BAB 4 [LO GILA, BARTON!]

2024 Words
Barton membuka mata, ia tak tahu sudah berapa lama tertidur. Cowok itu kemudian menatap ke samping, matanya menatap Geisha yang sedang terlelap. Ia kemudian menarik napas, dan saat angin berembus kecil melalui jendela, membawa aroma tubuh Geisha yang wangi dan menggoda masuk ke indera penciumannya. Cowok itu merasa kepalanya agak tak beres, ia kemudian beranjak dari ranjang dan segera keluar dari kamar. Sepertinya menghabiskan waktu di luar sana untuk beberapa saat adalah hal yang baik, lagi pula ... ada beberapa hal yang ingin ia selesaikan. Sementara Barton keluar, Geisha segera membuka mata. Sejak tadi ia tak bisa tidur, dan kini ia merasa lebih nyaman. Cewek itu segera menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhnya, ia kemudian duduk dan segera membuka bra yang dikenakannya. Cukup mengganggu jika tidur menggunakan benda itu, dan Geisha tak menyukainya. Geisha kembali berbaring, ia merogoh saku almamaternya, dan mengeluarkan ponselnya dari dalam sana. Setelah selesai, Geisha meletakkan ponselnya agak jauh, dan kembali menutup mata. Ia sudah sangat lelah, dan tidur sebentar saja adalah hal yang baik. Lagi pula ... ia yakin jika Barton tak akan kembali ke tempat itu. Posisinya sudah aman, dan Barton tidak memiliki alasan untuk datang lagi. Tak memerlukan waktu lama, Geisha akhirnya terlelap. Ia terjatuh jauh ke alam mimpi, dan tidurnya juga terlihat begitu tenang. Beberapa waktu berlalu dengan cepat, dan pintu kamar asrama Theo kembali terbuka. Barton masuk, menatap ke arah ranjang dan melihat Geisha yang sudah tak menggunakan selimut. Cowok itu menghampiri Geisha, ia menatap jeli kearah Geisha yang tidur sambil mengemut jempol kanan. Barton merasa dirinya nyaris gila, cowok itu kemudian meraih tangan Geisha dan menciuminya dengan perlahan. Tidak hanya pada satu titik, tapi ia menciumi kulit itu dengan lembut dan naik sampai ke pundak Geisha. Dihirupnya aroma tubuh Geisha, kali ini ia menarik napas lebih panjang dan mengelusnya pipi Geisha yang halus dan putih. Barton kemudian kembali menciumi bagian leher Geisha, matanya terpejam karena menahan hasrat agar tak langsung menyerang cewek itu. Ia mengembuskan napasnya kasar, dan napas itu juga menyapa kulit halus Geisha. Geisha yang merasa tidurnya terganggu perlahan membuka mata, rasanya begitu geli. “Barton ... lo ngapain?” tanya Geisha yang belum sadar sepenuhnya. Suaranya terdengar serak, tatap matanya begitu teduh. Barton yang tengah menciumi leher putih Geisha berhenti, ia kemudian menindih tubuh Geisha dan menatap cewek itu lembut. “Ges ....” Barton mendekat. Tatapannya begitu sendu, membuat cewek yang melihat dengan kesadaran penuh akan meleleh. “Apa?” tanya Geisha pelan. Ia menatap Barton, kenapa rasanya sedang bermimpi. Ahhh ... ini bunga tidur yang cukup mengerikan. Barton segera melumat bibir Geisha, ia memejamkan mata dan menahan tangan Geisha dengan tangannya. Cowok itu menggenggam tangan halus Geisha, ciumannya begitu lembut dan tak menuntut. Ia sedang menikmatinya, mengecap bibir manis Geisha yang sudah menggodanya sejak tadi. Geisha yang masih setengah sadar juga menutup mata, ia membalas ciuman Barton agak kaku. Kenapa terasa sangat manis? Kenapa bibir bertemu bibir rasanya begitu lembut? Merasa tak cukup, Barton membuka kemeja yang Geisha kenakan. Ia berhenti mencium bibir Geisha, dan cukup kaget saat cewek itu sama sekali tak mengenakan bra. Geisha menatap, ia terlihat belum mengerti dengan semua yang terjadi. Jiwanya masih belum terkumpul, ia benar-benar masih dalam keadaan setengah tidur dan sabar. “Lu sengaja gak pake beha?” Tak ada jawaban dari Geisha, dan Barton merasa gemas sendiri. Ia segera membuka semua kancing yang tersisa, lalu menciumi bagian p******a Geisha. Harum ... dan ia sangat menyukainya. Cowok itu segera mengulum puncak p******a Geisha, ia melakukannya pelan dan juga lembut. “Eeummm ... Barton, geli ....” lirih Geisha sambil menutup mata. Ia merasa jantungnya berdetak dengan kencang, dan sialnya Geisha masih belum sadar secara penuh. Barton mengelus bagian paha Geisha, ia membelai kewanitaan cewek itu. Tak berapa lama, Barton melepaskan kulumannya dan berpindah pada bagian p******a Geisha yang lain. “Ahhh ... Bar-ton, sssttt ... geli, Bar.” Geisha menggeliat, sentuhan Barton membuatnya melayang jauh dan tak ingin berhenti. Ia menggigit bibirnya pelan, berharap kenikmatan dalam mimpinya tidak berakhir. Dalam pikirannya itu hanya mimpi, dan Geisha hanya menikmatinya saja. Barton yang mendengar desahan Geisha melepaskan celana dalam cewek itu perlahan, ia menghentikan kulumannya pada puncak p******a Geisha, lalu melumat bibir cewek itu lembut. Tangan Barton perlahan membuka belahan kewanitaan Geisha, ia memasukkan satu jari dan memainkannya dengan perlahan. Barton melepaskan ciumannya, ia kemudian menciumi bagian leher Geisha, dan menjilatinya sesekali. “Barton ... enak ... ahhhh ... dalemin lagi,” ujar Geisha dengan mata terpejam. Barton tak mengerti bagaimana Geisha bisa menikmatinya begitu saja, ia kemudian menghentikan ulahnya, dan menatap Geisha beberapa saat. Satu menit pun berlalu, dan Barton hanya melihat Geisha yang menutup mata. Napas cewek itu memang terengah, dan Barton sadar jika Geisha sedang tertidur dan menganggap dirinya hanya bermimpi. “Dikira mimpi kali ya? Lanjut? Kagak?” Barton menggaruk kepalanya, ia baru melihat ada cewek yang begitu unik dan agak-agak gila seperti Geisha. Tak ingin memikirkan terlalu lama, Barton segera melepaskan Geisha. Ia mengunci pintu, dan membuka pakaian segara keseluruhan. Cowok itu kemudian menghampiri Geisha lagi, ia tersenyum kala melihat Geisha yang masih terlelap. Barton segera membimbing kejantanannya ke liang kewanitaan Geisha, ia memasuki kewanitaan itu dengan perlahan dan menggigit bibirnya saat proses memasukinya. Barton menahan napas, ia kemudian mengembuskannya perlahan. “Sempit bener dah.” Geisha yang merasakan benda asing yang cukup besar memasuki kewanitaannya membuat mata dengan sempurna, cewek itu segera menatap Barton. “LO MAU NGAPAIN?” “Gue cuma lakuin yang lo mau,” jawab Barton dengan senyuman manis. Geisha yang melihat hal itu menjadi bingung sendiri. “What? Jangan bohong lo. Nggak mungkin!” Barton mendekatkan wajahnya dengan Geisha. “Astaga! Serah lu deh, tanggung jawab! Batang gue udah bangun gara2 lo.” Cowok itu menggerakkan pinggulnya perlahan, ia menyeringai saat Geisha menggigit bibirnya dan memejamkan mata. “Kok pakek punya gue? Punya cewek lo sana!” Geisha berusaha untuk melepaskan diri, tetapi tubuhnya yang berada di bawah tubuh Barton sama sekali tak bisa melawan. Barton jauh lebih besar daripada dirinya, dan ia benar-benar terlalu mungil. “Ahhh ... Bar-ton, lep-asin gue! Ahhh ... geli, gue ahhh ... mend-dingan lo ama cewek lo! Bar-ton ....” Barton segera menciumi p******a Geisha ia melumat puncak p******a itu dan menggerakkan pinggulnya lebih cepat. “Aahhhh ... berenti! Gue mau pipis!” Geisha mengepalkan tangannya erat, ia menahan napas dan menggigit bibirnya. Sedangkan Barton segera melepaskan lumatannya pada p******a Geisha. “Lo sempit banget, enak udah keluar?” Geisha yang sedang mencari napas menatap Barton. “Lepasin ... mending ama cewek lo aja.” Barton segera melumat bibir Geisha, ia menggigit lembut bibir bagian bawah dan melepaskan ciumannya perlahan. Sedangkan pinggulnya masih bergerak, memompa dengan pelan kewanitaan Geisha. “Gue udah putus,” ujar Barton. Geisha yang mendengar penuturan cowok itu menatap lebih dalam, sementara Barton kembali mendekati wajah Geisha dan melumat bibir basah Geisha. Sama seperti tadi, ia segera melepaskannya. “Makannya lo yang tanggung jawab sekarang.” Barton segera menyerang bagian leher Geisha, ia menciuminya dan kembali meninggalkan jejak kemerahan di sana. “Barton ... lo gila! Ahhh ... berenti, Bar ... ini geli!” Geisha menaikkan pinggulnya sedikit, ia memeluk Barton dan mencakar pelan bagian bahu cowok itu. “Ahhh ... Barton ... gue geli! Ahhh .... berenti, geli banget! Jangan gelitikin gue lagi. Ssssttt ... Barton!” Geisha menyuarakannya dengan lirih, ia merasa gerakan Barton semakin cepat, dan Geisha semakin merasa geli karena hal itu. Barton segera menyudahi aksinya pada leher Geisha, ia tersenyum saat melihat wajah Geisha yang memerah dan penuh keringat. Cewek itu semakin seksi, dan saat Geisha menyebutkan namanya tadi sensasi yang dirasakannya semakin menjadi-jadi. “Lo gila! Kenapa harus gue ... ahhh ... geli! Gue mau pipis lagi!” Geisha meremas seprei yang melapisi kasur milik Theo, ia merasakan pelepas untuk kedua kalinya dalam waktu dekat. Barton tak memberikan jeda, cowok itu tetap saja bergerak dan mencari kenikmatan. “Salah lo udah bikin batang gue bangun. Tapi gue puas ... lo keenakan sampe dua kali keluar.” “Gue pipis! Geli ... bisa nggak berenti! Geli gitu apaan yang enak?” Mendengar penuturan Geisha membuat Barton menjadi gemas. “Itu bukan geli, tapi nikmat. Lo bukan pipis, tapi ngeluarin cairin lain.” Barton yang selesai dengan ucapannya segera berhenti, ia kemudian menggendong Geisha dengan posisi masih melakukan penyatuan dengan cewek itu. Sedangkan Geisha yang tabut terjatuh memeluk Barton, ia kaget saat cowok itu melumat bibirnya, lalu menaik turunkan tubuh mungilnya dengan begitu mudah. Barton mendudukkan Geisha di atas meja belajar Theo, ia masih melumat bibir Geisha, dan kembali menggerakkan pinggulnya. Ia harus mencari kepuasan secepat mungkin, walau pun ingin berlama-lama tetapi waktu tidak memungkinkan untuk itu. Geisha yang kini duduk di meja belajar Theo tak bisa melawan, apalagi Barton memeluknya dan melumat bibirnya. Cewek itu memejamkan mata, sedangkan bagian bawahnya terasa begitu sesak dan licin karena Barton masih bermain dengan batang surganya di sana. Beberapa saat berlalu, Barton melepaskan ciumannya, ia menatap Geisha. “Lepasin gue, Barton. Gue capek, pas udah pipis dua kali tadi tenaga gue abis.” Geisha terengah-engah, ia menatap memelas. “Nggak mau! Nanggung, punya gue belom keluar.” Barton mengangkangkan paha Geisha, ia memerhatikan kejantanannya dan kewanitaan Geisha yang masih menyatu. Di gerakannya pinggul depan pelan, dan tersenyum saat melihat cairan Geisha menetes dan terciprat karena gerakan dari dirinya. Barton yang merasa tak bisa menahan lebih lama segera menjilati puncak p******a Geisha yang mengeras, ia melumatnya agak kasar dan pinggulnya semakin bergerak cepat. Meja belajar itu bergoyang, dan Geisha menahan tubuhnya dengan cara berpegangan pada sudut meja. “Ahhh ... Barton ... lo ... gila! Ssstttt ah yah!” Geisha merasakan kejantanan Barton semakin menusuk dan masuk semakin dalam, kecepatan gerakan Barton membuatnya menjadi gila karena menahan rasa aneh di bawah sana. Barton segera mengentakkan kejantanannya lebih dalam salam satu kali gerakan, ia kemudian membenamkan wajahnya pada belahan d**a Geisha. Di tariknya napas, lalu menelan ludahnya dengan kasar. “Ahhh ... lo gila!” Geisha juga merasa pelepasan bersamaan dengan Barton. Ia menarik napas, merasa lelah, dan tubuhnya basah oleh keringat. “Ges, kita pacaran aja yuk!” Barton menatap Geisha, ia menelan ludahnya lagi dan membiarkan bagian intim mereka tetap menyatu. Geisha diam, dia menatap aneh. Ada apa dengan cowok itu, kenapa tiba-tiba saja mengatakan hal-hal yang begitu aneh. Geisha membuang muka. “Lo baru aja udah putus, kalo jadiin gue pelampiasan doang, kan? Lagian, jangan pacaran kalo lo cuma ngerasa butuh. Lo udah nyentuh gue, gue udah bilang itu nggak bisa balik lagi kek awal. Kalo cuma mau nyakitin, mending nggak usah ngomong macem-macem!” Barton segera memeluk tubuh Geisha, dan ia kembali membaringkan Geisha di atas ranjang. Cowok itu mendidih Geisha, menahan kedua tangan Geisha, dan menciumi pipi Geisha. Setelah selesai Barton kembali menatap. “Gue serius, Geges ... lo mau gue masukin lagi? Gak ada dalam kamus gue bikin anak orang jadi pelampiasan.” Geisha yang mendengar hal itu mengembuskan napas dengan perlahan. “Jangan ... capek, badan lo berat! Badan gede sadar nape nindih badan gue kecil gini.” Barton tertawa kecil. “Ya udah, berarti kita pacaran sekarang.” Geisha yang mendengar hal itu hanya mengangguk. Ia kemudian berkata, "Terserah! Tapi jangan kaget kalo liat gue makan." Barton semakin tersenyum manis kala mendengar ucapan Geisha. “Akhirnya status jomblo Cuma beberapa jam doang.” “Bangke!” seru Geisha. “Bangke ini pacar lo sekarang,” balas Barton. “Berenti nindih gue! Lo nggak sadar badan lo kegedean!” “Yang gede gini juga ngebuat lo puas, ampe keluar berkali-kali.” Geisha yang mendengar hal itu merasa malu. “m***m!” “Nggak apa-apa, gue m***m ama lo aja deh.” “Barton nyebelin!” “Aduduh ... pacar gue ngambek.” Geisha yang mendengar semuanya perlahan tersenyum. “Jangan masang tampang kek gitu, bisa-bisa gue kalap dan nggak berenti masukin lo,” ujar Barton dengan seenaknya. “Lo nyebelin!” Barton tertawa saat mendengar hal itu, ia kemudian melepaskan penyatuan mereka dan berbaring di samping Geisha. Cowok itu memeluk Geisha, lalu mengubah posisi Geisha untuk berada di atas tubuhnya. “Mau mandi bareng?” “Pakean gue tinggal di toilet yang tadi,” balas Geisha. “Lo mandi dulu, gue ambilin buat lo.” Geisha mengangguk, ia baru saja ingin bergerak tapi Barton memeluknya. “Gue sayang ama lo.” “Terserah.” Barton kembali menciumi bibir Geisha, ia mengulumnya dan menikmati manisnya bibir cewek itu. Sedangkan Geisha yang mendapat ciuman itu membalasnya. Mungkin memang lebih baik seperti sekarang ini, dan mungkin ia harus menerima kenyataan. Akan lebih gila jika ia melepaskan Barton begitu saja, cowok itu yang merebut segalanya, dan cowok itu harus bertanggung jawab. Geisha memang tak tahu bagaimana hubungan mereka ke depannya, tetapi ia berharap hubungan ini tidak hanya berakhir seperti sekarang. Barton segera melepaskan lumatan bibirnya, ia kemudian menatap Geisha yang terlihat malu-malu. “Cie malu ... gue cipok lagi lo.” “Udah! Gue mau mandi.” Barton melepaskan Geisha, sedangkan cewek itu segera masuk ke kamar mandi asrama.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD