When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Langit, Semesta dan Gisel terus berkeliling mall dari satu toko ke toko yang lain untuk berbelanja. Gisel menunjukkan barang-barang yang diinginkannya dan Langit dengan enteng membelikan semua itu tanpa sedikit pun merasa protes tentang harganya yang luar biasa mahal. Hingga beberapa jam berlalu. Semesta dengan wajah cemberut terus mengikuti ke mana Kakak dan pacarnya itu pergi. Gisel terus bergelendot manja di lengan kekar Langit sambil terus memanggilnya dengan sebutan Sayang. "Ish, jijik!" batin Semesta. Kini, mereka telah sampai di toko kedua belas yang mereka kunjungi hari ini. Semesta yang merasa kelelahan lantas meminta izin pada Langit untuk beristirahat di sofa yang ada di depan sana. "Kak, aku capek. Bolehkah aku duduk dan menunggu di sofa itu?" pinta Semesta dengan wajah ya