Cinta

1432 Words
Hellena melipat sajadahnya, kemudian menyimpan mushaf Al-Quran pada tempatnya. Di saat hatinya begitu sepi, Bermunajat pada Allah, mengadu dan menangis adalah hal manis yang tidak terlukiskan. Betul kata Bi Yayah, dalam setiap luka dan air mata Allah selalu hadir memberi jalan keluar. Luka dan penderitaan, Allah hadirkan agar kita mengerti arti tertawa dan bahagia. Perpisahan juga Allah hadirkan, agar kita memahami bahwa ada seseorang yang harus di jaga dan disyukuri kehadirannya. Hellena tersenyum getir. Dia tidak mengerti, dengan apa dia mendefinisikan perpisahannya yang tiba-tiba. Apakah Allah hadirkan, agar Aksara memahami kalau dirinya cukup berharga? Atau Allah ciptakan perceraian ini, agar dia menjadi wanita yang lebih kuat dan Aksara menjadi laki-laki yang lebih bijaksana? Mungkin. Selalu ada hikmah di balik kisah, Hellena faham itu. Hellena segera keluar dari kamar. Jadwal, menemani Nyonya besar, sampai Nyonya yang sudah sepuh itu merasa ngantuk. Biasanya, Hellena akan berlama-lama di kamar Nyonya besar, ditemani Cellia dan kadang Bi Yayah. Tak hanya membawakan makan sesuai jadwal, dan obat yang teratur, dengan penuh kasih Hellena juga akan memijit atau cuma menjadi teman ngobrol yang menyenangkan buat Nyonya besar. Nyonya besar, sebutannya saja yang angker. Asli, perempuan sepuh itu adalah sosok ibu yang lembut dan hangat. Entah mengapa, saat berada dekat dengannya, Hellena selalu merasakan hatinya damai. Ada sosok ibu yang hilang, menjelma dalam kelembutan dan kehangatan Nyonya besar. Hellena, segera menuju kamar Nyonya besar saat mendapati Cellia tertawa riang dalam gendongan Abizar. Entah keberapa kali, Cellia kedapatan berada dalam pelukan Abizar. Biasanya Abizar yang dingin kepada semua orang itu, akan memutarkan video kartun kesukaan Cellia, membuat gadis kecil itu anteng dalam gendongan laki-laki yang kadang membuat seisi rumah segan, karena sikapnya yang cool dan penuh wibawa. Abizar dengan sabar menjawab celoteh Cellia, kadang juga laki-laki itu hanya nyengir, kalau dia gagal memahami kalimat gadis kecil yang masih cadel itu. Sesekali tertawa lepas dan mulai meledek Cellia dengan tingkahnya yang konyol. Hellena menghentikan langkahnya tidak jauh dari Abizar dan Cellia. Keduanya kontan menghentikan aktifitas bercanda yang lagi seru-serunya. Cellia sepertinya mengerti dan masih ingat kalau Hellena melarangnya bercengkrama dengan Tuan Abizar, gadis kecil itu perlahan beringsut turun, mendekati ibunya. "Cellia, mainnya di kamar Nyonya besar saja ya. Mama mau nyiapin obat dulu, nanti Mama ke sana." Hellena menunjuk ke kamar Nyonya besar yang sedikit terbuka. Tanpa banyak protes, Cellia segera melakukan perintah Hellena. Dia memang senang main di kamar Nyonya besar, karena perempuan sepuh itu baik dan suka mendongeng untuk Cellia. "Maaf, Mas kalau putri saya lancang." Hellena memohon maaf, bersiap berlalu ke dapur untuk mengambil air dan makan malam untuk Nyonya besar. "Hmm, gak apa-apa." "Baiklah, Mas. Terimakasih, lain kali bilangin saja, kalau Cellia mengganggu." Lanjut Hellena, rasa tidak enak hatinya belum sepenuhnya mencair, mengingat betapa kolokannya Cellia di pangkuan Abizar. Mungkin bocah perempuan itu mencoba mencari kehangatan sosok ayah yang selama ini hilang. Hellena membuang nafas perlahan. Sedih. Tak ada perceraian yang manis buat seorang anak. Perceraian, meski kadang menjadi pilihan terbaik bagi orang dewasa, tetap saja menjadi hal buruk bagi seorang anak. Dan, saat perceraian terasa manis bagi sebagian orang, tetap saja ada Seseorang yang bernama anak, yang menjadi korban. Maafkan Mama, Cellia. "Hellena." Suara, panggilan Abizar menghentikan langkah Hellena. "Iya, Mas?" "Bisa duduk sebentar? " tanya Abizar membuat Hellena sedikit kikuk. Pikirannya mulai menebak-nebak, dia takut kalau pekerjaannya ada yang kurang beres. "Gak usah takut, santai saja." Hellena membuang nafas, menebak-nebak topik obrolan Abizar. Hampir tujuh bulan, Hellena ada di tempat ini, bisa dihitung jari Abizar mengajaknya bicara. Laki-laki itu begitu sibuk, pergi pagi pulang malam. Kalaupun ada di rumah, bicaranya hemat dengan sorot mata yang dingin, membuat para, asisten termasuk dirinya lebih senang menghindar kalau tidak dipanggil. Tapi Abizar baik. Tidak pelit dan tidak rewel.Dia juga, tidak pernah sekalipun membentak orang yan bekerja padanya, terutama para asisten yang bekerja di rumah. Mungkin, karena mereka adalah perempuan semua? "Hellena?" "I-iya, Mas." Jawab Hellena sedikit tergagap. "Ada kabar dari suamimu? " Tanya Abizar di luar dugaan. Hellena menggeleng lemah. Sejak Hellena membuang sim card teleponnya, di malam dia minggat, dia loss kontak sama Aksara. Dia hanya berkirim pesan satu kali, itupun menggunakan nomor baru tanpa pofil. Nomor itupun, Hellena copot kemudian, saat menyadari Aksara berusaha menghubunginya kembali. " Saya loss kontak dengan dia," Jawab Hellena lirih. "Kenapa kau tidak berusaha menghubungi dia kembali, minimal untuk anakmu." Hellena tengadah. Abizar betul, tapi apa semudah itu? Meski rasa cinta itu masih bertahta indah dan belum terganti, tapi menemui Aksara kembali...tidak akan pernah. Betul kata Bi yayah, rasa itu akan sirna seiring jarak dan masa. "Saya tidak akan menemui dia, entah sampai kapan. Cerita saya dengannya sudah selesai, sesaat setelah kaki melangkah pergi." Hellena memainkan ujung jarinya, hatinya sakit. "Kalau begitu, belajarlah membuka hati untuk orang lain.' Hellena tengadah. Menghirup napas banyak-banyak agar tidak oleng. Apa maksudnya? "Cellia butuh seorang ayah." Suara Abjzar pelan tapi jelas. "Dan, aku... " Abizar tidak meneruskan perkataannya. Hellena menunggu dalam rasa penasaran. "Aku bersedia menjadi ayah Cellia." Abizar cepat-cepat menyelesaikan kalimatnya. Wajahnya memerah. "Ayah? Ayah asuh maksudnya, Mas?" Bodohnya. Abizar menyesali keluguan, Hellena. Dia juga mengutuk bibirnya yang tiba-tiba kelu. Dih, bukannya sudah latihan dari seminggu yang lalu. Apa karena, setiap memandang ekspresi wajah Hellena yang lembut dan sendu, selalu membuat dadanya berdebar? "Bukan itu, bukan ayah asuh." "Lalu, ayah angkat? " "Hellena... Dengar." Abizar jengkel. Dia bangkit membelakangi Hellena. Menatap ke arah jendela yang tirainya tertutup rapat, menghimpun nyali. "Aku ingin jadi ayah Cellia yang sesungguhnya. Aku mencintaimu." Hah? Hellena melongo. Abizar, membalikkan tubuhnya. Sekarang dia bisa menatap perempuan, yang diam-diam melukis begitu banyak pelangi di sudut hatinya. Hellena yang lembut, yang selalu menghindari tatapannya malu-malu, yang menyayangi ibunya-Nyonya besar-layaknya pada ibu sendiri, yang kesederhanaan dan senyum manisnya membuat dadanya selalu ingin memiliki perempuan itu seutuhnya. Tujuh bulan dia menunggu mengatakan ini. Sampai Hellena, selesai masa iddahnya. Bodoh mungkin, di saat di luar sana begitu banyak gadis cantik yang tergila-gila padanya, dia justru jatuh cinta pada pandangan pertama dengan seorang perempuan yang bahkan oleh suami dan ibu mertuanya, dianggap rakus dan materialistis. Begitulah cinta, kadang tanpa logika. "Elle, bagaimana...beri aku jawaban, biar aku bisa tidur nyenyak." Hellena tertunduk. Dia tidak mahami rasanya pada Abizar, tapi menolak pengakuan Abizar yang begitu tulus, setelah begitu banyak kebaikan yang dia terima dari sosok laki-laki dan ibunya adalah hal bodoh dan tidak tahu diri. Hanya perempuan yang tidak punya hati nurani yang sanggup mengatakan tidak. "Elle?" Abizar, memanggil kembali perempuan di depannya. Suaranya semakin pelan. "Mas, aku...aku bersedia." Hah? "Benarkah, Elle?" Hellena mengangguk lemah, tapi pasti. Aku tidak harus meminta waktu untuk mengatakan iya, sekarang atau nanti jawabannya akan sama. Aku bersedia, bisik hati Hellena. Mata Abizar tiba-tiba berbinar. Rasanya ada ribuan bunga yang mekar di relung hatinya. Indah. " Betulkah, Elle?" tanyanya meyakinkan. Seolah dia takut apa yang didengarnya hanya fatamorgana. Hellena, lagi-lagi hanya mengangguk. Ada yang rubuh di sudut hatinya yang paling dalam. Selamat tinggal Aksara. Takdir, telah menuliskan, kalau aku harus melanjutkan episode hidupku dengan seorang Abizar. Aku berjanji, kan berjuang menjadi istri yang baik untuknya dan mencintainya sepenuh hati. Hellena menyeka sudut matanya. Menyadari, Aksara hanya tinggal sebuah kenangan. **** Langit jakarta yang kemerahan berubah menghitam, seiring adzan Isya yang mulai berkumandang di mesjid-mesjid di seputar rumah Aksara. Aksara masih berdiri menatap langit, membiarkan angin dingin menelusup hatinya yang kian sepi. Hellena, harus kemana lagi aku mencarimu? Berapa puluh kali lagi aku mengitari kota Kembang, agar bisa menemukan bayanganmu? Sedalam itukah luka yang kutorehkan padamu, hingga tak sekalipun kau berkirim kabar kembali, atau minimal bertanya tentang proses sidang perceraian kita? Atau, jangan-jangan kisah kita telah terhapus seiring waktu? Prang. Aksara reflek melirik arah suara benda terjatuh di kamarnya. Hellena? Suara Aksara tertahan, kaget. menyaksikan bingkai foto pernikahannya dengan Hellena yang jatuh tiba-tiba ke lantai, menyisakan serpihan kaca yang terburai. "Astagfirullah, apa yang terjadi antara dirimu dan diriku saat ini, Hellena?" Dengan mulut terkunci Aksara memunguti serpihan kaca di depannya. Hatinya tidak karuan. Ting. Belum selesai, Aksara memunguti serpihan kaca, gawainya mengirim notifikasi pesan masuk. "Aksara, kutunggu kau di Bandung. Ada yang perlu kita bahas. Aku juga rindu, sudah lama tidak bersua.Maaf nomor baru, yang lama hilang, hapenya jatuh entah dimana, Hehe. Abizar." Aksara membaca pesan dengan seksama. Sialan, pantas begitu susahnya kuhubungi. "Ok. Tunggu aku. Akhir pekan aku akan datang." Send. Aksara meletakkan kembali gawainta di atas nakas. Kembali memunguti serpihan kaca di depannya dengan hati-hati. Tumben, si manusia kulkas itu terkesan ceria, mungkin lagi senang, atau bisa jadi lagi jatuh cinta. Aksara membatin. Abizar jatuh cinta? Tak urung, Aksara tersenyum tipis, senang rasanya membayangkan kalau seorang Abizar benar-benar tengah jatuh cinta dan bahagia. Aksara menghembuskan nafasnya perlahan, sejenak melupakan kalau di sudut hatinya yang selalu sunyi, ada goresan luka yang penuh darah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD