PENOLAKAN
"apa Dafa gak mau dijodohkan” ucap laki-laki itu dengan suara lantang
Ayah dan ibunya memaksanya untuk dijodohkan dengan wanita yang belum dikenalnya. Laki-laki yang masih menempuh pendidikan tinggi itu ngotot untuk tidak ingin melakukan hal itu
.
“ibu tau kan aku sudah punya pacar. Namanya Clara” laki-laki itu berdiri sambil melihat kedua orangtuanya yang sedang duduk.
“kalian belum menikah juga putusin aja” ucap ayahnya terkesan bicara enteng Dafa melihat Sinis ke sosok laki-laki itu. Bisa-bisanya berkata seperti itu pada Dafa yang begitu mencintai kekasihnya.
“pokoknya hari ini kamu ketemu sama dia dulu”-Ayah Dafa memaksa dirinya
Dafa yang kesal mengambil jaket yang tergeletak di kursi dan ayahnya hanya memandang dengan kesal melihat anaknya mau pergi “kalau kamu tidak datang nanti malam, jangan salahkan Ayah jika melakukan sesuatu terhadap kekasihmu” langkah Dafa terhenti sesaat lalu pergi keluar meninggalkan tempat itu.
Dafa mengendarai mobilnya menyusuri jalan hendak menemui seseorang
Tok..
tok..
Clara membuka rumah itu dan melihat sesosok laki-laki yang dengan wajah kusut berada didepan rumahnya dan tiba-tiba langsung memeluknya.
“aku harus apa Rara,, huhu...” laki-laki itu menangis di pelukan gadis itu hingga membuat Clara hanya berusaha untuk menenangkan sambil mengusap kepala pria itu membiarkan dia meluapkan seluruh emosinya sampai dia bisa mengatur amarahnya.
“udah nangisnya, ayo duduk dulu” Clara melihat wajah Dafa sambil menggandeng tangannya ke kursi. Lalu, mengambilkan segelas air itu Dafa dan duduk disampingnya. “kamu kenapa? Ceritakan”
“Ayahku, mau memisahkan kita, dia menjodohkan ku dengan seorang wanita” ucap dafa sambil menatap gelas yang berisi air itu dengan rasa sedih yang amat sangat. Clara tidak tau harus merespon apa, sebenarnya dia merasa sakit mendengar itu.
“dia memaksa ku untuk menikah secepatnya aku gak mau, hari ini dia memaksa ku untuk bertemu dengan wanita itu, Rara aku harus gimana” Tanya Dafa sambil memegang kedua tangan Clara dan melihat matanya lekat mencari jawaban agar Clara menyuruhnya untuk tidak pergi.
“ayahmu benar, mungkin gadis itu baik untukmu” jawabnya sambil tersenyum setelah sempat terdiam dalam hati dia melawan semuannya dia ingin Dafa ada disisinya jangan pergi menemui gadis itu tapi dia tidak ingin terlihat egois.
“kau mau membiarkan aku bersamanya kamu tidak mencintaiku? –tanya Dafa setelah mendengar jawaban gadis itu.
“aku mencintai mu tapi wanita itu gak salah dia mungkin sama kaya kamu dipaksa” –jawab Clara membuat Dafa berpikir .
“kamu hanya perlu menemuinya jangan sampai dia menunggumu ditempat pertemuan itu.
“baiklah aku pergi karena kamu yang minta, nanti aku akan bicara pada gadis itu”
****
-ditempat lain
"Kamu jangan makan mulu dong” Puji mengambil semangkuk bakso favoritenya itu
“kenapa aku pengen makan’ Arumi berusaha untuk mengambil kembali tapi tidak diberikan
“kamu sudah makan dua porsi itu sudah cukup”- tegas Puji wajah Arumi berubah jadi sedih.
“kamu kenapa makan banyak banget?” Tanya puji merasa sahabatnya ada masalah
“huah.. tante Iren menyuruhku menikah”-Arumi menaruh Wajahnya diatas meja dengan wajah Frustasi
“baguslah… kamu gak akan single lagi” jawabnya simple sambil menyedot minumannya.
“kamu gak tau mana mau cowok itu sama aku yang gendut ini, lihat lemak dimana-mana” menunjuk lemak di perutnya.
“lucu kok lagian kamu gak gendut Cuma semok aja, cantik juga” Puji memuji sahabatnya
“percuma ngomong sama kamu, gak ngerasain penderitaan ku.
“terus kamu maunya apa?” Tanya puji menatap gadis itu.
“aku mau dapat cowok yang menerima aku apa adanya bukan terpaksa”-Ucap Arumi lalu berdiri mengajak Puji meninggalkan restoran itu. Mereka berjalan di mall Arumi melihat baju yang cantik dan tertarik untuk membelinya
“kenapa kamu berhenti”-puji menoleh melihat Arumi yang sedang mengelilingi patung baju itu. Arumi terkagum dengan Dress yang indah tapi tidak muat untuknya.
“Arumi ayo jalan aku gak mau kamu beli baju lagi yang gak muat mubazir”puji menariknya menjauh pergi dari tempat itu.
“Nona Arumi, Nyonya Iren minta anda segera pulang untuk bersiap-siap makan malam” ucap seorang Ajudan padanya.
“ah, baiklah tapi antar puji dulu kerumahnya” mereka memasuki mobil yang terlihat dua orang berdiri didepannya dan membukakan pintu mobil.
Arumi gadis muda keturunan orang kaya yang menikmati semua kenyamanan ini, dirumahnya terdapat lebih dari sepuluh pembantu dan lebih dari belasan Ajudan untuk mengawal anggota keluarga Bakti Purnomo. Bakti Purnomo adalah Nama kakeknya dan tante Iren anak bungsu dari dua bersaudara.
Ayah Arumi adalah Hardi Jaya Purnomo yang mewarisi perusahaan dibidang property tapi naas Ayahnya harus meninggal karena kecelakaan saat usianya sepuluh tahun. Ibu Arumi entah dimana dia tidak tau karena sejak kecil Iren lah yang dianggap Ibu.
Arumi gadis cantik dan manis yang mempunyai masalah melampiaskan kesedihan kepada makanan hingga dia menjadi gemuk.
sampai dirumah Arumi disambut para pelayan yang sudah bersiap untuk menandandani nya.
“aku mandi dulu” ucapnya nyelonong masuk kekamar.
Setelah keluar dari kamar mandi dia disambut dengan pelayan yang membawakan pakaian untuknya dan membantu memakaikan baju, setelah itu tukang make up kenalan tantenya merias wajah Arumi dengan telaten “Arumi memang cantik tapi hari ini bakal aku buat lebih cantik. Arumi didandani seperti seorang Artis menggunakan gaun putih yang indah dengan riasan yang mendukung tubuh tingginya menutupi tubuh gemuknya. Hanya pipi chubbynya yang menonjol.
“nona Arumi pertemuan dengan laki-laki itu jam tujuh malam kita berangkat sekarang” ucap pak Delta yang menunggu di depan pintu kamar.
“baiklah tunggu dimobil aku segera keluar” –jawabnya seraya berpikir tak salahnya mencoba lagi.
Arumi berangkat ke tempat itu disebuah restoran mewah, Arumi di bawa ke dalam ruangan yang dihiasi dengan gaya romantis layaknya kencan bersama seorang kekasih. Dia duduk di depan meja berisi lilin dan bunga mawar merah menunggu seorang laki-laki yang akan dijodohkan dengannya. Lama sekali Arumi menunggu tapi tidak ada orang yang datang hampir jam delapan malam.
“untuk apa aku menunggu, bahkan dia tidak sudi melihat wajahku” Arumi memegangi tas dompetnya berdiri hendak meninggalkan ruangan itu tapi seseorang itu berlari masuk.
“maaf aku telat” ucapnya sambil menarik nafas. Arumi menyuruh Dafa untuk duduk dulu sambil memberi minuman. Mereka menikmati makanan tanpa berkata apapun sampai Dafa mulai bicara “aku sudah punya pacar”ucapnya membuat Arumi merasakan apakah itu yang namanya ditolak sebelum menyatakan.
“oh iya.. maaf gara-gara aku kamu pasti harus putus sama pacarmu” –ungkapnya sambil tersenyum kecil.
“aku gak putus dan gak mau putus, aku Cuma mau bilang aku gak mau dijodohkan” tegas Dafa melihat gadis itu.
“maaf aku… gak tau .. batalkan saja perjodohan ini”-jawab Arumi.
“aku gak bisa, kalau kamu mau bantu aku batalkan ini, bilang kamu tidak mau dijodohkan denganku”-Dafa.
“aku gak bisa, kalau kamu mau batalkan sendiri” jawab Arumi pergi meninggalkan tempat itu
“kau wanita egois, aku mencintai kekasihku bukan wanita sepertimu menikah karena bisnis udah kaya mau kaya lagi dasar gila kekayaan” ucap Dafa kesal Arumi tetap berjalan keluar kejadian didalam ruangan tidak ada yang tau hanya mereka berdua.
Árumi memasuki kamarnya membaringkan tubuhnya menatap langit-langit mengingat Dafa laki-laki yang menolak untuk untuk menikah dengannya. Arumi gadis yang sering didekati oleh laki-laki dan beberapa kali pacaran dan semua mantannya diperlakukan baik tapi semua mantannya selingkuh dengan perempuan lain yang cantik.
Arumi hanya jadi Bank berjalan. Tapi sekarang laki-laki menolak untuk dijodohkan karena mencinta kekasihnya dan mengatakan itu tepat di depannya serta di pertemuan pertama. Arumi sangat kesal entah ia merasa Iri atau karena ditolak seperti tadi.
Tring…
tring…
Telepon Arumi berdering ia mengambilnya dan meletakan di telinga
“gimana kencan mu”-tante Iren
“lancar tante”-Arumi
“kamu suka dia”
“ehmm” Arumi hanya menjawab singkat
“tante Arumi ngantuk”ucapnya sambil pura-pura menguap
“ya udah kamu tidur sana, good night” Arumi meletakan ponselnya lagi diatas meja samping ranjang
“Dafa ngapain disini, bukannya kamu mau ketemu dia”- Clara kaget melihat Dafa ada didepan rumahnya. Dafa masuk ke rumah itu dan langsung duduk.
“Rara, aku gak mau nikah sama dia” – ucap Dafa sambil memegang ke dua tangan gadis itu.
“aku Cuma cinta sama kamu” matanya mulai berkaca begitu tulusnya dia mencintai Clara gadis yang memberikan warna dalam hidupnya.
“aku juga cinta sama kamu, tapi orangtua mu tidak suka denganku, aku bisa apa”-jawab Clara yang tidak tau harus merespon apa.
“aku mau kita kabur saja, yang penting kita bersama”-Dafa berniat untuk membawa Clara pergi jauh dari kota itu dan memulai hidup baru.
“tapi itu gak baik Dafa, kasihan orang tua mu”- jawab Clara mendengar apa yang dikatakan dafa. Gadis yang tumbuh besar di panti asuhan itu yang tidak pernah merasakan kasih sayang orang tua tapi Dafa memiliki orang tua dia menghormati orang tua pacarnya berusaha untuk lebih baik.
“bicaralah baik-baik pada orang tua mu, setelah itu baru putuskan” ucap Clara padanya sambil mengusap pipi Dafa memberikan kepastian “aku tetap ada disini bersama mu Dafa”. Clara mencium bibir Dafa yang dibalas oleh laki-laki itu.
Beberapa menit mereka berciuman hingga semakin panas Clara memdorong d**a Dafa.
“kau nakal aku kehabisan nafas” ucap Clara yang hanya dibalas dengan senyuman oleh dafa yang seakan meminta ijin untuk melakukan hal yang lebih. Clara tidak tau harus berkata apa dia tidak mau kehilangan Dafa. Ia menganggukan menandakan bahwa dia mau memberikan hidupnya pada Dafa. Dafa menciumnya sekilas dan menggendong Clara ke Kamar membaringkannya dikasur.
“aku mencintai mu Clara, aku akan menikahi mu saja ” ucap Dafa menatap Clara yang ada di bawah tubuhnya. “aku juga mencintaimu” Clara mencium bibir laki-laki itu.
^^^^
“Dafa.. Dafa bangun ada telepon” – ucap Clara membangunkan kekasihnya.
“ah.. nanti saja aku masih ngantuk” ucapnya sambil memeluk erat Clara .
“ada telepon dari ayahmu”-jawab Clara membuat Dafa membuka matanya dan mengambil posisi duduk.
“kamu kemana saja tidak pulang ke rumah, sekarang papah mau kamu ada di rumah jam 10 ini” ayah Dafa menelpon dengan nada kesal.
“iya, iya, nanti aku pulang”-jawab dafa singkat dan langsung mematikan teleponnya.
“ada apa?” Tanya Clara “ayah menyuruhku untuk pulang sebelum jam sepuluh” Dafa membaringkan tubuhnya lagi dan menatap Clara sambil tersenyum.
“kenapa lihat-lihat” Tanya Clara yang sangat malu dan menutupi wajahnya dengan selimut.
“kamu cantik saat bangun pagi” Dafa menarik selimut yang menutupi wajah Clara hingga mata mereka bertemu dan mencium bibir kekasihnya sambil berkata “morning kiss beb” hingga mendapatkan pukulan pelan di lengannya.
Dafa pergi pulang kerumahnya dan melihat beberapa orang duduk diruang tamu
"Dafa kemari" dafa pergi menghampiri mereka ..
"Perkenalkan ini nyonya Iren tante dari Arumi" ucap ayahnya memperkenalkan seorang wanita yang duduk dengan elegan dan terlihat jelas orang kaya.
Dafa diminta untuk duduk disofa dan mendengarkan apa yang mereka katakan ..
"Pernikahan kalian akan dilangsungkan 1 bulan lagi, besok kamu temani Arumi buat mencari gaun pengantin dan juga jas untuk mu" ucap Iren memberi tahu dafa.
"Tapi saya ti.."
"Oke nyonya Iren Dafa bakal pergi besok dengan Arumi" ucapan Dafa kepotong oleh ayahnya membuat dafa hanya menatap sinis..
"Baiklah saya pamit tuan Anggara"
"Hati-hati nyonya" Iren pergi dari kediaman keluarga Anggara.
"Apa-apaan, aku tidak mau menikah dengannya" ucap dafa kesal.
"Kamu harus mau menikah dengannya kalau tidak aku buat hidup pacarmu jadi makin susah"-ayahnya mengancam Dafa hanya bisa melihat sinis mendekati ayahnya.
"Ayah adalah orang paling jahat yang pernah ada, demi uang rela membuat kebahagiaan anaknya hancur" Dafa benar-benar menahan amarahnya bisa saja dia memukul ayahnya tapi dia tidak seburuk itu . Dafa pergi ke kamarnya duduk di atas kasur dengan perasaan campur aduk.
"Aku harus bicara pada gadis itu besok" Dafa bergumam sendiri.
***
"Arumi besok ingat ya, pergi buat pilih baju pengantin" ucap tante Iren.
"Iya, serahkan saja sama kak Adit (desainer baju keluarga purnomo) dia tau yang mana sesuai ukuran tubuhku dan yang cantik aku gak usah pergi masih ada yang aku urus" ucap Arumi membolak balikan kertas yang ada ditangannya.
"Gak bisa, kamu harus pergi untuk lebih dekat lagi, mengenal calon suamimu" ucap Iren memberikan perintah dan keluar dari kamarnya.
"Cih, dasar keluarga gila harta menjodohkan anaknya hanya karena tidak mau bangkrut" gumam Arumi yang sudah mencari tau semua hal tentang keluarga Anggara yang sebentar lagi akan bangkrut.
"Anaknya mati-matian menolak ku karena kekasihnya, ternyata tidak bisa membatalkan acara ini" membaringkan tubuhnya. Arumi bisa saja membatalkan semua ini tapi dia tidak ingin melakukannya dengan alasan yang tak masuk diakal karena Arumi hanya ingin tau seberapa cinta laki-laki itu pada pacarnya.
Arumi hanya akan membiarkan ini terjadi sebelum undangan di sebarkan.
***
"Clara antar minuman ini ke meja no.9"pelayan lain menyuruh clara. Ia membawa nampan itu ke meja.
"Clara!!" Ucap seorang laki-laki yang ternyata teman clara
"Oh, Raka"ucapnya sambil menaruh nampan berisi makanan itu.
"Lama tidak bertemu ya"Raka terlihat senang.
"Iya, kamu ngapain disini" tanya Clara.
"Aku kuliah disini sekarang" sambil meminum jus yang ada didepannya.
"Kamu, gimana lanjut kuliah setelah keluar dari panti Asuhan itu" Raka balik bertanya.
"Ah.. aku lulus SMA tapi tidak lanjut kuliah dan sekarang seperti yang kamu lihat aku kerja disini" jawabnya sambil mengangkat bahu.
"Oh ya aku tidak bisa berlama-lama harus kembali bekerja"
"Baiklah, tapi aku boleh minta nomor mu?"
"Oke, ini nomorku" Clara mengetik nomornya di ponsel Raka.
"Nona, bangun ini sudah jam sembilan pagi" ucap seorang pelayan padanya.
"Uh, sebentar lagi hari ini weekend aku gak punya kegiatan" Arumi masih menggeliat didalam selimutnya.
"Nona, hari ini punya jadwal buat fitting baju pengantin jam 11" pelayan memberitahu jadwal Arumi yang membuatnya sedikit membuka mata lalu menutup matanya lagi.
"Aa, itu telepon kak Adit saja aku tidak mau pergi" jawabnya singkat.
"Maaf Nona tidak bisa nyonya Iren yang menyuruh nona untuk pergi"
"Iya, iya aku tidur sebentar lagi" pelayan kemudian keluar dari kamar Arumi.
"Menyebalkan harus ketemu orang itu" ungkapnya dengan malas keluar dari tempat tidur dan bersiap-siap.
"Bi Minah, selamat pagi" ucap Arumi mengagetkan Juru masak dirumahnya.
"Bi masak apa hari ini?" Arumi bersandar pada meja sambil melihat bi Minah memasak.
"Non, duduk saja masakan sudah hampir siap" ucap Bi minah dengan sopan.
"Wah hari ini menunya enak banget kesukaan ku semua, Bibi memang tau apa yang ku suka" wajah Arumi terlihat bahagia makanan dihadapannya begitu membuatnya girang
"Kamu, cuma boleh makan sedikit" tante Iren tiba-tiba datang menghampiri nya mengambil piring Nasi dan menyendokan makanan untuk Arumi lalu menyodorkannya.
"Hah, gak salah aku cuma makan sedikit ini" ucap Arumi melihat makan yang diberikan tante Arumi.
"Mulai besok Tante mau kamu diet, dan olahraga, selama ini seperti nya tante terlalu membiarkan kamu seenaknya makan" ucap Iren dengan wajah serius.
"Gak salah te, aku diet, gak mau nanti aku mati kelaparan" ucapnya kaget tiba-tiba diminta untuk mengontrol makanan.
"Heh, gak makan sehari gak mati kali lagian kamu tetap makan tapi yang bergizi aja, gak ada makan daging dan makan berlemak" Iren menegaskan semuanya pada Arumi
"Tante jahat, Arumi jadi malas makan" Arumi berdiri meninggalkan meja makan sambil kesal.
"Kamu mau kemana?" Tanya Iren
"Ke kamarlah" jawabnya ketus.
"Bukannya hari ini fitting baju, sana berangkat" Arumi hanya menggerutu dalam hati dan pergi keluar pintu.
****
"Uh dimana si laki-laki itu, selalu membuatku menunggu" gumamnya sambil memperhatikan pintu masuk.
Kraukk.. perut Arumi berbunyi karena pagi tadi tidak jadi sarapan dan sekarang perutnya minta di isi
"Gara-gara tante nih aku jadi lapar begini, suruh pak Delta pesan makanan aja lah..
"Hallo, pak boleh pesankan aku nasi goreng tidak sama burger dan juga air minum Jus Alpukat dan air mineral" ucap Arumi sambil memegang perutnya.
"Maaf non, tidak bisa katanya Nona harus diet" pak Delta menolak permintaan Arumi..
"Pak untuk kali ini saja lah, aku lapar"
"Maaf gak bisa non"
Arumi mematikan teleponnya sambil menunggu Dafa. "Ah menyebalkan itu laki-laki" menggerutu dengan kesal.
"Maaf aku telat" ucap dafa menghampiri Arumi.
"Sudahlah masuk, lama-lama aku emosi" ucapnya berjalan masuk menemui Aditya.
"Wah Arumi tampak cantik aja yang mau menikah" ucap Aditya menyambut kedatangan mereka.
"Ini desain baju pengantin yang baru aku rancang bagus gak ini khusus untuk Arumi" Aditya membawa Arumi kedepan baju yang indah sekali.
"Wah bagus banget bajunya, aku suka"
Arumi terkagum dengan gaun pengantin itu terlihat begitu cantik.
"Iya, kata Iren kamu bakal diet jadi aku buat dua nanti, satu size agak besar sesuai tubuhmu sekarang dan satu yang ini kalau kamu bisa nurunin berat badan mu"
"Aku pengen pakai yang ini, aku bakal diet" wajah Arumi sangat senang membayangkan dirinya menggunakan gaun yang indah itu tapi ekspresinya berubah setelah mengingat satu hal fakta tentang Dafa.
"Dafa, kamu suka baju yang ini" tanya Arumi
"Iya terserah, kamu suka toh pakai uangmu" ucapnya tanpa melihat Arumi.
"Oh, baiklah". Dafa tidak bicara banyak hanya menjawab singkat apa yang dikatakan arumi dan sibuk dengan ponselnya.
"Hari ini sudah cukup, kita pisah disini saja aku akan tunggu pak Delta menjemputku" jawab Arumi sambil tersenyum ..
"Baiklah, aku pergi duluan" ucap dafa.
"Uh, apa ini perutku sakit Arumi tersungkur kelantai tiba-tiba perutnya seperti ditusuk-tusuk karena tidak makan sampai siang. Dafa yang mau keluar pintu berbalik untuk menolong Arumi ..
"Kamu gak kenapa-kenapa kan" Dafa membantu Arumi berdiri dan duduk di kursi
"Aku lapar, belum makan dari pagi" ucap Arumi lemas.
"Hah,, ya udah kita makan diseberang jalan ini ada restoran" Dafa menarik nafasnya sesaat setelah itu memegang tangan Arumi dan membawanya ke restoran.
Menikah Sebelum Cinta - olahraga
Mereka berdua memesan makanan sesampai disana Arumi dan Dafa disambut dengan baik karena restoran itu adalah salah satu tempat favorite Arumi. Makananpun cepat sekali disajikan diatas meja mereka tidak perlu menunggu terlalu lama apalagi Arumi sudah sangat kelaparan.
“kamu benar-benar seperti kelaparan makan yang pelan” Dafa melihat Arumi begitu lahap memakan makanan itu hingga membuat Arumi sadar.
“apa aku terlihat rakus sekali” Tanyanya sama Dafa sambil mengusap mulutnya.
“tidak, tidak wajar saja disaat kamu sangat kelaparan” jawab Dafa sambil menggelengkan kepala.
Arumi melahap makanannya dengan baik dan entah kapan dia memperhatikan Dafa yang ternyata hanya meminum sebuah Jus sambil memainkan ponselnya dan tidak menyentuh makanan diatas meja.
“kamu tidak makan” Tanya Arumi melihat Dafa.
“tidak aku sudah makan tadi jadi sekarang aku masih kenyang ini semua untukmu kan” jawabnya menolak
Arumi terdiam sesaat dalam hati dia berpikir “kurang ajar dia pikir aku pesan makanan tadi untuk diriku sendiri, emang aku terlihat serakus itu” Arumi menjadi kesal sendiri dan mengambil makanan yang ada dihadapan Dafa dan melahapnya dia tidak ingin membuang makanan yang begitu lezat itu.
“ada yang mau kamu sampaikan padaku” Tanya Arumi sambil mengusap bibirnya dengan tisu berharap laki-laki itu menyampaikan apa yang dia harapkan.
“tidak ada, aku hanya ingin cepat pulang ada yang harus ku kerjakan” jawab Dafa sambil tersenyum
Laki-laki itu menahan semua yang mau dia katakan tapi tidak bisa dia lakukan sebelum pergi tadi ayahnya sudah mengancam dirinya. Padahal Dafa ingin meminta tolong pada Arumi.
“Dafa tunggu” ucap ayah dafa ketika ia ingin pergi keluar untuk menemui Arumi. “Ada apa lagi sih” jawab Dafa ketus. “kamu ingat ini, jangan bilang apapun yang membuat pernikahan kalian batal kalau tidak pacarmu akan Ayah minta untuk dipecat dari kerjaannya” ancaman ayahnya begitu membuatnya kaget dan tak tau berbuat apa.
Dafa pergi dengan menggunakan mobil dia ingin sekali membawa Clara kabur jauh dari kota itu tapi jika terburu-buru itu akan menjadi hal buruk. Sangat lama dia berpikir sampai memutuskan untuk mengikuti keinginan Ayahnya sementara waktu sambil mencari jalan keluar.
“kalo begitu aku pamit dulu ya” Dafa beranjak dari tempat duduknya meninggalkan Arumi untuk menunggu pak Delta menjemput.
“aku pikir dia akan mengatakan sesuatu pada ku untuk membatalkan pernikahan ini ternyata tidak” gumam Arumi sendirian. Ia hanya mau menunggu Dafa memintanya mengakhiri pernikahan ini maka dia akan memutuskan saat itu juga tapi ternyata laki-laki itu seperti anak anjing yang takut dengan tuannya.
Arumi Cuma ingin mengikuti alur permainan dari keluarga Anggara sampai mana mereka bakal bertahan seperti ini pertentangan antara Ayah dan Anak siapa yang akan menang.
“Non Arumi, makan disini “ ucap Pak delta yang sudah datang yang hanya dijawab dengan anggukan dan langsung masuk ke dalam mobil. Pak delta menemui manajer Restoran yang ada didepan pintu “Nona Arumi akan menikah, Nyonya Iren menyuruh dia untuk diet, maksudku kau mengertikan” ucap pak delta tegas.
“baik, saya tidak akan melayani nona Arumi selama masa dietnya” jawab manajer restoran pada pak delta dengan sopan. Arumi hanya memandangi dari jendela mobil dia tau apa yang dikatakan pak delta pada manajer itu.
****
“bangun Arumi” ucap tante Iren sambil membuka selimut Arumi hingga tidak menutupi tubuhnya lagi.
“apasih tante aku mau tidur” jawabnya yang masih setengah sadar. “kamu ingat apa yang tante katakan kemarin kamu mulai hari ini olahraga” Iren menarik lengan Arumi sampai ia terduduk.
“nanti saja lah tante aku masih ngantuk, jamnya juga masih tujuh pagi” jawab Arumi yang berusaha untuk tidur lagi.
“gak bisa, cepat bangun dan ganti baju kamu olahraga ditaman komplek sana” perintah Tante Iren dengan malas ia pergi ke kamar mandi.
“tante menyebalkan weekend ku jadi begini”keluh Arumi sambil berlari ditaman yang ditemani oleh beberapa pelayannya yang membawakan handuk dan minuman serta pengawal yang menjaga keamanan Arumi. Dia berkeliling taman beberapa putaran lalu berhenti untuk duduk di kursi.
“huh.. lelah sekali, apa karena aku kurang olahraga selama ini jadi cepat lelah” gumamnya sambil mengusap jidat yang basah karena keringat.
Sambil bersantai Arumi memandangi sekeliling taman melihat orang yang berolahraga mata Arumi terfokus pada sepasang kekasih yang sedang berolahraga yang buatnya menjadi Iri adalah laki-laki yang tampan menemani seorang gadis gemuk berolahraga dan begitu sangat menyenangkan terlihat laki-laki yang terus memberi semangat pada gadis itu.
“lucunya mereka” ucap Arumi merasa sangat gemas dan sedikit iri pada pemandangan itu. Andai aku juga ditemani seperti itu pasti menyenangkan ada yang memberiku semangat Arumi terbayang Dafa. “apa sih kenapa malah ke cowok itu, sadar Arumi sadar dia sudah punya pacar” Arumi menepuk kedua pipinya.
“ayo kita pulang” perintah Arumi sambil berjalan menuju mobil.
Hampir satu minggu Arumi menjalankan dietnya dan juga satu minggu dia tidak bertemu dengan Dafa hubungan dalam perjodohan mereka berjalan begitu saja Arumi memiliki Nomor telepon Dafa tapi tidak pernah menghubunginya. Banyak hal yang dilalu oleh Dafa maupun Arumi.
Arumi yang sibuk aktivitas kuliah dan juga dietnya ditambah kesibukan oleh tante Iren yang selalu ditanya berbagai hal tentang konsep pernikahan mereka seperti apa, Arumi lelah dengan pertanyaan seperti itu banyak orang sangat antusias dengan pernikahan mereka tapi Arumi mulai bimbang bukan kah dia ingin mengakhiri ini semua sebelum undangan disebarkan tapi dia akan mengecewakan seluruh keluarga termasuk juga kakek yang menanti hari itu. Arumi baru sadar kenapa dia tidak mengakhiri semuanya sebelum dimulai setelah melihat respon keluarga yang begitu menyayanginya.
“bodoh, bodoh aku gak kepikiran sampai situ” ucapnya membayangkan jika pernikahannya batal pasti banyak orang yang akan kecewa.
“tapi kalau penolakan itu datang dari Dafa mungkin gak masalah, keluarga gak akan kecewa pada ku tapi marah pada keluarga Anggara” Arumi memikirkan hal yang bisa menjadi kemungkinan sebelum pernikahan itu.
“iya, Dafa sendiri katanya sangat sayang dengan kekasihnya pasti dia bakal membatalkan pernikahan dengan itu aku gak perlu repot-repot” Arumi mulai merasa sedikit mengurangi beban yang ada dibenaknya.
“Arumi ..tante masuk ya” terdengar suara ketukan pintu dari luar kamar Arumi mempersilakan tante Iren untuk masuk ke kamarnya.
“bagaimana udah seminggu kamu diet berapa turun berat badanmu”Tanya tante Iren sambil duduk dipinggir ranjang.
“turun 3 kg aja” jawab Arumi memperbaiki posisi duduknya.
“bagus dong, biasanya tiap hari berat badanmu nambah” tante Iren meledek Arumi sambil tertawa.
“tante ih, jahat sama keponakannya malah dikatain begitu”
“Arumi bentar lagi kamu bakal menikah dan punya suami jangan lupa buat mampir ke rumah ini lagi” ucap tante Iren berubah jadi serius Arumi hanya dapat mendengarkan.
“kenapa tante bukannya aku bakal tinggal disini walau sudah nikah” Tanya Arumi heran.
“aku tau rumah ini besar tapi karena kamu sudah menikah tante mau kamu ikut dengan suami mu tinggal di Apertement yang sudah diberikan untuk hadiah pernikahan kalian” tante Iren mengelus pipi Arumi.
“iya, tapi aku bakal sering mampir kesini bolehkan mau ketemu si kembar Lala Lulu” ucap Arumi dengan tersenyum.
“tentu, oh ya tante mau tidurin Si Kembar dulu, kamu tidur juga ya” ucap tantenya lalu keluar dari kamar Arumi .
***
“Clara aku kangen banget sama kamu” Dafa memeluk Clara ketika dia ingin masuk ke rumah
“kamu kok bisa kesini bukannya kamu dilarang nemui aku” ucap Clara melepas pelukan Dafa.
“iya, aku kabur diam-diam dari jendela kamar” jawabnya mengajak Clara membuka pintu rumahnya. Baru juga pintu ditutup Dafa memeluk Clara sekali lagi “aku benar-benar kangen kamu Rara” ucapnya meluapkan semua emosi.
“aku juga Dafa” Clara membenamkan kepalanya di d**a Dafa sambil mencium aroma tubuh Dafa yang dia rindukan. Karena hanya Dafa orang yang selama ini ada untuknya.
“aku butuh kamu untuk selalu ada disisiku, karena selama ini yang ngerti aku Cuma kamu Clara” Dafa memegang kedua pundak Clara membuat gadis itu tersentuh matanya berkaca-kaca dia juga benar-benar membutuhkan Dafa untuk menemani kesendiriannya.
“acara pernikahan ku tinggal tiga minggu lagi” ucap Dafa membuat Clara tersentak diam.
“kamu mau kabur dengan ku tidak, aku sudah merencanakannya” Dafa antusias sekali untuk bisa bersama Clara jalan hidup berdua saja.
“bagaimana dengan Ayahmu pasti dia akan tau” Tanya Clara.
“begini, selama satu minggu ini aku bersikap baik untuk membuat Ayah tidak terlalu mencurigaiku, tunggu satu minggu lagi kita kabur saat Ayah sibuk untuk urusan kantornya dan juga pernikahan kami” Dafa dan Clara mulai merencanakan apa yang akan mereka lakukan setelah kabur dan bagaimana supaya tidak ketahuan.
“kamu sudah mengertikan aku pulang dulu” ucapnya pamit pada Clara dan mencium sekilas lalu pergi.
***
“Dafa ini aku Arumi besok pagi temani aku olahraga ya di taman Indah” Arumi mengirim pesan untuk Dafa. Sebenarnya dia tidak ingin mengirim pesan itu tapi karena tantenya yang penasaran hubungan Dafa dan Arumi perkembangannya seperti apa karena mereka jarang sekali bertemu. Jadi arumi menghubungi Dafa supaya tantenya tidak curiga.
“iya” jawab Dafa singkat, kenapa gadis ini menghubungi. Aku malas sekali bertemu dengannya kalau bukan untuk membuat ayahnya tidak terlalu mencuriga dirinya.
Pagi jam tujuh Dafa suda bersiap-siap untuk pergi ke taman “kemana?” Tanya ayah Dafa yang sedang duduk santai di ruang tamu sambil minum teh. “Arumi memintaku untuk temani dia olahraga” Dafa sedikit cuek dan dijawab dengan anggukan oleh ayahnya.
“kau lama sekali datang” Tanya Arumi kesal.
“kira-kira dong rumahku sama rumahmu jauh tau” jawabnya cuek.
“oh iya, ayo mulai olahraga” ajak Arumi. Mereka pun lari mengelilingi taman itu beberapa kali dan Arumi sudah kelelahan “istirahat dulu aku capek” Arumi duduk dikursi.
“baru juga tiga putaran udah capek tapi niat mau kurus dalam satu bulan” jawabnya sinis yang membuat Arumi kesal dengan laki-laki itu.
“kamu kalau gak niat temani olahraga pulang aja deh, rese banget” ucap Arumi kesal.
“ya udah aku pulang” Dafa hendak pergi dari tempat itu.
“eh tunggu, tetap disini temani olahraga dan nanti mampir dulu ke rumah” ucap Arumi sambil tersenyum yang dipaksakan. Kalau bukan demi buat tantenya tidak curiga dia pasti sudah membiarkan Dafa pergi. Arumi dan Dafa olahraga untuk waktu yang cukup lama dan menguras tenaga.
“nih, minum dulu air putih” Dafa menyodorkan minuman kepada Arumi.
“makasih, apa ini bekas kamu ya” ucap Arumi melihat botol yang sudah setengah dan terbuka.
“iya, bekas aku, emang kenapa, gak sudi ya ” ucap Dafa melihat Arumi. Terdiam sesaat akhirnya Arumi meminum air pemberian Dafa.
“Ayo mampir ke rumah ku dulu” Arumi menggandeng tangan Dafa tanpa sadar dan ditepis oleh Dafa yang membuatnya kaget “maaf gak sengaja” ucapnya pada Dafa kemudian berjalan.
“Tante, ini Dafa datang” teriak Arumi membuat tante Iren melihat melalu tangga lalu turun menemui Dafa.
“wah, Dafa lama tidak bertemu ya, aku kira hubungan kalian tidak baik” ucap tante Iren dengan baik dan sopan.
“duduk dulu nak Dafa” menyuruh Dafa untuk duduk.
“tante aku tinggal dulu ya, aku mau ganti baju” ucap Arumi nyolonong pergi.
“hey, ajak Dafa ke kamarmu kalau gitu untuk mandi dan ganti baju” teriak tante Iren menggoda Arumi.
“tante!! Jangan aneh-aneh kami belum nikah” teriak Arumi dari depan pintu kamarnya.
Tante Iren tertawa kecil tapi Dafa tidak bereaksi sama sekali hanya ekspresi yang datar.
“nak Dafa jangan terlalu tegang, anggap saja saya seperti ibu mu” ucap Iren membuka pembicaraan.
“sebentar lagi kalian menikah, tapi ini gak akan ganggu sekolah kalian, Karena Arumi bakal jadi pewaris sebagian perusahaan dari kakek” tante Iren menjelaskan tentang Arumi pada Dafa cukup banyak Dafa hanya mendengarkan cerita-cerita tentang apa yang Arumi suka bagaimana dia waktu kecil hingga buat Dafa tau bahwa Arumi sudah tidak punya Ayah dan Ibu.
Arumi keluar dari kamarnya untuk menemui Dafa. “ah sayang hehe, kamu pasti bosan ya temani tante Iren, udah mau pulangkan” ucapnya duduk sambil menggandeng tangan Dafa. “ya, sebenarnya aku ada kegiatan hari ini” ucap Dafa berpamitan dengan tante Iren.
“tante aku antar Dafa ke depan dulu” Arumi bersikap manis didepan tantenya.
“hati-hati dijalan maaf udah bilang sayang ke kamu” ucap Arumi melambaikan.
-dua minggu kemudian-
Sebenarnya Dafa ingin kabur dengan Clara satu minggu yang lalu tapi batal karena ayahnya menyuruh pengawal untuk mengikuti Dafa selama dia berada diluar Negeri. Dafa berencana untuk kabur dengan Clara pada malam ini ia sudah mengumpulkan semua pakaian dalam koper dan beberapa uang tunai didalam dompetnya yang cukup untuk digunakan beberapa bulan sebelum mendapatkan pekerjaan.