Tangis Noa pecah saat Shaga meminta maaf di hadapannya. Kemarahan, kekecewaan dan juga rasa takut bercampur aduk menjadi satu memenuhi rongga dadanya hingga menyebabkan rasa sesak. Dalam keadaan gelap dan hanya disinari emergency lamp, Noa menumpahkan air matanya. Sejak tadi ia sendiri, menahan rasa takut dan kini Shaga ada di depan matanya. Laki-laki itu harus tahu kesalahan yang sudah dilakukan. “Aku benci sama kamu, Shaga! Kamu nggak tahu kalau aku nyaris mati ketakutan. Aku nggak suka hujan dan aku nggak suka gelap. Rasanya aku nggak bisa napas karena situasi ini,” ucapnya sambil terisak. Kedua tangan Shaga menyentuh lengan Noa. Niatnya ingin memeluk, tapi gadis itu mendorong dengan keras. “Jangan sentuh aku, Ga. Jangan bersikap seolah kamu nggak punya salah!” “Noa, aku benar-benar