Bab 67

1825 Words
Ketika sampai di ruangan Raka, Revan menemukan Dipta dan Raka yang tampak sedang berbicara dengan serius. Revan biasanya memang jarang ikut campur dalam masalah yang dimiliki oleh Raka, kali inipun demikian. “Kyra gimana?” Tanya Dipta ketika Revan duduk di depannya. Jujur saja Revan sedang tidak ingin membicarakan apapun tentang Kyra yang menyebalkan itu. Revan meninggalkan Kyra sendirian di depan rumah sakit ini. Entahlah, Revan sama sekali tidak tahu apa yang akan Kyra lakukan. Ya, Revan tahu jika dia sedang melakukan hal yang salah. Tapi Revan tidak sepenuhnya salah. Kyra sendiri yang membuat masalah dengan naik ke mobil Revan dan tidak mau diminta untuk turun. “Nggak tahu gue, biarin aja di luar” Kata Revan sambil memejamkan matanya. Belakangan ini Revan dipusingkan oleh banyaknya tingkah perempuan yang ada di sekitarnya. Pertama Sania, lalu Kyra. Ah, mereka tidak pernah membiarkan Revan hidup dengan tenang. “Lo tinggalin di mana?” Tanya Dipta dengan tatapan terkejut. Revan mengendikkan bahunya. Setidaknya Revan tidak meninggalkan Kyra di tengah jalan. Jika Kyra memang ingin pulang, maka dia bisa naik taksi karena dia punya banyak uang. Sudahlah, Revan jadi merasa semakin kesal setiap kali dia mengingat Kyra. Sejak awal Revan tahu jika berhadapan dengan Kyra akan membuat dirinya hidup dalam kesulitan, tapi Revan tidak pernah mengira jika Kyra akan membuat banyak masalah untuk Revan. “Di lobi depan. Biarin aja, katanya dia punya banyak uang..” Kata Revan dengan santai. “Siapa?” Tanya Raka. Revan mengendikkan bahunya. Sama sekali tidak ingin membicarakan apapun tentang Kyra yang menyebalkan itu. Hari ini seharusnya Revan menganjak Kalila pergi bersama dan bersenang-senang seperti yang sudah Revan rencanakan. Untuk yang pertama kalinya dalam hidupnya, Revan membuat sebuah rencana indah untuk mengungkapkan perasaannya kepada Kalila. Entahlah, kehadiran Kyra hari ini benar-benar membuat Revan merasa kesal. Semuanya jadi kacau.. Revan tidak akan bisa menemui Kalila jika Kyra ada di sini. Ah, seharusnya Revan tidak menyalahkan Kyra seperti ini. Kalila sejak pagi memang tidak bisa dihubungi. Entahlah, Revan tidak tahu lagi apa yang terjadi.. “Kyra, kembarannya Kalila. Lo ingat ‘kan?” “Dia di sini?” Tanya Raka. Revan menganggukkan kepalanya dengan pelan. “Kenapa nggak lo suruh ke sini? Gue mau ketemu sama dia” Revan mengernyitkan dahinya ketika dia mendengar apa yang Raka katakan. Ah, wajar jika Raka penasaran dengan Kyra. Revan dan Dipta sering kali membicarakan tentang Kyra dan Kalila kepada Raka. “Dia suka bikin rusuh. Gue kerjain dia, gue tinggalin di lobi depan. Katanya dia orang kaya, jadi punya banyak uang. Biarin aja dia pulang naik taksi” Kata Revan. “Lo suruh ke sini aja, Van” Kata Raka. Revan menggelengkan kepalanya dengan pelan. Menemui Kyra yang baru saja dia tinggalkan adalah hal yang paling Revan hindari. Perempuan itu bisa saja marah dan membuat kekacauan begitu dia menemukan Revan. Sayangnya, baru saja Revan memikirkan berbagai masalah yang mungkin saja Kyra lakukan, sekarang perempuan itu sudah ada di depannya. Berdiri dengan ekspresi marah yang cukup menyeramkan. Revan langsung bangkit berdiri dan menatap Kyra dengan senyuman jahil. Sesekali Revan juga ingin membuat Kyra kesal. “Lo!” Kyra terlihat sangat kesal ketika dia menemukan Revan. “Oh, jadi lo nggak punya uang buat pulang?” Tanya Revan dengan santai. “Lo, ikut gue sekarang juga” Kata Kyra. Revan tersenyum lalu kembali duduk di kursi miliknya. Memangnya Kyra pikir siapa dirinya sehingga dia bisa meminta Revan untuk melakukan apapun yang dia inginkan? Kyra hanyalah saudara kembar Kalila, perempuan yang Revan sukai. Selama ini Revan berusaha bersikap baik kepada Kyra karena Revan menghormati Kalila. Ya, sekalipun Revan juga sering berlaku buruk pada Kyra, masalahnya perempuan itu yang selalu membuat Revan kesal. Apa yang sebenarnya dia inginkan? “Mending lo duduk di sini aja, Kyra..” Kata Raka. Ah, sepertinya Raka belum tahu bagaimana sifat Kyra. Dipta yang selama ini melihat langsung bagaimana cara Kyra berperilaku tampak enggan untuk berbicara dengan Kyra. Ya, dari pada dia mendapatkan masalah, lebih Dipta diam saja. Tapi Raka tidak demikian. “Diem lo b*****t!” Kata Kyra sambil menatap Raka. Kyra memang tidak memiliki sopan santun. Selama ini Revan sama sekali tidak pernah mendengar Kalila berbicara sekasar itu. Kalila adalah perempuan pendiam yang tampak sangat lembut dan juga baik. Ya, berbeda jauh dengan Kyra yang selalu menggunakan u*****n dalam setiap kalimat yang dia katakan. “Lebih baik lo keluar dari sini, Kyra. Lo bisa pulang atau pergi kemanapun yang lo mau asalkan jangan di deket gue..” Kata Revan dengan santai. “Lo.. ikut gue!” Kata Kyra sambil menarik Revan hingga membuat Revan berdiri dan mengikuti langkahnya. Revan berusaha menghentikan Kyra, tapi ternyata perempuan itu memiliki kekuatan yang luar biasa. Bagaimana mungkin dia bisa menarik Revan yang ukuran tubuhnya dua kali lipat lebih besar dari dirinya? Ketika Kyra membuka pintu kamar Raka, saat itu juga pintu itu dibuka dari arah luar. Kyra menarik pintu itu dengan kuat sehingga seseorang yang membuka dari depan jadi tertarik dan akhirnya jatuh tepat di depan Kyra. Revan mengernyitkan dahinya ketika melihat Aira jatuh di depan Kyra. Astaga, sepertinya akan terjadi keributan setelah ini. Pertemuan Aira dengan Kalila saja berakhir dengan kemarahan Aira karena dia melihat Kalila ada di kamar Raka padahal saat itu Kalila sama sekali tidak bersalah. Apalagi sekarang.. “Lo punya mata nggak, sih?” Tanya Kyra dengan kasar. “Lo?! Anjing! Lo bikin gue jatuh!” Aira menatap Kyra dengan pandangan marah lalu segera bangkit berdiri dan menarik rambut Kyra dengan kuat. Revan sebenarnya sudah menebak jika akan terjadi keributan ketika Aira dan Kyra bertemu, tapi Revan sama sekali tidak mengira jika mereka akan bertengkar dengan cara kekerasan seperti ini. Revan segera berusaha menarik Kyra yang tampak lebih ganas ketika menjambak rambut Aira. Kyra bahkan melayangkan beberapa pukulan dan cakaran ke wajah Aira sehingga membuat dagu Aira berdarah. “Ya ampun, Ra! Udah!” Kata Revan sambil terus berusaha menghentikan Kyra. Bukan hanya Revan, saat ini Dipta juga tampak berusaha menghentikan Aira dengan cara menarik perempuan itu ke arah yang berlawanan. Dipta bahkan mendapatkan beberapa pukulan dan tendangan dari Kyra. Dipta terlihat berhasil menarik Aira, tapi Revan tidak demikian. Kyra terlalu sulit untuk ditenangkan. Saat ini ruangan Raka jadi sangat kacau karena suara tangisan Aira dan suara amukan Kyra yang tidak terkendali. Ada beberapa benda di ruangan ini yang sengaja Kyra lemparkan le lantai karena dia tidak sanggup mengendalikan emosinya sendiri. “Ra, udah!” Kata Revan dengan keras. Revan berusaha untuk menghentikan Kyra tapi perempuan itu terlihat sangat marah kepada Aira. Saat ini Aira bahkan terlihat sangat kacau. Benar, memang Aira yang lebih dulu menarik rambut Kyra, tapi sekarang penampilan Aira sangat mengenaskan. Aira menangis di dalam pelukan Dipta yang sepertinya juga tidak bisa menahan dirinya untuk melindungi Aira. Revan memejamkan matanya sejenak. Apa yang baru saja terjadi? Tanpa mengatakan apapun, Kyra menghempaskan tangan Revan yang sejak tadi berusaha untuk menghentikan dirinya. Revan sudah berjaga-jaga seandainya Kyra kembali menyerang Aira yang saat ini sedang menangis dengan histeris, tapi ternyata Kyra memilih untuk keluar dari ruangan dan membanting pintu kamar dengan keras. Beberapa saat kemudian beberapa orang perawat datang karena mereka mendengar keributan di ruangan ini. mereka langsung memeriksa keadaan Raka yang saat ini hanya diam tanpa berusaha melakukan apapun. Bahkan Raka juga diam saja ketika melihat Aira terus menangis di pelukan Dipta. Revan mendekati Dipta dan menatapnya seakan memberitahu jika sebaiknya Dipta melepaskan pelukan Aira. Sayangnya Aira terus menggenggam bahu Dipta dan tidak mau melepaskannya sehingga Revan memilih untuk mendekati Raka. “Gue minta maaf—” “Mending lo cari Kyra terus lo tenangin dia.” Satu kalimat yang keluar dari bibir Raka membuat Revan mengernyitkan dahinya tapi sedetik kemudian dia memilih untuk langsung berlari keluar ruangan. Dalam langkahnya yang masih tidak pasti, Revan terus memikirkan kenapa dia memilih untuk mencari Kyra? Ya, Kyra membuat sebuah keributan, lalu kenapa Revan malah merasa khawatir padanya? Lalu, ketika mata Revan menangkap sebuah bayangan seseorang yang sedang berjalan dengan tubuh yang hampa, Revan menemukan alasan untuk berlari dan memeluk Kyra. Entahlah, mungkin Revan memandang Kyra sebagai Kalila. *** “Gue nggak mau minta maaf sama cewek itu. Dia pikir dia siapa?” Kata Kyra dengan kesal. Revan menghembuskan napasnya dengan pelan. Sudah ribuan kali Kyra mengatakan kalimat yang sama. Saat ini Revan sedang duduk bersama dengan Kyra di kantin rumah sakit. Revan sama sekali tidak menemukan satupun tempat yang cocok untuk berbicara Kyra, tapi kantin rumah sakit mungkin akan membuat Kyra jauh lebih tenang. “Dia pacarnya Raka. Dia ceweknya temen gue. Lo harus minta maaf” Kata Revan dengan santai. Apa sulitnya mengatakan maaf? Kyra membuat Aira terluka tadi, bukankah seharusnya Kyra meminta maaf kepada Aira? “Dia yang duluan bikin gue marah, dia yang harusnya minta maaf sama gue” Kata Kyra dengan santai. Ah, berbicara dengan Kyra adalah hal yang sangat mustahil. Perempuan itu tidak akan mendengarkan siapapun. Dia sangat keras kepala, jadi tidak ada gunanya Revan duduk di sini sejak 30 menit yang lalu. “Oke, gue pulang kalau gitu. Terserah lo mau ngapain” Kata Revan dengan santai. Kyra mengulurkan tangannya dan menahan langkah Revan. Revan mengernyitkan dahinya lalu melepaskan tangan Kyra dengan pelan. “Lo mau kemana?” Tanya Kyra. “Pergi, kemanapun. Asal nggak ada lo” Kata Revan dengan santai. “Gue mau ikut” Kata Kyra. Revan mendengus dengan geli. Apakah Kyra tidak sadar jika Revan secara terang-terangan sudah mengatakan jika dia tidak ingin diganggu oleh Kyra? Astaga, bagaimana caranya untuk membuat Kyra sadar jika sifatnya itu sangat mengganggu Revan? Sebenarnya Revan mau berteman dengan siapapun. Tapi jika Kyra terus bersikap menyebalkan, tentu saja Revan akan merasa tidak nyaman. Revan tidak memasang patokan kriteria untuk pertemanannya, tapi tentu saja Revan akan menjauhi seseorang yang berpotensi untuk membuat dirinya berada di dalam masalah, contohnya Kyra. “Gue nggak akan izinin lo buat ikut” Kata Revan. “Gue nggak butuh izin lo” Revan mengernyitkan dahinya. Iya, Kyra memang sangat percaya diri. “Lo boleh ikut asalkan lo minta maaf sama Aira” Kata Revan. Revan melihat sendiri bagaimana keadaan Aira tadi. Sekalipun Revan juga sering merasa kesal dengan Aira, Revan tetap saja kasihan kepada perempuan itu. Revan sudah berusaha untuk menahan Kyra tapi Kyra memiliki kekuatan yang cukup besar untuk ukuran seorang wanita seperti dirinya. Entah dari mana Kyra mendapatkan kekuatan itu. “Nggak akan pernah. Gue bahkan nggak sudi lihat wajahnya” Kata Kyra. Kyra memang sangat kasar. Bagaimana mungkin perempuan berhati malaikat seperti Kalila memiliki saudara kembar seperti Kyra? Dunia ini memang sangat tidak masuk akal. “Ra, sekali aja jangan bikin gue tambah kesel. Lo hari ini bener-bener keterlaluan” Kata Revan dengan pelan. Kyra tampak diam ketika Revan mulai berbicara serius dengannya. “Lo kenapa sih selalu bikin gue lakuin sesuatu yang nggak gue suka? Gue nggak pernah minta maaf, Revan. Gue nggak akan pernah minta maaf” Kata Kyra dengan santai. Revan menatap Kyra dengan pandangan tidak percaya. Ya, seharusnya Revan sudah tahu jika perempuan arogan seperti Kyra tidak akan pernah mau meminta maaf. Begitulah.. Kyra hanya akan membuat masalah tanpa mau menyelesaikannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD