pagi bu, maaf di dalam sudah ada tamu yang menunggu. " "Tamu? Sepagi ini? Astaga... pasti Arjuna. "Tanpa menunggu, Difa segera memasuki ruangannya. Ceklek... "Tumben kamu datang sepagi ini... " Ujar Difa begitu memasuki ruangannya dengan tersenyum yang sesaat kemudian senyum itu langsung memudar saat ia melihat bukan Arjuna tapi Dimas yang kini tersenyum padanya. "Ada apa kemari sepagi ini? "Tanya Difa ketus. Dimas menggeleng, "Hanya merindukan istriku, dan sekaligus mengajak sarapan bersama. " Difa duduk di kursi kerjanya, "Tapi aku tidak merindukanmu. "Difa cukup tenang karena seminggu ini Dimas tak menghubunginya tapi sekarang justru pria itu ada di depannya. "Aku baru pulang dari London jika kamu bertanya kenapa aku tak ada kabar sayang. " "Apaan sih? "Kesal Difa. Dimas melangkah ke samping Difa lalu memutar kursi Difa hingga menghadapnya,"Aku tahu kamu merindukanku sayang, akuilah. "Ujar Dimas percaya diri sambil memegang dagu istrinya lalu dengan cepat mengecup bibir istrinya. . . myAmymy
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD