11. CIUMAN TIBA-TIBA

1249 Words
Shaga baru saja keluar dari paviliunnya dan sedang berjalan menuju dapur utama. Sejak pagi ia berkegiatan di sanggar judo yang ia kelola bersama dengan temannya. Setelah pulang, ia mandi dan pergi tidur karena hari ini adalah hari liburnya bekerja sebagai bodyguard Noa. Waktnya akan dimanfaatkan dengan baik, tenang dengan dunianya sendiri tanpa harus terlibat perdebatan dengan gadis itu. Saat sampai di dapur, Shaga bertemu dengan Asmita yang sedang sibuk di sana. Wanita itu tersenyum melihat kemunculan Shaga. “Sore, Ga. Kamu baru bangun, ya?” tanya Asmita. “Iya Tante. Pulang dari sanggar, aku langsung tidur.” “Kamu sudah makan siang?” “Sudah kok, Tante,” jawabnya. Shaga mengambil air dingin di kulkas. Mengambil gelas lalu menuangkan air minum ke dalamnya. Karena sangat haus, satu gelas air berhasil di habiskan oleh laki-laki itu dalam sekali teguk. “Shaga, kamu tahu kalau nanti Noa ada acara makan malam dengan Keano?” tanya Asmita tiba-tiba. “Enggak Tante. Di luar jadwal kerja, Noa nggak pernah kasih tahu jadwalnya.” Asmita mencuci tangan setelah mengupas kentang dan wortel untuk dibuat sup. Lalu perhatiannya tertuju kepada keponakan suaminya. “Shaga, walaupun hari ini kamu bebas tugas buat jaga Noa, tapi Tante boleh minta tolong, kan?” “Minta tolong apa, Tante?” tanya Shaga ragu. “Tolong kamu ikuti Noa pergi. Tante khawatir sama keselamatan dia, nak.” Raut wajah cemas seorang ibu tidak bisa ditutupi Asmita. Meski sikapnya cukup keras kepada putrinya, sebagai ibu, ia tidak ingin terjadi hal buruk kepada Noa. “Tapi Noa pergi sama pacarnya, Tante. Jadi buat apa khawatir?” Asmita menggeleng. “Tante kurang percaya sama Keano. Justru karena Keano pacar Noa, Tante takut dia nggak mau jaga. Kalau sama kamu, kalian kan saudara, jadi pasti kamu jauh lebih perhatian,” jelasnya. Apa yang dikatakan Asmita memancing rasa bingung Shaga. Seperti ada keraguan terhadap tanggang jawab Keano kepada Noa. Tetapi rasa penasarannya tidak bisa diungkapkan demi tidak mau ikut campur terlalu dalam urusan ibu dan anak. “Gimana, kamu enggak keberatan kan bantu Tante?” tanya Asmita lagi. Shaga mengangguk ragu, tidak enak jika harus menolak saat wanita itu memintanya. “Baik Tante. Aku bantu Tante buat mengawasi Noa.” “Bagus, terima kasih. Tapi jangan sampai ketahuan ya, karena Noa pasti akan sangat marah.” “Iya Tante.” *** Sesuai dengan permintaan Asmita, saat ini Shaga sedang berada di dalam mobil yang sedang melaju, mengikuti mobil yang dikendarai Keano. Jaraknya tidak terlalu dekat karena takut jika Noa sampai tahu. Noa dan Keano berencana melakukan makan malam disebuh restoran mewah. Asmita sendiri sudah melakukan reservasi untukya, sehngga ia bisa masuk dan mengawasi Noa dan Keano lebih dekat. “Joy Joy Joy, apa karena itu Tante Asmita memperlakukan anaknya sangat keras?” gumam Shaga. “Tapi …” Fokus Shaga yang hilang hampir saja membuatnya kehilangan jejak. Ia kembali mengamati mobil Keano dengan hati-hati karena jalanan cukup padat. Jika ia melamun lagi, bisa saja ia tertinggal. Meski sudah tahu tujuannya, tetap saja ada kemungkinan mereka mengubah rencana. “Mereka yang kencan, aku yang repot,” gerutunya sebal. Setelah sampai di lokasi, Shaga duduk di meja yang telah disiapkan. Jaraknya dengan meja yang ditemati Noa dan Keano tidaklah terlalu jauh. Itu sebabnya Shaga harus hati-hati agar tidak terlalu mencolok, yang bisa membuatnya ketahuan. Hampir satu jam Shaga mengawasi Noa dan Keano. Interaksi keduanya nampak bisa saja, tidak ada yang aneh. Namun ada yang membuat perhatiannya tertuju pada sesuatu yang tidak bisa. Ada seseorang yang diam-diam mengambil gambar Noa dan Keano. “Apa tidak apa-apa kalau orang itu memotret diam-diam?” gumam Shaga penasaran. “Atau jangan-jangan, ini bagian dari cara mereka biar ada berita romantis yang beredar?” Lamunan Shaga buyar saat menyadari Noa dan Keano beranjak dari duduknya. Shaga segera memalingkan wajah, takut jika beradaannya dilihat terutama oleh Noa. Melalui sudut matanya, ia melihat pergerakan dua orang itu meninggalkan area restoran. Hal ini membuat Shaga segera mengikuti diam-diam. “Mereka mau pulang atau mungkin …” Shaga menyipitkan mata saat berada di dalam mobil. Pikiran negatif muncul mengenai Noa dan Keano. Namun ia segera menggeleng dan menepis sesuatu yang belum tentu terjadi. Jika pun Noa pergi ke hotel bersama Keano, semua itu jelas bukan urusannya. “Tante Asmita terlalu berlebihan. Noa sudah dewasa, dan pergi dengan pacarnya bukan sesuatu yang berlebihan Bahkan enggak ada penguntit yang mengikuti mereka selain aku,” gumamnya. Setelah mengikuti Noa, tidak ada sesuatu yang mencurigakan terjadi. Bahkan setelah makan malam, Keano lungsung mengantar Noa pulang. Jadilah Shaga ikut pulang, setelah menunggu beberapa saat. Shaga keluar dari mobil dengan jeda 15 menit setelah Noa sampai demi menghindari kecurigaan. Ia pun masuk ke halaman rumah untuk menuju paviliun belakang. Setelah tugasnya selesai, Shaga ingin segera istirahat karena sangat lelah. Langkah kaki Shaga terhenti saat melihat keberadaan Noa di area taman kolam renang. Gadis itu memberikan tatapan tajam kepada Shaga. Seakan siap menerkam dan tidak membiarkan laki-laki itu lolos. Namun keberadaan Noa ditanggapi santai oleh Shaga. Bahkan berjalan kembali, mendekati Noa karena tujuannya untuk pergi ke paviliun. “Kenapa malam-malam di sini?” tanya Shaga. Plak! Sebuah tamparan keras dari tangan Noa, mendarat mulus di permukaan pipi Shaga. Saking kerasnya, wajah Shaga sampai tergerak ke samping. Perih dan sakit yang dirasakan. Tidak menyangka kalau tenaga Noa sekuat itu. “Jangan pura-pura bod0h! Kenapa kamu ngikutin aku pergi dengan Keano? Apa urusan kamu, hah?” tanya Noa sengit. “Maksud kamu apa?” Shaga masih berusaha mengelak. Lantas Noa menguatak-atik ponsel di tangannya. Tidak lama, memperlihatkan layarnya yang menyala kepada Shaga. “Kalau kamu lihat ini, apa bisa ngerti maksudku?” sindir Noa. Shaga melihat potret dirinya yang sedang bicara dengan waiter di restauran dan tidak berhati-hati sehingga Noa mengetahui keberadaannya. Sekarang, ia tidak bisa mengelak lagi karena bukti nyata sudah terpampang jelas di matanya. “Sekarang, mau membantah lagi? Mau cari alasan lagi?” Tangan Noa dengan cepat memukul d**a bidang milik Shaga. Namun tanpa diduga, justru Noa kehilangan keseimbangan dan membuatnya jatuh ke dalam kolam. Tubuh Shaga terlalu penuh dengan otot yang kuat, sehingga pukulan Noa menjadi boumerang bagi dirinya sendiri. “NOA!” Shaga segera melempar ponselnya lalu menceburkan diri ke dalam kolam untuk menolong Noa. Ia tidak tahu apakah gadis itu bisa berenang atau tidak. Tindakan refleksnya semata-mata karena kasihan. “Kamu enggak apa-apa?” tanya Shaga sambil memegang tubuh Noa. Noa berontak dan tidak suka. “Ini semua gara-gara kamu. Aku jatuh karena badan kamu terlalu keras. Kamu memang menyebalkan!” “Tapi kamu yang pukul aku duluan.” “Karena aku kesal sama kamu! Kenapa kamu melewati batas? Aku nggak suka kamu ngikutin aku dalam kegiatan pribadi. Memangnya kamu siapa berani kurang ajar seperti tadi? Kamu nggak punya hak, Shaga. Kamu menyebalkan dan buat aku muak! Kamu …” Shaga tidak diberikan kesempatan untuk bicara. Tangannya spontan menarik pinggang Noa, lalu membungkam bibir gadis itu dengan bibirnya. Shaga mencium Noa dengan penuh tekanan tanpa lumatan demi membuatnya diam. Dan tindakan tiba-tibanya ini, membuat Noa diam dengan mata terbelalak. Hampir dua menit posisi ini bertahan. Hingga akhirnya Noa sadar, lalu mendorong tubuh Shaga dengan sekuat tenaga sehingga ciuman mereka terlepas. Noa nampak sangat marah. Lalu tangganya dengan cepat kembali melayang di pipi laki-laki itu. “b******k!” Shaga terdiam meski pipinya baru saja mendapat tamparan cukup keras. Bahkan ia bergeming saat Noa keluar dari kolam renang dengan tatapan penuh amarah. Tubuh Shaga seperti patung, tidak bisa bergerak. Tindakan yang dilakukan sendiri, melumpuhkan pikirannya. “Kenapa …apa yang sudah aku lakukan? Kenapa aku tiba-tiba mencium Noa?” gumamnya bingung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD