Dokter mengatakan keadaanku sudah stabil, kondisi jantungku juga baik baik saja. Aku hanya perlu beristirahat, tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
“Elena, berjanjilah padaku ini adalah pertama dan terakhir kalinya kau melakukan tindakan bodoh,” pria paruh baya itu tidak lepas menggenggam tanganku.
Aku hanya terdiam, masih bingung dengan semua ini.
“Sebenarnya apa yang terjadi?” lirihku, kuberanikan diri untuk bertanya karena aku rasa aku tidak akan sanggup menemukan jawaban atas semua pertanyaanku.
“Elena, apa kau tidak ingat kau mencoba bunuh diri saat keluarga Farrel melamar Clara?” ucap pria itu bingung.
Aku menampar dengan keras pipi kananku agar aku terbangun dari mimpi aneh ini, sayangnya rasa panas dan perih menjalar di pipiku. Pria paruh baya tadi histeris melihat tingkahku dan segera memanggil dokter.
Dokter yang memeriksaku menyarankan agar aku menemui seorang psikiater, dokter tidak bisa mendiagnosa dengan pasti keadaan kejiwaanku, dia mencurigai aku mengalami depresi, gangguan kecemasan bahkan amnesia.
Satu jam kemudian, seorang psikiater memeriksa keadaan dan menanyakan beberapa pertanyaan untukku. Aku hanya diam saat psikiater itu mencoba mengajakku berbicara.
Psikiater mendiagnosa ku menderita gangguan pasca trauma atau yang lebih sering disebut PSTD, depresi, dan amnesia parsial.
“Demi Tuhan aku baik baik saja, jelas saja aku tidak mengingat semuanya, aku Indria bukan Elena, aku hanya mengingat apa apa saja yang kulihat di film kemarin dan jelas saja aku depresi, siapa yang akan tetap waras jika berada dalam posisiku sekarang?” batinku, ingin sekali aku berteriak namun aku takut dibawa ke rumah sakit jiwa jika mengamuk disini.
“Ayah, kapan aku bisa pulang?” kuputuskan untuk menerima keadaanku saat ini.
“Elena, kau harus dirawat hingga sembuh.”
“Aku muak berada di rumah sakit, Ayah.”
“Ayah berjanji, dua hari lagi kau akan keluar dari rumah sakit, sekarang beristirahatlah.”
Aku membuang nafas kasar, lalu menarik selimut untuk menutupi tubuhku.
“Ini untukmu,” Farrel menyimpan seikat bunga tulip disampingku.
“Aku benci bunga tulip,” ucapku sinis.
Aku melirik sinis Farrel, kuputuskan untuk mengibarkan bendera perang kepada Cha eun woo KW dihadapanku ini, walaupun aku kurang suka dengan tokoh Elena, namun tetap saja aku tidak membenarkan perbuatan Farrel yang dengan tega melamar adik tirinya.
Saat ayah Elena menikah dengan Susan, Elena menangis dipelukan Farrel. Farrel yang paling tahu betapa sedihnya Elena saat posisi ibunya digantikan orang lain, dan sekarang dia akan melamar anak dari wanita yang menggantikan posisi ibunya.
Farrel terlihat kaget mendengar ucapanku yang sinis, selama ini tidak pernah sekalipun Elena berbicara dengan nada sinis kepada Farrel. Elena selalu menjadi gadis yang manis dan elegan di hadapan Farrel.
“Elena apa kau ingin beristirahat?” ucap Ayah saat melihat perubahan diraut wajahku.
“Ya!”
“Nak Farrel terima kasih telah menjenguk Elena.”
Farrel mengangguk kikuk dan berpamitan kepada ayah.
“Kupikir dengan kedatangan Farrel akan membuatmu bahagia,” Ayah menyelipkan anak rambut ke telingaku.
“Dia adalah penyebab semua ini, mana mungkin aku bahagia dengan kedatangannya?”
“Dulu kau pernah bilang, Farrel adalah sumber kebahagiaanmu.”
“Itu kan dulu,” aku memutar kedua bola mataku malas.
Aku sungguh tidak mengerti jalan pikiran ayah Elena, apa dia tidak marah melihat anak kandungnya dipermalukan? mengapa dia masih meminta Farrel menjenguk Elena?
**
Kediaman keluarga Farrel
Ayah dan Ibu Farrel sedang berada di ruang tamu menunggu kedatangan Farrel dari rumah sakit.
“Bagaimana keadaan gadis penyakitan itu?” tanya Ibu Farrel.
“Entahlah, mengapa tiba tiba kalian melamar Clara?” tanya Farrel dingin.
“Farrel, apa kau mau menikahi gadis penyakitan itu? dia angkuh dan arogan. Aku lebih menyukai Clara yang anggun dan keibuan, walaupun Clara anak tiri Marcel, Marcel memperlakukannya seperti anak kandungnya sendiri. Kau akan lebih bahagia jika menikah dengan Clara.”
“Seharusnya Ibu diskusikan dulu denganku.”
“Kami tau apa yang terbaik untukmu, kulihat kau juga memiliki perasaan lebih untuk Clara.”
“Ayah tidak usah sok tahu.”
Farrel pergi dan membanting pintu kamarnya lalu menghempaskan tubuhnya ke kasur empuk berukuran king size. Hatinya memang pernah tergerak oleh Clara, kecantikan alami dan sikapnya yang anggun, lembut dan keibuan membuat Farrel nyaman berada didekatnya. Namun Farrel tidak pernah berpikiran sampai menikahi Clara.
**
Vila milik keluarga Marcel.
Marcel memutuskan memindahkan Elena untuk tinggal di sebuah vila yang terletak di tengah perkebunan anggur, suasana dan udara disana sangat baik untuk pemulihan Elena. Marcel membawa pelayan kepercayaannya yaitu pak Joko.
Pak Joko dan istrinya sudah mengabdi kurang lebih selama 25 tahun di keluarga Pradipta, Marcel sudah mempercayakan semua urusan pekerjaan rumah tangga kepada pak Joko dan istrinya.
Pak Joko memiliki anak bernama Nurlaela, sebagai ungkapan terima kasih untuk kinerja dan loyalitas pak Joko untuk keluarga kami, Marcel memastikan Nurlaela mendapatkan pendidikan yang paling baik. Nurlaela selalu satu sekolah dengan Elena, dari TK hingga bangku kuliah.
“Lela, Non Elen sedang sakit, kamu harus lebih sabar menghadapinya” pak Joko mengingatkan.
“Iya pak, Lela mengerti” Lela menganggukkan kepalanya.
“Ya Lord cobaan apalagi yang akan Kau timpakan kepada hambamu ini” jerit Lela dalam hati.
Lela sedang mempersiapkan hatinya didepan pintu kamar Elena, Lela mengetuk pintu dengan lembut, setelah mendapat ijin dari Elena, Lela masuk kamar membawa nampan berisi makanan.
“Non, makan dulu” Lela menyimpan nampan di samping nakas.
“Kamu Nurlaela kan?” tanyaku, aku sangat mengingat sosok Lela di film Pengorbanan Cinta.
Lela dan Elena berteman baik sejak kecil, namun saat Elena kehilangan ibunya, dia menutup diri dan menjauhi semua orang termasuk Lela. Lalu saat memasuki sekolah menengah, Elena terjebak dengan teman teman yang memberikan pengaruh buruk.
Lela selalu mendapatkan perlakuan buruk dari Elena, dia selalu mengerjakan tugas maupun pekerjaan rumah milik Elena, Lela tidak pernah memberitahu siapapun mengenai perbuatan buruk yang dia terima, jauh dalam lubuk hatinya dia menyayangi Elena.
“Iya Non, saya Lela” ucap Lela tertunduk.
“Bisakah kau menemaniku disini? Aku ingin ngobrol denganmu,” aku menarik tangannya agar duduk disampingku.
Lela sangat terkejut menerima perlakuan dariku, dia menyembunyikan keterkejutannya dan kembali menunduk. Lela telah duduk disampingku.
Semalaman aku berfikir, aku harus bertahan hidup disini, di dunia asing milik Elena. Aku tidak mau hidup menderita seperti Elena, aku akan membuat jalan hidupku sendiri. Kuputuskan untuk mencari banyak teman untuk membentuk koalisi. Aku tidak pernah tahu apa yang menungguku di depan. Sialnya aku hanya menonton setengah dari film Pengorbanan Cinta.
“Kenapa kau pucat sekali? kau takut padaku?”
“Tidak, Non.”
“Santai saja, panggil saja aku Elen.”
“Saya tidak berani, Non.”
“Ini perintah!”
“Ba-baik Non, eh Elen.”
“Bukannya dulu kita berteman Lela? maafkan aku telah merusak persahabatan kita.”
Lela menatap lurus mataku, dia tidak percaya apa yang baru saja dia dengar.
“Elen, kau benar benar sakit!”
Lela menyentuh dahiku dengan punggung tangannya.
“Ish kau malah mengejekku,” ucapku sambil menyingkirkan tangan Lela.