bc

Tiga Pria Dalam Sehari

book_age18+
1.9K
FOLLOW
4.4K
READ
one-night stand
HE
badboy
drama
city
childhood crush
like
intro-logo
Blurb

TERINSPIRASI DARI KLIP VIDEO BINTANG DI SURGA

Malam itu adalah malam paling terkutuk untuk Alice. Ia bersumpah ia tidak mau berada di sana lagi. Bermodalkan tabungan seadanya ia pun kabur dari rumah.

Tetapi, tabungan itu tak akan cukup untuk menyambung hidup. Hingga akhirnya ia sampai di pinggiran kota dan bertemu seseorang yang mungkin bisa membantunya.

“Aku akan menjual tubuhku!”

chap-preview
Free preview
Pelecehan
Malam ini di meja makan semua orang berkumpul untuk menyantap makan malam. Alice duduk di kursinya menikmati masakan Dorothy, sang ibu angkat. Kemudian Mildred, sang ayah memulai pembicaraan. “Anak-anak, malam ini ayah dan ibu harus pergi, kami harus ke luar kota untuk mengurus pekerjaan, jangan khawatir, kami tidak akan lama, dua hari lagi kami akan pulang,” tuturnya. Alice melirik terkejut ke arah sang ayah kemudian melempar pandangan matanya sejenak ke arah David, sang kakak tiri yang kini menatapnya dengan seringai jahat. Cepat-cepat ia Alice kembali menatap piringnya seraya menyuapkan kembali makanan ke dalam mulutnya. Ia merasa akan terjadi sesuatu yang tak diinginkan malam ini. Benar saja. Baru saja menutup pintu setelah melihat mobil Mildred menjauh dari rumah, Alice kini harus berhadapan dengan David yang sudah seperti serigala kelaparan. Perempuan muda itu merapat ke pintu dan menatap kakak tirinya waspada. “Apa maumu?” tanyanya. David tak memberi jawaban dan hanya menyeringai seraya memandangi Alice yang memakai kaos oblong dan celana pendek. Kemudian ia setengah berbisik, “aku mau kau.” “Jangan berani macam-macam atau aku akan laporkan pada ayah dan ibu,” ancam Alice. David terkekeh, “kau tidak akan bisa melakukannya,” ejeknya. “Aku serius!” seru Alice, “lagi pula apa yang akan kau lakukan pada adikmu sendiri?” lanjutnya seraya matanya meminta belas kasihan pada David. David mendengkus, “adik katamu,” ia melangkah mendekat membuat Alice semakin ketakutan, “dengar, kau bukan adikku atau anak ayah dan ibu, kau hanya beban di rumah ini,” desisnya. “Apa maksudmu?” tanya Alice. “Kau pikir berapa uang yang ayah habiskan untuk membiayai hidupmu, apa lagi sekarang kau masuk universitas kelas atas, apa kau tahu ayah akan menjual mobil hanya untuk biaya pendidikanmu?” beber David. “Apa? Ayah akan menjual mobilnya, kau bohong kan?” Alice tampak terkejut. “Ya, itu benar, sadarlah, Alice, kau hanya bisa mendatangkan beban dalam keluarga ini,” olok David dengan nada penuh kebencian. Tatapannya tiba-tiba berubah penuh gairah dengan jemarinya bergerak memainkan rambut panjang Alice. Alice sangat tahu ia dalam bahaya. Ia cepat-cepat menepis tangan tanpa sopan santun itu hingga terlempar cukup jauh. “Menjauh dariku!” bentaknya seraya berlari menjauh dari kakak tirinya. David yang merasa terhina memandangi telapak tangannya yang tadi dihempaskan oleh Alice. Wajahnya bergetar dengan gerahamnya yang menyatu. “Sialan kau, Alice!” desisnya kemudian mengejar gadis yang hanya selisih dua tahun lebih muda darinya itu. Alice mempercepat laju kakinya. Buru-buru masuk ke kamar dan menutup pintu rapat-rapat. Tetapi David ternyata lebih cepat. Pintu itu di dorong dengan kuat hingga Alice pun jatuh tersungkur ke lantai. Kini pria yang sudah kehilangan akal itu menatap Alice dengan sorot mata tajam membuat Alice bergidik ngeri. Gadis itu pasti akan habis malam ini juga. “Alice, aku menginginkanmu!” kata David bak serigala dengan air liurnya yang menetes ke mana-mana. Tiba-tiba pria itu berlari dan langsung menangkap Alice, menindihnya di atas lantai yang dingin. “Kakak, aku adikmu, sadarlah!” teriak Alice seraya meronta-ronta. “Diamlah, ini mungkin akan sedikit sakit, tapi setelah itu kau akan menikmatinya,” desis David seraya memegangi Alice. Entah dapat tenaga dari mana Alice menendang perut David hingga pegangannya terlepas. Itu menjadi kesempatan bagi Alice untuk lari. Di belakang sana David pun cepat-cepat bangun sambil menahan sakit, kembali mengejar Alice. “Mau ke mana kau, Alice, kau harusnya berterima kasih karena aku akan sedikit membuatmu berguna di rumah ini,” kata David. Alice keluar dari dalam kamar dan di saat yang sama listrik tiba-tiba saja padam sehingga seluruh penjuru rumah menjadi gelap gulita. Tampaknya Dewi Fortuna masih memihak pada Alice. Penglihatan David cukup buruk dalam gelap jadi Alice bisa diam-diam bersembunyi. “Alice?” panggil David tiba-tiba membuat Alice terkejut. Gadis itu berjingkat-jingkat menuju ke dapur, menyembunyikan dirinya di sana. Ia bisa melihat David yang meraba-raba mencarinya. “Alice, ayo, keluarlah, buat dirimu berguna sedikit, kau hanya beban di rumah ini, sadarlah!” David sedikit berteriak, tampak mulai kesal karena listrik belum juga menyala. Alice meraih sebuah panci kecil tak jauh darinya. Ia lalu berjalan menuju ke punggung David. Pria itu belum juga menyadari keberadaannya. Di saat yang tepat Alice pun mengayunkan panci itu dan mendaratkannya tepat di kepala David. TUANG!!!!! Suara panci yang tak cukup tebal itu menggema di ruang tengah disusul teriakan David. “Arghh! Sialan kau, Alice!” Alice kembali berlari ke kamar. Kali ini ia lebih cepat sehingga ia bisa menutup pintu dengan benar dan menguncinya rapat-rapat. Tak lupa ia juga menambahkan kursi dan meja untuk merapatkan pintu itu. Tak berapa lama pintu itu digebrak oleh David, “Alice, kemari kau, dasar anak pungut!” makinya dari luar. Alice meringkuk di sisi ranjangnya sambil menangis ketakutan. Ia sungguh tak menyangka hal ini akan terjadi kepadanya. Setelah bertahun-tahun tinggal bersama keluarga yang mengadopsinya dengan penuh cinta, kini ia mendapat penghinaan dari saudara tirinya sendiri. Alice masih merasakan keberadaan David di luar pintu kamarnya. Pria itu masih berdiri di sana dan kini terdengar tertawa seperti mengoloknya, “baiklah, Alice, malam ini aku boleh gagal, tapi besok aku akan mendapatkanmu,” katanya penuh tekad. Alice terbelalak mendengar ancaman itu. Orang tuanya baru akan kembali dua hari lagi tetapi malam ini ia sudah mendapatkan hal semengerikan ini. Ia tidak akan tahu apa yang akan terjadi besok. Mungkin saja ia akan benar-benar habis oleh David. Tak mungkin Alice tidak membuka pintu kamarnya. Ia harus keluar setidaknya untuk makan dan minum. Tapi, sekali saja ia membuka pintu itu, ia akan tamat. Sekarang harus bagaimana Alice? Keluar ia mati tapi diam di tempat juga tidak lebih baik. BRUAKK!!!! Terdengar David yang menendang pintu. Alice pun secara refleks menutup kedua telinganya. “Jalang! Lihatlah besok kau akan benar-benar habis denganku!” umpatnya David. Meski sudah menutup kedua telinganya, Alice masih bisa mendengar dengan jelas kata-kata tak berperikemanusiaan itu. Air mata Alice kembali meleleh seraya tangannya memeluk lutut. Ia sangat ketakutan tapi tidak tahu harus bagaimana. Ayah...ibu...tolong... . Alice kemudian mengangkat kepalanya dan seperti terpikir sesuatu. Ia menatap ke luar jendela kemudian menatap lemari yang berada di sebelah jendela. Ia segera berdiri dan membuka lemari itu. Ia mengeluarkan celengan berbentuk tabung dan menatapinya. Kemudian ia menoleh ke arah jendela. Mungkin ini bisa membantu Alice untuk sementara.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
98.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.5K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook