“Aku sengaja mengundangmu ke tempat ini dengan cara extreme, semoga tuan puteri menyukainya.” Raksa membalas tatapan dingin wanita di hadapannya dan mengangkat gelas anggur yang sudah tersedia.
”Merupakan suatu kehormatan bagi seorang Runafos, bisa menikmati makan malam bersama putera tuan Brooks” puteri Runafos mengangkat gelas wine dan meneguknya tanpa takut adanya kkemungkinan racun yang di berikan pada wine di gelasnya.
”Dan malam ini, akan terasa lebih nikmat, jika aku menghabiskan malam bersama tuan puteri Runafos yang terhormat dan terkenal memiliki harga diri yang tinggi.” Raksa mulai meraih sendok di hadapannya, dan menikmati hidangan yang tersedia.
”Runafos merasa terhormat bisa melayani pria hebat seperti anda.” Bukannya takut, wanita itu justru terkesan percaya diri berkomunikasi dan menikmati kebersamaan dengan pria yang dia ketahui adalah seorang mafia yang merupakan rival ayahnya.
”Selagi tuan puteri merasa nyaman, saya bisa dengan bangga meninggalkan kota ini.” Senyum Raksa tersembul dengan tatapan mematikan. Tapi, tetap saja, wanita cantik itu terlihat tenang, seolah dia mampu menguasai tempat ini.
”Runafos tidak berani menolak permintaan tuan untuk terakhir kalinya.” Seiring kalimatnya, Runafos berdiri dengan sigap sembari meraih pisau daging di piring dan hampir menghujam d**a kiri Raksa. Dan beruntungnya Raksa segera menangkisnya dan kemudian menjatuhkan pisau dari tangan wanita tu.
“Tidak perlu terburu-buru, tuan puteri. Malam kita masih panjang, dan aku juga ingin menikmati hangatnya seorang puteri Runafos.”
Runafos yang masih dalam pangkuan Raksa, akhirnya memalingkan wajah kecutnya yang kemudian berubah menjadi senyum.
”Runafos tidak sabar ingin menikmati sebuah keperkasaan dari seorang penguasa di dermaga Elion.” Bisiknya sembari menekan lengan yang mulai basah.
”Akgh!!” Keluh Raksa, membuat puteri Runafos tersenyum.
“Aku menyukai desahan ini…” dia mendekatkan diri ke telinga Raksa dan menjilatnya liar. “Aku suka permainan yang sedikit liar dan penuh darah di ranjang. Dan itu semakin memancing gairahku…” bisiknya lagi dengan tangan meraba leher Raksa dengan gerakan sensual.
”Tuan puteri tidak perlu terburu-buru. Masih banyak kejutan yang harus tuan puteri lihat….” Raksa menatap ke arah puteri Runafos dan kemudian meraih rahang wanita itu dengan cengkraman tangannya. “Aku tidak suka wanita yang terlalu liar. Aku suka wanita yang kalem di ranjang tapi lama di durasi permainan…” bisiknya dan langsung mencium bibir puteri Runafos dengan liar. Raksa dengan lengan berdarahnya, mengangkat sang puteri menuju ranjang miliknya.
”Kau ternyata lebih menggoda dari yang cerita yang aku dengar. Sudah lama aku ingin menikmati kebersamaan seperti ini…” desah sang puteri Runafos yang telah terbaring ke atas ranjang. Sedangkan Raksa terus melucuti pakaian wanita cantik yang memiliki tubuh molek itu.
”Seperti kataku, pertama-tama, sebelum kita melanjutkan kenikmatan di atas ranjang, terimalah panggilan ponselmu yang akan berdering dalam tiga puluh detik. Dan ternyata benar. Belum tiga puluh detik, ponsel milik puteri Runafos berdering.
”Angkat, ini akan semakin menambah hasratku untuk bisa menikmati kebersamaan kita di ranjang…” Raksa berbisik dan menyodorkan ponsel yang ternyata sudah ada di samping Runafos terbaring. Disana terlihat yang memanggil adalah ayah dari sang puteri.
”Ayah…”
”Kau! Beraninya kau bermain dengan orang yang sangat ayah benci! Segera pulang atau kau akan mendapat hukuman dari ayah!” Suara itu tentu saja terdengar oleh Raksa, karena Raksa sengaja mode speaker.
”Tuan. Anakmu tidak ingin pulang, sebelum kau melepaskan kami dengan terhormat. Kami datang hanya memenuhi permintaan pelanggan, kami tidak pernah mengganggu lapakmu, kenapa kau harus mengutus orang untuk menyerang kami? Apa salah kami, mereka adalah pelanggan lama kami.”
Raksa menyahut dan merebut ponsel itu.
”Ayah! Abaikan aku, aku menyukai pria ini. Lakukan saja apa yang ingin ayah lakukan.” Puteri Runafos cukup cerdik dalam membantu bisnis ayahnya.
”Runafos! dengarkan ayah…”
”Tuan. Aku tidak memiliki waktu banyak untuk bernegosiasi. Tarik seluruh orangmu dari dermaga itu, dan silahkan tunggu puterimu kembali. Kalau tidak, aku terpaksa membawanya dan menikmatinya bersama-sama orangku.”
”Sialann!!” Geram pria di seberang, membuat Raksa tersenyum dalam perih luka yang dia miliki di lengannya, sehingga sesekali dia meringis. Dia mematikan ponsel itu, lalu bangkit berdiri, karena wanita di hadapannya sudah merasakan reaksi obat yang dia masukkan ke dalam steak yang ada di piring pria itu.
”Kau-kau…apa yang kau lakukan padaku?!” Bisik wanita itu dengan suara hampir tak jelas, dan kemudian matanya terpejam.
“Jordan! Bereskan pakaiannya, lalu segera minta orang kita untuk mengantar kembali puteri Runafos seperti biasa. Karena dia tidak akan ingat lagi apa yang terjadi hari ini. Tapi, pastikan bahwa mereka telah menarik semua orang mereka dari dermaga Elion. Begitu puteri Rinafos pergi, maka kita akan langsung kembali ke indonesia, paham?”
“Siap, Tuan.”
Seiring jawabannya, Jordan membawa puteri Runafos yang tidak sadarkan diri, dan langsung meminta orang mereka yang bekerja di negara ini, untuk membawa sang puteri, di tempat mereka jemput tadi.
Karena urusan di negara ini sudah selesai, maka, Raksa dan Jordan segera kembali ke Indonesia bersama rombongan menggunakan jet pribadi.
Perjalanan panjang di udara, membuat mereka harus beristirahat di atas jet pribadi dengan nyaman, karena begitu tiba di Indonesia, mereka akan disibukkan kembali dengan dua urusan. Bisnis legal dan bisnis ilegal milik boss mereka.
Perjalanan panjang akhirnya usai, malam itu, Raksa meminta di antar ke apartement yang di tinggali sang kekasih, yang dia belikan ketika mereka bertunangan.
“Kamu masih lama pulang, Sayang?” Panggilan telpon itu membuat Celline yang sedang menikmati suasana di hotel, akhirnya menjawab dengan kesal, tapi, dia menahan diri untuk tidak terdengar kesal di seberang.
”Iya, Sayang. Mungkin jam sebelasan aku sampai di apart. Nanti kalau sudah di apart, kita video call seperti biasa, Sayang. Aku lagi syuting nih. Udah dulu, ya, Sayang…i love you…”
Klik!
Panggilan di putus. “Hmm…baru aku mau kasih kejutan kalau aku udah sampai di Indo, yaudah, mending aku langsung ke apartement aja, biar dia yang kaget liat aku udah ada di Indo.” Raksa tersenyum sembari melirik perban dokter yang langsung datang ke tempatnya untuk menangani sakitnya.
”Tuan, anda sangat beruntung, memiliki Nona Celline. Beliau memiliki image yang bagus di publik. Wanita mandiri dan pekerja keras…” sahut Jackob sembari membuka masker setelah membersihkan luka milik Raksa.
”Kamu pinter banget ngomong. Bilang aja kamu mau buruan cabut? yaudah, aku juga mau langsung ke apartement.” Raksa menoleh ke arah Jordan. “Dan, kita langsung antarkan aku ke apartement. Setelah itu, kalian semua istirahatlah. Aku tidak akan ganggu kalian malam ini.”
”Siap, Tuan.”
Mobil melaju menuju apartement yang mereka tinggali sejak bertunangan. Karena sang tunangan ingin mereka menikmati kebersamaan meski mereka belum menikah.