Bangun di pagi buta ini Elsa merasa kelelahan dan badannya terasa pegal-pegal, mungkin karena semalam ia telah melewati waktu yang panjang setelah beradu skil di atas ranjang bersama Devan. Elsa tersenyum melihat wajah anteng Devan yang sedang tertidur lelap tanpa mengenakan kaos itu. Wajah maskulin terpampang nyata di depannya, dengan rahang yang tegas dan lesung pipi yang tercetak jelas walau ia tak tersenyum, meskipun tak samar. Elsa akui, sebenarnya Devan adalah pria yang sempurna. Wajah yang maskulin, begitu juga dengan tubuhnya yang selaras. Namun setampan apapun Devan, tahta tertinggi di hatinya tetaplah tuan Arno. Entahlah, berulang kali Elsa sering memaksakan diri untuk menggantikan posisi tuan Arno di hatinya agar di huni oleh Devan, tetapi itu sangat sulit ia lakukan. Bohong