Bab 7. Tipuan Viona

1253 Words
”Viona, kamu siapkan Nona Ashley. Jadikan dia sangat cantik dan berbeda,” perintah Bimo. “Oke,” balas Viona dalam pesan singkat. Sambil menggerutu Viona, melangkah menuju kamar Shino. Dia melihat Ashley masih terlelap di sofa. Melihat hal tersebut Viona tersenyum jahat. Hatinya merasa senang, bahkan yang semula dia ingin berbuat jahat dia batalkan. ‘Ternyata dia lebih menderita dari yang aku pikirkan, tuan Shino juga memperlakukan dia layaknya barang tidak berguna. Aku pikir, dia akan tidur layaknya seorang Nyonya besar,’ batin Viona. “Hai, bangun!“ bentaknya, sambil mendorong tubuh Ashley. Ashley yang masih setengah sadar langsung memaki balik. “Apaan sih! Masih pagi banget ini. Mami, bisa ngak Ashley tidur sebentar lagi. Ashley lagi mimpi buruk,” ujarnya ketus, dengan mata terpejam. “Woi, sadar. Kamu itu hanya barang koleksi. Jadi, jangan suka melantur,” celetuk Viona kasar. Ashley berusaha menyadarkan dirinya, dia terkejut dengan suara yang dia dengar. ‘Waduh aku di mana? Kenapa ada suara aneh, seperti nenek sihir dalam mimpiku,’ batinnya. Walhasil saat dia membuka mata, dia seperti di sambar geledek. “Ya Tuhan, ada setan,” ujarnya, sembari meletakkan kedua telapak tangannya di depan wajah. Ashley mencoba mengintip, di balik celah jemarinya. “Dasar sialan, kamu pikir aku setan pencabut nyawa,” timpal Viona kesal. Ashley langsung menutup mulutnya lagi. “Ups, maaf. Aku hanya spontanitas, tidak bermaksud apa-apa,” kilah Ashley membela diri. “Sudahlah, ini ambil. Segera bersiap-siap, saat ini tuan muda menunggumu di Sanddreams,” ujarnya. Ashley hanya tertegun, dia tidak paham dengan ucapan Viona. “Kenapa bengong, buruan. Kamu jangan mempersulit, kalau kamu terlambat aku akan kena cacian dan teguran,” bentaknya lagi. Ashley segera beranjak memasuki kamar mandi, seusai membersihkan dirinya. Di ruangan itu, sudah datang berbagai macam pakaian dari butik ternama. Semua bahannya terlihat mewah dan lembut, seperti pakaian yang di pakai para artis dan istri pejabat. “Gila, mimpi apa aku. Seperti di dalam film drama Korea,” gumamnya takjub. “Silakan di pilih Nona, semua ini di pesan khusus untuk Nona,” ujar salah satu pelayan. “Aku bingung harus pilih yang mana, mana..., mana.” Ashley malah bernyanyi, hal itu membuat para pelayan tersipu malu. “Kalau mau tertawa, jangan di tahan. Nanti jadi kentut, lebih lucu lagi loh,” celetuk Ashley, sambil menggoda. “Maaf Nona, kalau kami lancang,” ujar mereka. “Santai saja, sama saya jangan terlalu formal atau tegang. Kalau boleh minta saran, ini acara apa ya? Agar saya bisa menyesuaikan, pakaian yang tepat.” Ashley berputar-putar bingung memilih pakaian di hadapannya. “Nona bisa mencoba semua yang di inginkan, kami juga bisa mengganti jika tidak ada yang Nona suka dari semua ini,” ujar pelayan itu. “Aku hanya harus tampil elegan, tidak norak. Bahkan kalau bisa seperti putri Inggris,” ujar Ashley sambil mondar-mandir. “Baiklah, kami akan membantu memilihkan beberapa gaun. Nona, bisa mencoba yang benar-benar Nona sukai,” ucap salah satu, di antaranya. Dia segera memilah beberapa pakaian, dan meletakkan di satu tempat. Ashley mulai mencoba satu persatu pakaian itu, hingga dia berputar berkali-kali. Sampai dia memilih satu gaun berwarna biru muda, dengan hiasan sederhana namun elegan. “Rambut saya jangan di ikat semua ya, saya mau melihatkan keindahannya. Cukup di rapikan sedikit saja,” pinta Ashley. “Baik, Nona,” balas pelayan itu. “Oh, iya untuk riasan. Saya mau yang lembut dan tajam, buat semua mata terfokus dengan saya. Terutama, buat Shino hanya memandang saya tanpa berkedip,” pinta Ashley. Pelayan itu tersenyum, mulai melakukan tugasnya. Sesuai permintaan Ashley, penampilannya saat ini luar biasa. Bahkan Ashley sendiri, seakan lupa dengan wajahnya. “Serius ini saya, wah kalau ini benar saya. Pasti semua orang akan tersepona,” puji Ashley pada dirinya sendiri, dengan sengaja mengubah kata. “Terpesona, Nona.” Pelayan itu membenarkan, ucapannya. “Hahaha, Iya itu maksud saya. Kalau senyum begitu saya senang, merasa terhibur.” Ashley tertawa bersama, hingga suara yang sangat dia kenal mulai terdengar. “Bagaimana sudah siap?” tanya Viona dari luar ruangan. “Sudah siap,” jawab Pelayan itu, sembari membuka pintu. Viona tercengang, melihat Ashley yang berubah drastis. Bahkan dia hampir pingsan, tidak menyangka Ashley mirip seseorang. “Nyonya besar,” gemingnya lirih. “Ada apa Viona? Apa ada yang salah, hingga kau memanggilku seperti itu?“ tanya Ashley. “Oh, tidak,” ucap Viona berusaha tersadar. “Hanya mengingatkanku, dengan seseorang,” lanjutnya. “Bagaimana, apakah ini sudah bisa membuat semua terpukau?“ tanya Ashley. “Jangan banyak bicara, ayo ikuti saya,” balasnya ketus. ‘Tidak mungkin, mengapa sangat mirip dengan Nyonya besar. Aku seperti mengingat saat itu, saat Nona muda masih ada,’ batinnya. Viona membukakan pintu mobil dan mempersilahkan Ashley masuk, lalu dia menghubungi Bimo. “Sudah berangkat, nanti akan aku kirim fotonya,” ujarnya dalam panggilan telepon. Segera Viona mengirim foto Ashley, hal yang sama yang di rasakan Bimo. Dia teringat Nyonya besar, foto Ashley sangat mirip dengan almarhum Nyonya Besar, di kediaman bangsawan di masa Bimo masih kecil. Mobil yang mengantarkan Ashley melaju sangat kencang, namun tidak terasa guncangan sedikit saja. Perut Ashley mulai bermain musik, dia teringat pagi tadi belum ada sedikit makanan masuk di kampung tengah miliknya. Segera Ashley, membuka suara. “Maaf bisa buatkan dua Sandwich? Soalnya lapar banget ini,” pintanya. Pelayan yang menemani di dalam mobil limosin itu hanya tersenyum, sambil membuatkan pesanan Nona mudanya. Dia tidak ada berbicara apa pun, hanya diam dan mengerjakan semua permintaan Ashley. “Nona, kita sudah memasuki halaman perusahaan.” Sopir memberitahukan lagi kondisi di depan mereka. “Sepertinya di depan banyak, wartawan. Kami akan melewati jalan lain,” ucap sopir dan satu pengawal. “Saya ikut saja, lagian saya ngak tahu harus berbuat apa,” ujar Ashley. Sopir itu tersenyum sinis, Ashley menaruh curiga dengan pria yang membawanya. Saat memutari bangunan di perusahaan itu, Ashley merasakan kantuk. “Perasaan baru saja tidur, kenapa kayak mengantuk ya,” gumamnya. “Mungkin Anda bisa beristirahat sejenak, sebelum kita masuk lewat lobi prioritas,” ucap pelayan yang bersamanya. “Jangan, nanti Shino menungguku. Bisa berikan aku air hangat, agar tubuh ini berkeringat,” pinta Ashley. “Baik, Nona,” balas pelayan. Ashley berusaha menahan rasa kantuknya, dia keluar dari mobil mewah itu perlahan. Sembari berjalan bersama salah satu pengawal. Dia mulai menaiki lift, menuju ruangan tempat Shino berada. Ketika di lantai delapan, tiba-tiba seseorang dengan topeng berwarna hitam masuk. Menyemprotkan asap, yang membuat Ashley dan pengawalnya tidak sadarkan diri. “Bawa mereka seperti rencana, hingga waktu yang di tentukan. Tunggu kabar dariku, secepatnya,” perintah salah satu di antaranya. Ashley dibawa secara terpisah dengan pengawalnya, sedangkan pengawal itu di biarkan saja di dalam lift. Lift akhirnya terbuka di lantai sepuluh tempat Shino berada, Bimo terkejut mendapati pengawal itu pingsan. ‘Pantas saja, seseorang sudah melakukan hal licik ini,’ ucapnya dalam hati mengingat kejadian, yang sedang berlangsung saat ini. Saat Bimo kembali ke tempat Shino berada, dia terkejut. Melihat seorang wanita yang mengarah ke tempat Shino. Terlihat dari belakang, pakaian yang di kenakan sama. “Aku harus memastikan dahulu, siapakah wanita itu,” gumam Bimo. Detik-detik wanita itu mulai membuka penutup wajahnya, membuat Bimo bingung. “Bagaimana bisa mirip sekali, apakah dia memang Nona muda Ashley?“ tanya Bimo dalam hati. Hingga Bimo sadar, teringat dengan Viona. Dia semula tidak mau berprasangka buruk, sebelum wanita itu membuka wajahnya. Bimo segera mengirimkan pesan, kepada bawahannya. “Kerahkan pasukan cari Nona muda sampai dapat, sebelum rencana semakin berantakan,” perintah Bimo. Namun, Bimo terlambat. Wanita itu sudah membuka penutup wajahnya, Shino tampak murka. Setelah melihat wanita yang di sampingnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD