Saat Elea terbangun, dia sudah tidak mendapati keberadaan Gardea. Sejenak menatap langit-langit dengan pikiran melayang pada kejadian malam tadi. Sungguh memalukan, bagaimana tangan Gardea masuk ke dalam dan membuat tubuhnya panas dingin. “Merinding,” ucap Elea. “Sayang udah bangun? Sarapan dulu yuk, atau mau di kamar?” “Nggak, nanti keluar,” ucap Elea kembali tengkurap. Dia memeriksa ponsel dan tersenyum ketika mendapatkan pesan dari Reynaldi. Namun begitu dibalas lagi, pesannya ceklis satu. “Kemana sih dia?” Hari ini agendanya adalah pertemuan Gardea dengan sang professor. Elea ditugaskan ikut dulu sebelum nantinya dia juga menyelesaikan kepentingannya sendiri. “Nanti malam, saya mau ketemu sama ketua BEM dari Univ lain. Ketemuannya di Café.” “Nanti Mas yang anterin kamu.” Elea yang