When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Setelah semua berkas-berkas pindahan selesai diurus, Semesta dan Bima langsung pamit meninggalkan ruangan tempat Alexander berada untuk mengelilingi area sekolah. Mereka berdua berjalan berdampingan dengan Bima yang terus memandangi Semesta yang berjalan di sebelahnya. Pesona anak bungsu dari Keluarga Azkara itu memang seperti magnet, menarik siapa pun yang berada di sekitarnya untuk terus memperhatikannya. "Kamu pindahan dari sekolah mana?" tanya Bima. Semesta yang tidak ingin Bima tahu dari mana asal sekolahnya sebelum pindah ke sini, lantas berusaha menjawab pertanyaan teman barunya itu dengan jawaban yang tidak lengkap. "Ah--itu, aku dari sekolah negeri yang berada di tengah kota." Bima yang mendapat jawaban seperti itu, lantas kembali bertanya, "Tengah kota? Kalau aku boleh tahu,