When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
"Siapa lagi itu?" batin Semesta. Ia melihat ke arah Baron yang saat ini tengah berbicara dengan Deandra. Ia yakin, pria itu pastilah rekan Deandra. Ketika Semesta masih fokus memandangi Baron dan juga Deandra, tiba-tiba saja kepalanya terasa sakit, kedua matanya pun ikut terasa sakit ketika digunakan untuk melihat. "Ini pertama kalinya aku bertarung seperti ini dan tampaknya, tubuhku mudah sekali kelelahan ketika menggunakan sihir." Semesta bermonolog. Anak itu sepertinya sadar akan batasan dari kekuatannya. Kini, mau tidak mau ia harus segera mengakhiri pertarungan ini dan mengusir kedua orang itu secepat mungkin. Malam pun sudah mulai berganti pagi. Jam kini sudah menunjukkan pukul empat pagi, yang mana waktu tidak terasa sudah berjalan secepat itu. Semesta yang sudah bertarung cuku