4

1002 Words
"Sudah bangun?" "Sarapan gih. Berangkat sama siapa ke kampus?" Alisya tersenyum lebar membaca dua pesan tersebut dari Axel. Dengan senyum yang setia menghiasi wajah, Alisya pun mulai mengetikkan sebuah balasan untuk Axel. "Udah bangun kok dari tadi." "Kak Andra yang antar aku. Karena kampusku beda sama Vina dan yang lain." Alisya masih tersenyum seraya memasukkan ponsel dan barang penting lainnya ke dalam tas. Setelah itu, Alisya meraih map di atas meja belajar yang isinya sudah dia siapkan sejak malam. Isi map tersebut adalah surat-surat yang diperlukan untuk mendaftar kuliah. Alisya merasakan getaran ponsel dari dalam tasnya, dan langsung menebak kalau itu pesan dari Axel. Alisya hendak mengambil ponselnya tersebut, namun niatnya terhenti saat Alvina membuka pintu kamarnya. "Sudah selesai? Kak Andra sudah datang." Alvina berbicara setengah berbisik membuat Alisya keheranan. "Kamu tahu? Dia paling tidak suka menunggu." Kini Alisya paham dan dia segera menyusul Alvina ke ruang tamu. Saat sampai di sana Alvina dan dua kembarannya sudah tak ada. Mereka sudah masuk ke dalam mobil yang dikemudikan oleh Radit. Hanya ada Andra, dan orang tuanya saja di sana. Suasana pun cukup canggung bagi Alisya. "Alisya, jika ada yang kamu butuhkan atau kamu butuh bantuan apapun, minta saja pada Andra. Andra pasti bisa membantumu." Sarah berucap dengan senyuman lembutnya, senyuman khas seorang ibu. Tak sengaja Alisya melihat tatapan peringatan sang ibu tiri yang ditujukan pada Andra. Penuh peringatan dan ancaman. "Iya, Bu. Akan aku lakukan jika aku butuh sesuatu," balas Alisya ramah. Andra yang berdiri di sana terlihat jengah dengan suasana yang membosankan baginya. Cukup sulit baginya menyembunyikan sikap dan perasaan di hadapan sang ayah tiri. Setelah basa-basi yang cukup panjang, akhirnya Alisya pun berangkat menuju kampus bersama dengan Andra. Suasana dalam mobil sangat tenang dan hening. Alisya jadi membayangkan bagaimana suasana mobil yang ditumpangi Alvina sekarang. Pasti ramai. Alisya melihat keluar jendela, mengamati tempat-tempat yang dilewati. Banyak tempat bagus dan indah untuk dikunjungi sepertinya. Dan Alisya akan main mengelilingi kota suatu hari nanti. Dia ingin tahu banyak tentang kota tersebut. "Apa saja yang kamu bicarakan pada Axel?" Alisya mengerjap pelan, cukup kaget saat Andra bersuara, mengutarakan sebuah pertanyaan. Seperti orang bodoh, Alisya menatap Andra dari samping dengan tatapan heran dan tak mengerti. "Apa saja yang kamu katakan padanya? Kita bahkan belum pernah bicara dan kamu sudah memfitnahku?" Alisya mengerjap cepat mendengar itu. Dia memfitnah Andra katanya? Kapan dia melakukan itu? "Maaf. Tapi aku tidak mengerti maksudmu." Alisya menjawab dengan kerutan di keningnya. Andra menengok sesaat, kemudian fokus kembali pada jalanan. "Axel menghubungiku tadi dan dia mengancamku dengan alasan dirimu." Alisya terdiam mendengar itu karena masih bingung. Setelah berpikir lama, Alisya baru mengerti. Tadi dia membalas pesan Axel dan mengatakan kalau Andra yang akan mengantarnya mendaftar kuliah. Pasti Axel langsung bertindak lain. "Aku minta maaf jika Kak Axel membuatmu tak nyaman. Tapi sungguh aku tak mengatakan apapun. Aku hanya memberi tahu Kak Axel kalau kamu yang akan mengantarku hari ini." Alisya meminta maaf dan berusaha menjelaskan. Dalam hati dia menggerutu karena tindakan bodoh Axel. Lihatlah, sekarang hasilnya begini. Pembicaraan pertama dia dengan Andra sangat tidak bagus. Andra mengangkat sebelah alisnya, menatap Alisya tak percaya. Alisya pun memilih diam saja tanpa bicara lagi. Masih merasa kesal pada Axel yang bertindak tak perlu. Ngomong-ngomong, Alisya memang tahu kalau Axel dan Andra sudah saling mengenal sejak lama. Mereka yang sama-sama merupakan CEO juga perusahaan yang bekerja sama, tentu membuat mereka sering berinteraksi. Alisya hanya tak tahu apakah mereka akrab atau tidak. Setelah cukup lama, mobil Andra pun terparkir rapi diparkiran kampus. Alisya dan Andra keluar bersamaan, lalu berjalan menyusuri lorong kampus. Mata Alisya menatap sekeliling, merasa takjub melihat kampus tersebut yang sangat luas. "Kenapa memilih kampus ini?" Andra bertanya lagi, saat mereka sedang menuju ruangan pendaftaran. Alisya menatap Andra sekilas, lalu tersenyum melihat banyak para mahasiswa yang berlalu-lalang. "Entah. Sejak awal mencari referensi kampus yang bagus, aku langsung tertarik dengan kampus ini. Makanya aku ngotot untuk pindah ke Jakarta. Dan aku yakin ini tak akan membuatku menyesal." Alisya menjawab dengan semangat. Terlihat sekali dari wajahnya kalau dia sangat senang memasuki area kampus yang sudah dia idamkan sejak lama. "Kamu akan sendirian di sini. Tak ada teman," ujar Andra. Perkataan Andra barusan membuat Alisya memicingkan mata tak suka. "Memang tak ada temanku yang masuk kampus ini. Tapi aku akan punya teman baru. Aku mudah bergaul," balas Alisya dengan nada menantang. Andra tersenyum meremehkan saat mendengar itu. Dan itu membuat Alisya semakin sebal. Oke, jika menurut Alvina, Andra itu galak. Tapi menurut Alisya, pria itu menyebalkan. Beginikah sambutannya terhadap Alisya yang baru saja datang ke Jakarta? Menakuti-nakuti? Menyebalkan sekali kan? Di tengah perjalanan, Andra berhenti melangkah, membuat Alisya ikut berhenti juga. Lalu dia menengok pada Andra yang memasang wajah tak enak dipandang. Kemudian Alisya menatap ke depan, pada seorang wanita yang berdiri tak jauh dari mereka. Wanita itu berpenampilan rapi dan formal. Memasang senyuman yang manis dan ramah. "Mas Andra? Sedang apa di sini?" Wanita yang entah siapa namanya tersebut berjalan mendekati Andra yang membeku dan Alisya yang tak mengerti apa-apa. "Mengantarnya. Dia masuk kampus ini," jawab Andra singkat, sedikit jutek. "Oh begitu. Kamu sudah bawa semua persyaratannya kan? Kalau sudah, mari ikut saya." Wanita itu bicara pada Alisya, yang membuat Alisya mengangguk singkat. Dia lalu melirik Andra yang membuang muka. "Ikutlah dengannya. Aku tunggu di mobil." Setelah mengatakan itu, Andra berbalik dan pergi dari sana. Sedikit, Alisya bisa menyimpulkan kalau wanita yang berjalan di sampingnya sekarang sepertinya ada hubungan sesuatu dengan Andra. Dan sepertinya, bukan sesuatu yang baik jika dilihat dari raut dingin Andra. "Jadi, siapa namamu?" Wanita itu bertanya pada Alisya. "Nama saya Alisya, Kak." "Alisya? Ah, rupanya kamu adik tiri Andra dan Radit yang baru pindah ke sini ya? Radit pernah menceritakanmu." Mendengar itu membuat Alisya kebingungan. Radit? Wanita ini mengenal Radit juga? "Nama saya Fiona. Saya dosen baru di sini." Wanita itu memperkenalkan diri, membuat Alisya terkejut. Oke, harusnya dia memanggil wanita itu dengan sebutan 'Bu'. "Oh ya, selamat datang di Jakarta. Semoga kamu betah tinggal di sini bersama keluarga ayahmu." Fiona berucap. Bingung harus mengatakan apa, Alisya hanya mengangguk dan berterima kasih saja.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD