1. Mahkota yang Terenggut

1205 Words
"Ah ... Kak, stop! Apa kita benar melakukan ini, Kak? Kita 'kan belum nikah?" "Sekarang memang belum, tapi pada akhirnya kita akan menikah, Sayang." Gadis bernama Veronica Richardo itu pun akhirnya membiarkan kekasihnya melanjutkan apa yang ingin dilakukan. "Ah ... sakit, Kak." Gadis yang bisa dipanggil Vero itu terdengar merintih. Air matanya bahkan menetes deras saat merasakan sesuatu menerobos inti tubuhnya untuk pertama kali. Sang pria bernama Lukas Harfandi mulai menyusuri sekujur tubuh gadis itu, memberi stimulus agar sang kekasih tak merasakan sakit saat penyatuan dilakukan. "Coba rileks, Vero, biar kamu nggak tambah sakit!" perintah Lukas menenangkan kekasihnya yang sudah dipacari selama tiga tahun terakhir. Lukas dengan lembut menciumi tubuh Vero. Membuat gadis itu menggeliat saat merasakan beberapa sensasi dari sentuhan Lukas. Vero yang terbuai dengan sentuhan sang kekasih pun mulai bisa menikmati permainan demi permainan yang Lukas lakukan. Malam panas pun berlangsung dengan penuh gairah. Lukas beberapa kali memberi kenikmatan hingga membuat gadis itu mendesah berulang kali. Suasana dingin yang tercipta dari derasnya hujan di luar kontrakan Lukas, membuat pergumulan di atas ranjang jadi semakin panas. "Jangan tinggalin aku ya, Kak!" Vero berucap sambil mengatur napas yang memburu. "Iya, Sayang. Aku janji. Makasih ya karena kamu udah percaya sama aku." Lukas mendekap tubuh Vero. Mengajak kekasihnya itu terpejam setelah mereka melewati beberapa kenikmatan hingga menguras tenaga dan membuat tubuh mereka berkeringat. Vero pun hanya mengangguk sebelum tertidur karena rasa lelah dan sakit yang mendera di sekujur tubuhnya. Meski sempat tersirat rasa takut bahwa keputusan memberikan kehormatannya salah, tetapi Vero coba percaya bawah Lukas memang tidak akan pernah meninggalkannya. *** Tiga bulan setelah kejadian itu, tepat di sebuah kamar yang didominasi warna pink, seorang gadis tampak berbaring di ranjang bermotif kupu-kupu. Wajahnya terlihat sangat pucat seakan pasokan oksigen tak sampai ke kepalanya. Tak hanya tubuhnya yang lemah, pandangannya seperti kabur hingga membuat Vero kembali terhempas ke ranjang saat coba untuk duduk. "Lebih baik aku tidur aja, siapa tahu badanku enakan nanti setelah bangun," gumamnya, memutuskan untuk memejamkan mata kembali. Tak butuh waktu lama bagi Vero untuk terlelap, dia baru terbangun saat mendengar suara ponselnya berdering. Tangannya meraba-raba dalam gelap, mencari di mana keberadaan benda pipih itu. Dengan mata yang sedikit terbuka Vero menerima panggilan itu. "Sayang, kamu udah siap-siap belum? Katanya kemarin mau ke CFD, kalau belum siap-siap kamu cukup pakai kaus sama celana training aja. Cepat ya ganti bajunya, sebentar lagi aku sampai nih!” Mata Vero terbelalak saat Lukas menyelesaikan kalimatnya, rasa kantuk pun langsung hilang berganti dengan rasa panik karena dia lupa dengan janjinya pada Lukas. Dan, di sinilah Vero, di antara ratusan orang yang tertarik dengan gaya hidup sehat, termasuk juga Lukas. "Kamu kenapa, Sayang?" tanya Lukas saat Vero datang dengan wajah yang pucat. "Aku juga nggak tahu, Kak. Akhir-akhir ini, aku tuh gampang banget ngantuk, padahal aku nggak kurang tidur sama sekali," jawab Vero lirih. Lukas yang tidak tega melihat wajah pucat Vero, langsung mengajak sang kekasih sarapan sekaligus membicarakan sesuatu yang menurutnya sangat penting untuk hubungan mereka. Namun, saat keduanya baru tiba di sebuah warung tenda, rasa mual itu kembali mengusik. Vero pun hanya dapat mengembuskan napas berkali-kali demi meredakan rasa mual yang semakin menyiksa. "Vero, cepat makan biar kamu nggak lemas lagi!" Gadis itu hanya mengangguk, lalu memaksa diri untuk makan meski rasa mual masih terus mengusiknya. "Sayang, kamu ingat nggak yang pernah aku bilang sebulan lalu?” tanya Lukas mulai membuka percakapan. Vero hanya menggelengkan kepala. Sejujurnya, dia memang lupa dan menunggu Lukas mengingatkannya. "Empat hari lagi aku akan pergi ke London buat ngelanjutin kuliah S2. Sebenarnya aku berat banget ninggalin kamu, tapi ...," ucap Lukas sembari menatap Vero dengan perasaan tak rela. "Iya, sekarang aku ingat, tapi kalau itu demi masa depan kamu, lakukanlah!” Meskipun Vero merasa berat dengan kepergian Lukas, dia tetap harus merelakan pria itu pergi. Toh, itu hanya untuk sementara. Jadi, dia pasti sanggup menjalani hubungan jarak jauh dengan Lukas. Namun, jauh di dalam lubuk hatinya, perasaan sedih bercampur kecewa mulai mengusik. Matanya pun tiba-tiba saja memanas dan berkabut, air mata seketika jatuh menetes tanpa bisa ditahan. Lukas yang melihat Vero menangis segera mengusap jejak air mata yang dari pipi gadisnya. Mendapati sentuhan pada wajahnya membuat Vero menoleh dan melihat wajah Lukas yang tengah memandangnya dengan berbagai arti. "Jangan menangis, aku di London nggak akan lama! Cuma dua sampai tiga tahun aja, kok. Nanti setelah pulang, aku akan langsung ngelamar kamu. Jadi, aku harap kamu mau nungguin aku, ya,” ucap Lukas sambil menangkup kedua sisi wajah Vero. Senyuman mulai hadir dari kedua sudut bibir Vero. Diikuti sorakan riuh yang menyadarkan keduanya jika sejak tadi mereka sedang menjadi tontonan di warung bubur yang sudah terbilang cukup ramai itu. Lukas pun hanya tersenyum canggung, sementara Vero hanya dapat menunduk dengan wajah yang memerah. *** Beberapa hari sudah berlalu, besok adalah hari keberangkatan Lukas. Namun, beberapa hari ini, dirinya jarang sekali bertemu dengan Lukas. Terlebih hari ini, sejak pagi, Vero hanya berbaring di atas ranjang, entah kenapa tubuhnya semakin lemah saja akhir-akhir ini. Rasa tak nyaman membuat Vero gelisah dalam posisi tidurnya. Punggungnya terasa pegal dan panas, dia merasa kesulitan untuk menentukan posisi tidur yang nyaman. Saat baru saja akan terlelap ponselnya berdering dan sambil menahan nyeri Vero coba untuk bangun dan mengambil benda pipih miliknya. Matanya seketika melebar saat melihat aplikasi kalender bulanannya memberi tahu jika dia sudah terlambat hampir dua bulan. Keringat dingin tiba-tiba mengucur deras dari sela pori-porinya. Vero mengusap wajahnya dengan kasar. "Aku harus pastikan sekarang juga," gumam Vero bergegas bangkit untuk pergi ke apotek. Setibanya kembali di rumah, Vero tampak was-was menunggu hasilnya. Matanya sejak tadi terus menatap lekat test pack yang ada di tangannya. "Please. Garis satu, aku mohon," ucap Vero dengan tangan saling melipat. “Nggak mungkin. Jadi … a-ku hamil ….” Vero terduduk lemah saat mengetahui jika dia sedang mengandung anak Lukas. Air matanya pun luruh. Tangisannya pecah memenuhi seisi kamar. Bukan hanya menyesal, gadis itu langsung panik saat tahu bahwa kekasihnya akan pergi besok. "Aku harus kasih tahu Kak Lukas. Bagaimanapun juga dia harus tahu soal anak ini. Katanya dia mencintaiku, pasti dia mau tanggung jawab atas anak ini," ucap Vero sembari mengusap air matanya. Gadis itu langsung mengganti pakaiannya, bersiap pergi ke rumah Lukas. Setelah selesai mematutkan diri di depan cermin, tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar. Veronica pun tampak berpikir. Mengira jika yang datang adalah Lukas. Namun, saat dia membuka pintu, sosok wanita paruh baya tampak berdiri di depan rumahnya. Ya, wanita itu adalah Karmila–ibunya Lukas. “Eh, Tante,” ucap Vero kaget. Tak menyangka jika wanita yang sudah dianggapnya sebagai calon mertua itu akan datang ke rumahnya. “Ada apa Tante datang ke sini?” "Sebenarnya, sudah sejak lama saya mau mengatakan ini sama kamu. Karena besok Lukas akan pergi ke London, saya pikir hari ini adalah waktu yang tepat. Tolong kamu tinggalkan Lukas! Mau dilihat dari mana pun juga kalian berdua itu tidak cocok. Perlu kamu tahu juga kalau saya sudah menyiapkan jodoh yang sepadan untuk putra saya." Perkataan Karmila sontak saja membuat pikiran Vero seketika kosong. Gadis itu sangat terkejut. Hanya menatap tanpa suara. Bagaimana sekarang? Apa dia harus mengatakan bahwa saat ini dirinya sedang hamil? Atau memilih diam dan menutupi semuanya. Gadis itu takut jika nantinya dia akan dianggap murahan karena sampai hamil tanpa ada ikatan pernikahan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD