Tia dari tadi menangis, mengusap air matanya yang tidak berhenti menetes di pipinya. Tidak tahu kenapa, hatinya seperti tercubit melihat kemesraan Adrian dan Kinan. Air matanya semakin deras mengalir, saat mengingat tadi Adrian membentaknya dengan kasar, waktu dia membantu membersihkan sisa kopi yang tumpah di kemejanya. Hampir empat bulan Tia ikut kerja dengan Adrian, baru kali ini Adrian membentaknya. Padahal pertama dia kerja dulu, dia sering salah dan ceroboh kerjanya, tapi Adrian tidak membentaknya seperti tadi. “Aku ini kenapa, sih? Bisa seperti ini? Sakit sekali rasanya melihat kemesraan mereka,” gumam Tia. Tia menunduk, menaruh kepalanya di atas kedua tangannya. Menangis lagi, mengingat saat Adrian memarahinya. Isak tangisnya semakin keras. Laki-laki yang berdiri di depannya ha