Bab 63

2048 Words
“Bagaimana keadaan Sania saat ini? Apakah ada cidera yang serius dengan kakinya?” Tanya Kalila sambil menatap Revan yang gambarnya sedang ada di layar ponselnya. Setelah mengantarkan Kalila pulang, Revan dan Dipta mengantar Sania ke rumah sakit untuk melakukan beberapa pemeriksaan karena Sania mengeluh jika kakinya terasa sangat sakit. Kalila sebenarnya ingin ikut menemani Sania, tapi Revan mengatakan jika Kalila lebih baik istirahat saja. Iya, tubuh Kalila memang terasa sangat lelah. Perjalanan menyenangkan hari ini menyisakan lelah di tubuh Kalila. Ketika sampai di rumah Kalila langsung berendam dengan air hangat agar membuat tubuhnya rileks. Setelah itu Kalila beristirahat sambil membaca beberapa materi kuliahnya dan secara tiba-tiba Revan menghubung dirinya. “Tidak ada masalah apapun. Dokter mengatakan jika Sania sama sekali tidak mendapatkan cidera. Aku sudah menebak jika Sania hanya sedang berpura-pura, Kalila” Kata Revan dengan kesa. Kalila menghembuskan napasnya dengan pelan. Lebih baik jika Sania hanya berpura-pura sakit daripada dia mendapatkan cidera sungguhan. Iya, Kalila merasa tidak tega jika hari yang menyenangkan ini harus berubah secara drastis hanya karena Sania terluka. Kalila tidak ingin itu terjadi. Mendengar jika Sania baik-baik saja membuat Kalila merasa sangat lega. Sekalipun Sania terlihat tidak terlalu menyukai Kalila, Kalila tetap merasa kasih jika Sania harus mendapatkan musibah. Ya, begitulah.. “Aku senang jika dia baik-baik saja” Kata Kalila dengan pelan. Revan terlihat menganggukkan kepalanya dengan malas. Beberapa saat kemudian terdengar suara ribut lalu layar ponsel Kalila dipenuhi dengan wajah Nessa yang tampak tersenyum. “Hai, Kalila! Bagaimana keadaanmu sekarang?” Tanya Nessa dengan antusias. Kalila langsung tersenyum dengan lebar. Kalila senang ketika melihat Nessa tersenyum ramah. Iya, kakaknya Revan memang sangat baik. “Aku sangat lelah, Kak. Aku tadi mengunjungi danau dengan Revan” Kata Kalila sambil tetap tersenyum. “Jangan menggangguku!” “Hei, apa-apaan ini?” “Kalila, maafkan aku, Kak Nessa memang sangat menyebalkan!” Kata Revan. Sekarang ponsel Kalila kembali menampilkan wajah Revan yang masih tampak kesal dengan kakaknya. Beberapa kali Kalila juga mendengar jika Revan masih bertengkar dengan Nessa. Ah, Kalila jadi merindukan Kenzo dan Ilora. Bagaimana kabar mereka saat ini? Kalila ingin menghubungi mereka, tapi Kalila takut jika Ilora akan khawatir dengan keadaan Kalila. Sudahlah, biarkan saja Ilora mengurus keluarganya, Kalila tidak ingin merepotkan kakaknya itu. Lagipula sebentar lagi Ilora akan segera melahirkan, setelah melahirkan Ilora akan pulang kembali ke Indonesia. “Kalila, lain kali aku akan menghubungimu dengan ponsel Revan. Kita akan bicara sepuasnya tanpa gangguan orang menyebalkan itu!” Kata Nessa. Kalila tertawa pelan ketika mendengarkan apa yang Nessa katakan. Astaga, Kalila akan sangat senang jika dia bisa berbicara dengan Nessa. Dia perempuan yang sangat baik dan Kalila sangat menyukai Nessa. “Tentu saja, Kak!” Kata Kalila sambil tersenyum. “Sudahlah, Kak! Jangan menggangguku. Tinggalkan kamarku!” Kata Revan. Kalila menggelengkan kepalanya dengan pelan. Kenapa Revan tidak membiarkan Kakaknya ikut bergabung di dalam panggilan telepon mereka? “Revan, biarkan saja Kak Nessa di sana. Aku juga ingin berbicara dengannya..” Kata Kalila dengan pelan. “Tidak, Kalila, Kak Nessa sangat menyebalkan. Dia sangat suka menggangguku padahal sebentar lagi dia akan menikah. Dia memang sangat jahil aku sering merasa terganggu dengannya..” Kata Revan. Kalila tersenyum ketika dia mendengar cerita yang Revan katakan. Kalila jadi memikirkan keadaannya sekarang. Kalila tidak terlalu dekat dengan Kenzo karena mereka terpisah selama hampir 16 tahun. Saat Kalila masih kecil, Kalila memang dekat dengan Kenzo, tapi sekarang Kalila merasa canggung jika di dekat Kakaknya. Ah, seandainya saja mereka tidak terpisah, Kalila pasti akan memiliki hubungan seperti Nessa dan Revan. Kadang Kalila berharap jika semua hal yang ada di masa lalunya hanya mimpi buruk yang sangat panjang, tapi ternyata tidak. Seburuk apapun kejadian itu Kalila harus tetap menerima jika semua itu nyata. Kalila melewati hari yang begitu berat, tapi sampai saat ini Kalila tetap bisa bertahan. Takdir hidup Kalila memang sedikit tidak adil, tapi Kalila tetap bisa hidup sampai hari ini. Ya, Kalila harusnya bersyukur akan fakta itu. “Kalila? Ada apa?” Tanya Revan. Kalila mengerjapkan matanya dengan pelan. Astaga, bagaimana mungkin Kalila melamun di depan Revan? Kalila menghembuskan napasnya dengan pelan lalu mencoba tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Kalila tidak ingin Revan juga merasa khawatir dengan keadaan Kalila yang memang tidak pernah baik-baik saja ini. Kalila harus menerima kenyataan yang cukup berat dan Kalila selalu sendirian selama ini. Beberapa bulan yang lalu Kalila memang memiliki Ilora dan Kenzo, tapi mereka berdua sedang berada di tempat yang jauh sekarang. Iya, Kalila memang harus kembali memperjuangkan hidupnya sendiri karena itulah yang terbaik. Kyra bisa saja menyerang orang-orang yang ada di sekitarnya jika Ilora dan Kenzo masih ada di sini. Sekarang Kyra memang mulai mendekati Revan, tapi sepertinya Revan tidak akan disakiti oleh Kyra karena menurut Kalila, Kyra menyukai Revan. Semua ini akan menjadi sangat rumit. “Kalila? Jangan membuat aku khawatir. Ada apa?” Tanya Revan lagi. “Tidak ada apapun, Revan. Aku hanya sedang memikirkan Kyra” Kata Kalila sambil tersenyum. Revan terlihat mengernyitkan dahinya ketika dia mendengar apa yang Kalila katakan. Iya, Kalila memang sedang memikirkan Kyra saat ini. Kalila sering memikirkan bagaimana perasaan Kyra ketika dia menyadari jika semua hal yang berada di sekitar mereka adalah ilusi semata? Apakah Kyra akan merasa sedih? “Ada apa dengan Kyra? Apakah dia mengganggumu?” Tanya Revan sambil menatap Kalila dengan pandangan khawatir. Kalila tersenyum dengan tenang lalu menggelengkan kepalanya. Kenapa sangat menyenangkan ketika ada seseorang yang memberikan tatapan khawatir seperti itu? Kalila merasa jika ada seseorang yang peduli dengan dirinya. “Tidak, Revan. Aku bahkan sama sekali tidak melihatnya hari ini. Entahlah, dia tidak menggangguku, apakah dia mengganggumu?” Tanya Kalila. Revan juga menggelengkan kepalanya dengan pelan. Ya, tentu saja seharian ini Kyra tidak mengganggu Kalila, sejak tadi pagi Kalila bersama dengan Revan. “Dia sering sekali mengganggumu, Kalila. Kenapa tidak membawa dia ke rumah sakit kejiwaan? Sepertinya ada hal yang salah dengan Kyra. Apakah kamu tidak merasa jika dia bisa membahayakan orang di sekitarnya?” Tanya Revan. Kalila menghembuskan napasnya dengan pelan. Setiap kali mendengar seseorang membahas tentang Kyra, Kalila selalu saja merasa sedih. Kalila ingin membuat segalanya jadi berubah, tapi Kalila tidak sanggup memilih. Kalila pikir dengan Ilora dan Kenzo pergi maka Kalila akhirnya berani menghadapi Kyra karena Kyra tidak akan bisa menyakiti kedua kakaknya itu. Tapi ternyata tidak. Kalila masih tetap diam di tempat karena dia merasa tidak sanggup melakukan apapun. Kalila sama sekali tidak bisa membantu dirinya ataupun Kyra. Harus ada salah satu di antara mereka yang mengalah. Kalila tidak tahu keputusan apa yang harus dia terima. “Kalila? Aku minta maaf jika aku menyinggung perasaanmu, tapi sekalipun Kyra adalah kembaranmu, dia tetap tidak bisa dibiarkan begitu saja. Dia melukai kamu secara fisik, kamu tidak boleh terus diam saja” Kata Revan. Kalila menganggukkan kepalanya dengan pelan. Kalila setuju dengan apa yang Revan katakan, tapi apa yang harus Kalila lakukan? Tidak ada pilihan lain, Kalila harus mengalahkan Kyra jika dia memang menginginkan segalanya selesai. Tapi masalahnya, apakah Kalila sanggup melakukan semua itu? Menghilangkan separuh dirinya sendiri.. itu terdengar sangat tidak mungkin. “Aku tidak tahu harus melakukan apa. Selama ini aku hanya bisa bersembunyi ketika Kyra datang. Sebenarnya, Revan.. dia tidak selalu melukaiku ketika dia datang” Kata Kalila dengan pelan. Ah, Kalila berbohong dalam hal ini. Sejak kapan Kyra tidak melukai Kalila ketika mereka sedang bertemu? Kalila selalu menggunakan pakaian berlengan panjang dan celana panjang hanya untuk menutupi segala jenis luka yang berada di kulitnya. Kadang Kyra melukai Kalila dengan keterlaluan sehingga bekas lukanya sangat sulit untuk dihilangkan. “Apakah kita harus melaporkan Kyra ke polisi, Kalila? Jika kamu membutuhkan batuanku aku akan membantumu dengan senang hati. Aku hanya khawatir jika Kyra datang dan kembali memberikan serangan fisik kepadamu” Kalila sama sekali tidak tahu harus memberikan jawaban apa kepada Revan. Ah, seandainya saja Kyra bisa dituntut dan dimasukkan ke dalam penjara, tentu saja Kalila akan melakukan itu sejak beberapa bulan yang lalu. Sudahlah, Kalila memang sadar jika dia sama sekali tidak memiliki pilihan lain. Kalila ditakdirkan untuk menerima semua ini tanpa banyak bertanya, jadi Kalila harus tetap menerimanya. Bukankah tidak ada yang bisa Kalila ubah? Apapun yang terjadi di masa lalunya akan tetap sama, Kalila sama sekali tidak bisa melakukan apapun selain menerima keadaannya yang kadang memang sedikit menyedihkan ini. Ah, kenapa Kalila harus bersedih? Saat ini hidupnya sudah sangat nyaman. “Jangan khawatir, semua itu mungkin akan terjadi jika aku tidak hati-hati. Aku mengenal Kyra dengan baik. Tapi Revan, kamu tidak tahu bagaimana Kyra.. apakah sekarang kalian dekat?” Tanya Kalila dengan pelan. Kalila memang tidak bisa melarang Revan untuk berhubungan dengan Kyra, tapi sungguh.. Kalila sama sekali tidak ingin kehilangan Revan. Iya, Kalila sangat tidak ingin. Kalila mengharapkan sebuah uluran tangan sejak bertahun-tahun yang lalu. Akhirnya, ketika bertemu dengan Revan, Kalila merasa jika dia sangat membutuhkan kehadiran Revan di dalam hidupnya. Selama ini Kalila selalu sendiri dan selalu kesepian. Kyra bisa mengambil apapun yang Kalila miliki, tapi tidak dengan Revan. Seiring dengan berjalannya waktu Kalila semakin yakin dengan perasaan yang Kalila miliki untu Revan. Kalila merasa jika dia memang lama menantikan seseorang yang bisa mengisi hatinya. “Astaga, Kalila. Untuk apa aku dekat dengan Kyra? Dia memang sering berusaha mengganggu diriku, tapi aku bisa menanganinya. Apakah Kyra punya kekasih? Aku sempat melihatnya di salah satu pusat perbelanjaan, dia berjalan dengan mesra bersama dengan seorang pria. Aku rasa itu adalah kekasihnya..” Kata Revan. Selama ini Kalila memang sangat ingin tahu bagaimana kehidupan Kyra, tapi Kalila tidak pernah berhasil mendapatkan satupun informasi mengenai Kyra. Iya, Kalila sama sekali tidak tahu bagaimana kehidupan pribadi Kyra. Tapi setahu Kalila, Kyra bukan orang yang bisa dengan mudah dekat dengan orang lain. Dibandingkan berbicara dengan orang lain, Kyra akan memilih untuk bertengkar menggunakan kekuatan fisik. Begitulah, Kyra.. dia sangat mudah marah dan terpancing emosi padahal sama sekali tidak ada yang membuat masalah dengannya. Mendengar jika Kyra memiliki seorang kekasih adalah hal yang cukup mengejutkan apalagi ketika Kyra mengatakan jika dia merasa tertarik dengan Revan. Sebenarnya mana yang benar? Apakah Kyra memang hanya ingin mengganggu Revan saja karena Kalila sedang dekat dengan Revan? Entahlah, Kalila sama sekali tidak tahu bagaimana jalan pikiran Kyra bekerja. “Aku tidak tahu apakah Kyra memiliki kekasih. Aku tidak mungkin mencoba bertanya padanya, dia tidak akan menjawabku tapi malah akan memukulku” Kata Kalila dengan pelan. Selama ini Ilora selalu takut jika Kyra tiba-tiba mendatangi Kalila. Ya, Kyra memang akan mengacaukan segalanya jika dia datang, tapi sebenarnya Kalila tidak terlalu takut akan hal itu. Kalila malah takut jika Kyra menemuinya di tengah keramaian, sungguh.. hal itu akan membuat Kalila jadi sangat kacau. “Jangan berbicara seperti itu, Kalila. Kamu membuat aku jadi sangat khawatir” Kata Revan. Kalila tersenyum lalu menganggukkan kepalanya. Mau bagaimana lagi? Memang seperti itulah kenyataannya. “Aku akan baik-baik saja, jangan khawatir. Aku akan mencoba melakukan segala hal yang mungkin bisa membuat Kyra berhenti menggangguku..” Kata Kalila. “Hubungi aku jika kamu membutuhkan bantuan, Kalila. Aku akan langsung datang secepat yang aku bisa. Jangan menganggap aku sebagai orang lain, jangan merasa sungkan atau semacamnya..” Kata Revan Kalila benar-benar merasa sangat beruntung karena dia mengenal Revan. Revan telah banyak membantu Kalila. Revan membantu Kalila dalam bergaul di kampus. Karena bantuan Revan, Kalila bisa memiliki beberapa teman dekat di kelasnya. “Terima kasih banyak, Revan. Terima kasih juga karena hari ini telah membawaku melihat danau. Aku sangat senang” Kata Kalila sambil tersenyum. Ada beberapa hal sederhana yang bisa membuat orang merasa senang. Bagi Kalila, bisa pergi melihat danau saja sudah menjadi hal yang menyenangkan. Iya, itu karena Kalila tidak pernah melihat danau sebelumnya. “Astaga, Kalila. Jangan berbicara seperti itu. Kita akan mengunjungi banyak tempat yang belum pernah kamu datangi sebelumnya. Jangan khawatir, aku akan menemanimu kemanapun kamu ingin pergi” Kata Revan. “Terima kasih..” Kata Kalila. “Baiklah, ini sudah malam, Kalila. Aku rasa kamu sangat lelah dengan petualangan kita hari ini. Tidurlah dan mimpilah dengan indah, Kalila..” Kalila tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Kalila memang mulai merasa mengantuk karena ini memang sudah cukup malam. “Kamu juga, Revan..” Kata Kalila. “Aku menyayangimu, Kalila..” Kata Revan. Kalila menatap Revan dengan pandangan terkejut. Kalila ingin memberikan jawaban kepada Revan tapi Kalila tidak sanggup mengatakan apapun jadi Kalila hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya lagi. Entahlah, semua ini sangat sulit untuk dijelaskan. Kalila merasa sangat senang, tapi juga bingung dengan apa yang dia rasakan. Bagaimana mungkin Revan membuat Kalila merasa hal seperti ini?        
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD