UKS adalah tempat kemana Ibra membawa Ajeng, hanya diam membiarkan Ajeng mengeluarkan semua kesakitan hatinya dan sesekali Ibra mengusap bahu wanita itu. Ajeng tidak tahu jika dialah yang langsung menelpon Viza untuk berbicara dengan wakil kepala sekolah mereka. Ibra juga tidak tahu apa yang Viza katakan kepada wakil kepala sekolah tersebut namun yang jelas dia meminta Viza menghentikan apa yang akan dilakukan kepada Ajeng.
"Gue mau balik ke kelas, pasti ketinggalan pelajaran deh gue." Ajeng sudah membaik dan sudah bisa mengendalikan perasaannya. Ibra tersenyum dan berjalan bersisian bersama Ajeng, mengantarkan wanita itu hingga ke depan kelasnya. Ajeng berbalik dan melihat Ibra yang tersenyum dan juga memberikan jempolnya kepada Ajeng.
"Kamu sudah baikan Ajeng ?" tanya guru matematika yang saat ini sedang mengajar di kelasnya.
"Sudah bu, terima kasih." Ajeng lalu di persilahkan duduk. Meski dia bingung siapa yang mempermisikan dia di kelas namun dia sudah menduga jika itu Ibra atau teman yang di minta pertolongan oleh pria itu.
Di tengah pelajaran Wita bertanya kepada Ajeng apa yang terjadi dan dia berkata akan menceritakannya nanti saja. Tapi ternyata masalah Ajeng belum selesai sampai disana saja dengan siswi bernama Monika itu. Tepat saat jam istirahat sekolah dia dipanggil menuju ke ruang guru, disana sudah ada wakil kepala sekolah dan juga Radit.
Ajeng juga melihat ada dua orang yang dia tebak adalah orang tua Monika, tamat sudah riwayatnya. Pikir Ajeng, namun Radit yang memulai percakapan terlihat membelanya dan juga meminta maaf atas apa yang terjadi.
"Pak tapi saya tidak salah !" potong Ajeng ketika Radit lagi-lagi meminta maaf, Ajeng tidak terima dikatakan bersalah ketika dia tidak salah. Monika yang seharusnya meminta maaf karena sudah menghina ayahnya.
"Ajeng diam !" kata Ibu wakil kepala sekolah yang bernama Ratna.
"Saya tidak mau tahu, anak ini harus di keluarkan dari sekolah ! jika dia tidak mau dikeluarkan saya akan memberitahu kepada wali murid yang lain jika sekolah ini tidak becus menangani masalah seperti ini dan sudah merugikan anak saya. Saya juga akan menuntut sekolah karena wajah anak saya sudah rusak. Lihat ini !" Ajeng meringis mendengarnya, apa yang akan terjadi sekarang pikirnya.
"Bapak sebagai wali kelas Ajeng saya meminta maaf--,"
"Anda tidak perlu meminta maaf Pak Radit, mereka yang seharusnya minta maaf." Ajeng tertegun dengan siapa yang berbicara saat ini. Wanita ini adalah wanita yang sering di perlihatkan Ibra fotonya.
"Mrs.Jayker ?" tanya ayah dari Monika terlihat terkejut.
"Iya saya Al Viza Derson Jayker, saya adalah wali dari Ajeng, yang katanya sudah merusak dan membuat masalah dengan anak anda. Tapi apa perlu saya beberkan semuanya ?" Terdengar sangat berkelas meski sedang mengancam, Ajeng benar-benar terpesona dengan wanita di hadapannya saat ini.
"Tap-tapi wajah Putri saya."
"Anda harusnya malu dan meminta maaf kepada Ajeng, karena sebagai orang tua anda telah membiarkan putri yang anda cintai merendahkan orang tua teman sekolahnya. Bukan malah membela putri anda seperti ini, tapi baiklah aku tetap akan mengobati wajah putri kalian." Viza menepuk tangannya dan masuklah dua orang, satunya dokter dan satu lagi adalah adik kelas Ajeng yang tadi membantunya.
"Saya akan mengobati wajah putri anda, ini adalah Dokter yang cukup terkenal di Jakarta yang bisa membantu menyembuhkan luka putri anda, dan siswi manis yang kalian lihat saat ini adalah siswi murid ini bernama Alya yang menjadi saksi atas apa yang terjadi. Jika anda ingin membongkar semuanya maka silahkan Bapak dan Ibu, tapi saya juga akan melakukan hal yang sama. Bukan hanya Alya yang menjadi saksi tapi juga ada teman-temannya yang lain. Bukankah begitu Alya ?"
"Iya Mrs.Jayker benar. Lagi pula di lorong itu ada cctv pasti akan terlihat siapa yang memulainya."
"Nah lihat, bagaimana anda sudah paham ? Minta putri kalian untuk meminta maaf kepada Ajeng karena sudah menghina orang tuanya, karena jika tidak dia lakukan semua itu saat ini maka secepat itu pula saya akan membuat tindakan tentang bisnis yang sudah anda lakukan Tuan Ringgo." Viza memperlihatkan senyuman sinisnya. Dan semua yang sudah dia ucapkan tentu saja membuat lawan bicara Viza takluk. Bahkan Radit hanya bisa diam begitu juga bu Ratna.
Ajeng tahu siapa keluarga Jayker terlebih Derson, mereka adalah penyumbang terbanyak di sekolahnya saat ini.Bahkan lulusan dari sekolahnya saat ini banyak yang bekerja di perusahaan tersebut, Ajeng sangat bahagia. Akhirnya keajaiban seperti kisah-kisah dongeng bisa dia alami juga. Ajeng semakin tersenyum lebar ketika wajah memelas Monika meminta maaf padanya.
Viza tersenyum puas lalu dia meminta izin kepada Radit dan Retno untuk membawa Viza pulang lebih dulu, Radit dan Retno tentu saja mengijinkannya. Di depan ruang guru sudah banyak murid yang ingin tahu kejadaian di dalam termasuk dua sahabat Ajeng.
"Alya terima kasih ya," ujar Viza dan Ajeng juga melakukan hal yang sama.
"Iya sama-sama. Saya hanya melakukan apa yang harusnya saya lakukan, dan orang-orang seperti Monika itu perlu di basmi." Viza dan Ajeng tertawa mendengar hal itu.
"Kalau begitu nanti setelah pulang sekolah kamu saya undang ke rumah bagaimana ? Juga teman-teman kamu Ajeng," ucap Viza dan tentu saja mereka semua yang mendengar itu sangat antusias. Viza melanjutkan jalannya keluar dari sekolah itu sambil membawa Ajeng yang sudah mengambil tas sekolahnya. Di dalam hati dia bertanya kemana Ibra ? kenapa dia tidak melihat sosok pria itu sedari tadi.
***
Rumah indah bertema modern klasik dapat Ajeng lihat saat ini, rumah indah dan megah ini tentu saja sangat luas dengan halaman yang juga sangat indah. Viza membawa Ajeng ke rumahnya, rumah itu terlihat sangat tenang meski ada beberapa orang asisten rumah tangga yang dapat Ajeng lihat disana.
"Ajeng mau makan apa ?"
"Tidak usah repot-repot tante."
"Tidak repot, lagi pula yang memasak bukan saya." Viza tersenyum lebar sambil mengajak Ajeng ke belakang rumahnya. Di sana Ajeng bisa melihat aneka tanaman dan juga kolam renang yang sangat indah.
"Ibra sering disini, dia tadi menelpon ku untuk memberitahukan masalah mu. Jangan terlalu di pikirkan masalah yang tadi ya Ajeng, kamu hanya perlu fokus dengan ujian mu saja. Jangan memikirkan hal lainnya," Ajeng mengangguk sambil tersenyum.
Viza bercerita banyak hal dan dia sengaja mengundang Ajeng ke rumahnya karena Ibra mengatakan Ajeng ingin bertemu dengannya. Ajeng tersenyum malu ketika Viza mengatakan jika Ibra juga mengatakan kalau Ajeng ingin melakukan perawatan, maka dari itu Viza mengajak Ajeng untuk pergi bersamanya ke salon setelah mereka makan siang.
Ajeng pertama kali dalam hidupnya pergi ke sebuah salon, dan melakukan potong rambut juga melakukan perawatan wajah dan hal lainnya. Ajeng merasa sungkan kepada Viza yang sudah terlalu baik kepadanya, di dalam mobil Ajeng mengucapkan terima kasih kepada Viza karena sudah banyak sekali memebrikan bantuan kepadanya. Ajeng juga tidak lupa memberikan kembalian uang yang Viza berikan semalam kepada Tika sebagai bentuk bayaran dagangannya.
"Ah ini ambil saja buat kamu, buat uang pegangan kamu. Kamu pasti butuh banyak biaya saat lulus nanti."
"Tapi tante ini terlalu banyak," ujar Ajeng kembali menolak.
"Tidak masalah, ambil buat kamu. Tanpa kamu sadari kamu sudah membuat Ibra berbeda sekarang, dia lebih rajin belajar karena mengejar kenaikan level di sekolah. Padahal dia tidak pernah belajar selama ini, pikirannya hanya tentang kembali ke London dan bermain-main saja."
"London ?" tanya Ajeng yang tidak tahu masalah ini.
"Iya London, Ibra bersekolah di sana selama ini. Dia mendapatkan hukuman dari ibunya karena melakukan kesalahn jadi di pindahkan ke sini, jauh dari sepupunya dan juga teman-temannya yang lama. Tadinya dia masih membangkang, namun setelah mengenal kamu dia berubah perlahan. Bahkan saat diminta kembali oleh ibundanya dia tidak mau, dia mengatakan akan menyelesaikan sekolahnya disini."
Setelah mendengar semua ini, salahkah dia berpikir jika Ibra menyukainya ? atau dia hanya terlalu percaya diri ?
Mereka kembali tiba di rumah Viza, hari memang sudah mulai sore dan saat masuk kedalam rumah dia melihat sudah ramai orang di sana tidak seperti tadi. Ibra terlihat sedang berbicara dengan seorang wanita dan disana juga sudah ada Alya,Wita Andini juga beberapa orang lainnya.
"Ayo ke taman belakang, kita mulai acara kita." Viza sangat bersemangat mengajak anak-anak muda itu. Ajeng juga di perkenalkan oleh suami dari Viza yang ternyata adalah mantan seorang Pilot. Ibra mengenalkan Ajeng juga kepada salah satu sepupunya yang bernama Adella, wanita cantik yang tadi dia lihat berbicara dengan Ibra.
Acara malam minggu yang direncanakan oleh mereka akhirnya terjadi juga dan personilnya lebih banyak. Tidak menyangka jika Tika dan Dimas malam itu juga ada disana, mereka di jemput oleh supir Viza. Ajeng semakin merasa bahagia dan sungguh berterima kasih kepada Viza.
Viza bukan tanpa alasan melakukan hal ini, dia hanya ingin mengenal dekat Ajeng dan juga keluarga Ajeng. Dia tahu jika keponakannya itu sudah jatuh hati pada Ajeng, jadi tidak ada salahnya untuk mengenal Ajeng dan keluarganya lebih dekat.
"Ajeng," panggil Ibra ketika Ajeng sedang sibuk membuat bumbu andalannya untuk bakar-bakar.
"Apa ?" tanya Ajeng dan tangan Ibra terulur menyelipkan anak rambut Ajeng terlebih dulu lalu dia memakaikan Ajeng celemek. Ajeng tahu gerak tubuhnya sangat kaku saat ini, tapi kemudian ucapan Ibra membuatnya ingin menumpahkan sambal ke wajah pria itu.
"Lain kali jika pakai parfume jangan berlebihan, bau mu membuat hidungku tersumbat."
Bersambung....