Penggemar misterius.

1080 Words
Waktu sudah menunjukkan tepat pukul sembilan malam. Inara dan teamnya sudah mulai bersih-bersih karena waktunya mereka akan pulang. Pekerjaan sudah dibagi dengan sangat baik. Retno bagian keuangan, Inara sendiri bertugas untuk stock opname. Dedy terlihat mencuci semua perabotan barista dan lap yang kotor. Sedangkan Arifin sudah siap dengan gagang sapu dan juga pel tongkatnya. Mereka ber-empat sangat kompak sekali jika sedang bekerjasama. Paket komplit, tidak ada kata iri dan dengki diantara mereka. Semua menjalankan tugasnya masing-masing dengan senang hati. Tak lama kemudian suara pintu diketuk membuat mereka berhenti sejenak dengan aktivitasnya. "Maaf Pak, Roti sudah habis dan kami sudah close!" Ucap Inara lembut. "Bukan mau beli neng, Bapak jualan tahu tek. Tadi Mas Ruvi bilang sama saya jika Bapak suruh buatin tahu tek empat porsi dan suruh nganter ke sini. Mas Ruvi juga sudah bayar lunas tahu teknya neng," senyum mekar terpancar di bibir indah Inara. Tak lupa juga Retno, Dedy dan Arifin. Akan ada pelangi datang setelah hujan, menjadi perumpamaan kondisi mereka saat ini. Setelah bekerja keras seharian, hal-hal menakjubkan tiba. Tadi sore mereka menerima beberapa mika panceke durian, malamnya datang lagi makanan tepat di saat perut mereka sudah terasa lapar. Ruvilo Hermanto adalah laki-laki manis yang bekerja sebagai salah satu pegawai stasiun. Usianya hanya terpaut tiga tahun di atas Inara. Sejak pertama kali bertemu, Ruvi sudah jatuh cinta kepada Inara pada pandangan pertama. Sampai saat ini Ruvi belum pernah mengungkapkan isi hatinya, namun ia tunjukkan perhatiannya yang luar biasa kepada Inara dan teman-temannya. Ruvi laki-laki yang sangat amat teramat baik. Dia juga dekat dengan Arifin dan Dedy. Laki-laki humble dan rendah hati. "Wah ada yang lagi kasmaran nih, hampir setiap hari Pak Ruvi mentraktir kita. Beruntung sekali Bos jika kamu menikah dengan Pak Ruvi," ledek Arifin membuat suasana outlet kembali ramai. Sudah tiga puluh menit mereka hening tanpa bercanda karena ingin segera close dan pergi malam mingguan. "Bener Ra, Setiap hari kerja bareng ayank. Cocok banget Ra kamu sama Pak Ruvi!" Sahut Retno ikut gembira. Inara masih berdiri di dekat frezer besar dekat pintu masuk. Hanya bisa tersenyum diledeki Anak buahnya sendiri. "Bener tuh Bos, pegawai stasiun, kerjaan jelas, gaji sangat jelas. Cocok sama Bos!" Timpal Dedy. Mereka sangat kompak untuk menjodohkan Inara dengan Pak Ruvi. Inara tidak mengenal apa itu cinta, ia tersenyum bukan karena terbawa perasaan kagum. Melainkan ia sangat senang karena semakin banyak yang tertarik kepadanya semakin banyak pula makanan gratis yang ia terima dengan lapang d**a. "Rejeki Anak sholehah, Tidak apa-apa kerja cuma dapat capeknya karena tidak bisa menikmati hasilnya. Namun Tuhan sangat baik dan menitipkan rejekiku kepada orang lain!" Batin Inara. Gadis cantik itu masih melamun karena hari ini menjadi hari yang begitu menyenangkan. Inara berharap, besok dan lusa ia akan mendapatkan rejeki yang lebih dadi malam ini. "Ra, Inara. Jadi siapa yang sebenarnya kamu pilih Ra?" Bisik Retno lirih, Retno benar-benar penasaran siapa yang berhasil mencuri hati Inara dari beberapa laki-laki yang mencoba mendekatinya. Retno ikhlas jika Inara memilih Pak Ruvi dibandingkan sepupunya. Karena Pak Ruvi terlalu baik jika untuk ditolak. "Siapa yang selalu perhatian sama aku, peka dengan kebutuhan perempuan tanpa harus bilang, itu yang bakal aku pilih!" Tegas Inara. "Bos, kasihan bapaknya sudah lama menunggu Bos." Dedy dan Arifin sudah selesai dengan tugas mereka. Karena perutnya sudah lapar, mereka ingin Inara Segera ke depan dan memesan. Lalu kemudian Inara meminta ke Bapak penjual tahu tek tersebut untuk segera dibuatkan agar mereka ber-empat segera menikmatinya. "Pedas semua ya Pak, dan yang satu jangan pakai toge. Semua spesial pakai telur, kerupuknya yang banyak ya Pak. Kami tunggu di depan outlet saja ya," Pinta Inara sambil buru-buru menyelesaikan pekerjaannya. Dunia memang sangat adil bukan, Inara bekerja keras demi keluarganya hingga ia mengabaikan kepentingan dan kebutuhannya sendiri. Namun tidak disangka, Inara dikagumi banyak laki-laki yang terlalu peka dan mengerti bagaimana mengambil hati seorang perempuan meski sebenarnya Inara belum membuka hatinya sama sekali, itu juga menjasi rejeki bagi Inara. Beberapa saat kemudian setelah lampu outlet padam dan pintu sudah dikunci rapat. Inara dan teamnya duduk di depan outlet berjejer menunggu pesanan makanan gratis mereka. "Pantang pulang sebelum kenyang, yeay!" Teriak Retno kegirangan. Tak lama Empat piring tahu tek berjejer rapi menggugah selera. Tahu tek adalah salah satu masakan khas dari surabaya, namun setiap daerah sekarang sudah dapat ditemui dan dinikmati karena banyak penjual makanan lezat ini. Makanan yang terdiri dari lontong, tahu dan telur. Disiram mumbu kacang yang gurih menambah citra rasa makanan tersebut menjadi makanan populer yang wajib dicoba. Disebut tahu tek, lantaran suara gesekan gunting. Setiap bahan-bahan wajib dipotong dengan gunting bukan pisau sehingga menimbulkan suara khas, itulah kenapa disebut tahu tek. Inara pecinta masakan pedas, salah satunya adalah tahu tek. Meski sebenarnya tidak baik jika Inara mengonsumsi makanan pedas terlalu berlebihan. Namun lidah orang Indonesia tidak bisa dibohongi, sudah menjadi mendarah daging jika masakan indonesia terkenal dengan rasanya yang pedas. Rasanya terlalu nikmat, Inara tidak rela jika tahu teknya akan segera habis. "Ya Tuhan terimakasih banyak atas rejekinya hari ini. Kantong terisi, perut kenyang," Rasa syukur Arifin saat makanannya telah habis dan meletakkan piring kosong di dekatnya. "Terimakasih Tuhan, telah mengirim Inara menjadi kepala outlet kami!" Timpal Dady menyusul membuat Retno dan Arifin tertawa. Inara hanya tersenyum geli mendengarnya. Tiga lembar uang kertas berwarna merah masih baru dikeluarkan dari tas ransel miliknya. "Bonus untuk kalian bertiga, semangat ya. Jangan lupa ditabung, jangan boros. Kita tidak tahu ke depan nasib kita bagaimana, jadi manfaatkan dengan baik hasil jerih payah kita saat ini," Nasehat gadis cantik yang membuat Tuan Arno masuk ke salon untuk merubah penampilannya itu. Meski Inara sendiri tidak bisa menabung, ia berharap teman kerjanya tidak bernasib sama dengan dirinya. Retno memeluk Inara dengan erat, ia tahu Inara tengah menutupi kepahitan hidupnya saat ini. "Ra, pakai saja uangku jika kamu membutuhkannya. Aku enggak papa, Ayah dan Ibuku semua bekerja. Kedua kakak laki-lakiku juga bekerja keras. Aku belum memerlukan uang saat ini, sisa gaji bulan lalu juga masih di ATM." Inara terharu dengan ucapan Retno itu. Retno adalah gadis gila yang suka bercanda, namun ia menjadi sahabat yang waras saat Inara kesusahan. "Tidak perlu Ret, terimakasih. Aku sudah punya bagianku sendiri, tenang saja!" Jawab Inara berbisik. "Bener? Kalau kamu kesulitan, jangan sungkan ya. Beri tahu aku," Retno meyakinkan Inara untuk tidak malu meminta batuan kepada dirinya. Ada sebuah mobil berwarna merah diam-diam memperhatikan Inara sejak tadi. Sepetinya ia sedang menunggu Inara pulang, karena waktu ditegur tukang petugas parkir stasiun. Orag tersebut bilang jika menunggu Inara pulang, jadi Petugas parkir membiarkannya begitu saja karena juga tidak mengganggu lalu lintas jalanan stasiun. Siapakah orang tersebut?.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD