Nymphomaniac

802 Words
Celline terlihat duduk dengan rokok elektrik di tangannya, sesekali dia menghisapnya dan menghembuskan perlahan. ”Dok, jangan sampai aku ketahuan dengan calon suamiku. Aku tidak ingin dia mengetahui apa yang aku alami.” ”Nona Celline, kenapa justru semakin terjerumus?” Tatap sang psikiater di hadapannya, dia menuliskan sebuah resep di atas kertas dan menyodorkannya pada sang artis. “Ini, terpaksa saya menambah resep obat, untuk bisa menekan hasrat anda. Hanya saja, anda bisa saja keluar dari lingkaran setan ini, jika anda mau lebih mendalami ilmu agama, dan yoga seperti yang saya sarankan.” “Dokter! Gunanya anda saya bayar itu, untuk berfikir bagaimana saya, bisa menekan hasrat itu, ketika Raksa tidak ada di dekat saya? Kenapa jadi saya yang harus meditasi dan lain-lain?” Sorot mata tajam dengan senyum sinis tersaji di wajah cantiknya, sisi lain yang tidak akan mungkin terlihat di depan camera atau orang lain. ”Nona, semua itu karena anda semakin memperburuk keaan. Anda juga harus memiliki keinginan untuk sembuh, itu kenapa saya menyarankan anda ikut yoga, kalau anda belum bisa mendekat ke agama, misalnya ketika hasrat muncul, anda bisa langsung bawa beristigfar dan sholat atau dzikir, bagaimana agar pikiran itu teralih. Selain obat, tentu harus ada keinginan dari diri sendiri untuk sembuh, Nona” Nasihat dokter baginya adalah kalimat yang harus dia bantah. BRAK!! ”Anda tahu bukan, saya ini memiliki jadwal yang padat? Bagaimana mungkin saya bisa bersantai-santai dengan yoga dan apalah tadi?” Celline menatap ke arah sang dokter. “Sholat? Dzikir? Anda pikir saya ini ahli agama?!!” Gebrakan tanganya pada meja, membuat sang dokter sempat terkejut sejenak, lalu dia menatap ke arah pasien Nymphomaniac nya dan mengulas senyum tenang. “Baik, saya akan pantau tiga hari kedepan, bagaimana reaksi obat ini. Apakah ada perubahan atau bagaimana, hanya saja, di harapkan agar anda berusaha untuk memadatkan aktivitas yang tidak mendorong ke arah sana. Walaupun hasrat itu selalu datang dan tidak terbendung. Tapi, saya masih terus mendalami apakah ada dorongan lain yang menjadi pemicunya.” ”Gak usah bacot deh! Anda saya bayar mahal itu, ya, untuk mengatasi bagaimana saya bisa berkurang terlebih ketika di keramaian?! Saya ini public figure!” “Baik. Saya akan terus pantau perkembangan anda. Hanya saja, saya melihat anda akhir-akhir ini semakin menjadi-jadi. Dan harus ada kontrol dari diri sendiri, Nona. Itu sebabnya saya meminta anda untuk lebih memahami diri anda sendiri.” “Arkggghh!! Anda semakin lama semakin ngelantur aja omongannya. Ngabis-ngabisin waktu saya saja!” Celline bangkit berdiri dan meninggalkan ruang praktek pribadi dokter kejiwaan yang cukup populer di Jakarta. Celline melangkah menuju mobilnya dan menggerutu pada asisten pribadinya. “Enak aja dokter b******k itu bilang aku kudu yoga dan lain-lain. Dia pikir, aku bayar dia buat dengerin ceramah dia?! Aku gak bisa nahan hasratku berarti karena obat dia yang gak bagus.” Ketusnya melempar bungkusan kantong plastik pada asisten pribadinya yang memang mengetahui semua cerita hidupnya. ”Gak, papa, Non. Yang penting tuan Raksa tidak tahu tentang ini. Dan Nona selama ada tuan Raksa juga bisa menutupi semaunya.” ”Kamu tenang aja. Ngadepin Raksa itu gampang. Saking dia bego’nya. Bisa-bisanya dia percaya ketika pertama kali kami ngiwik, dan aku bilang kalau aku masih perawan dan dia yang ambil mahkotaku.” Keduanya saling menatap dan tertawa. “Untung waktu itu, tuan Raksa mabuk berat, ya, Non. Kalau enggak, bahaya dong, ketahuan…” ”Ya, emang sengaja aku buat mabuk berat plus kasih obat. Kalau enggak, mana mungkin aku berhasil nahlukin dia. Beberapa temen artis kan udah pernah deketin dan tidur bareng dia, tapi, mereka ya cuma buat cinta semalam doang, plus di kasih duit banyak. Nah, aku gak mau dong. Dia kan tajir melintir, aku harus jadi bagian terpenting dalam hidupnya, dong. Makanya aku buat taktik. Semua itu, ada tekniknya.” Celline terlihat percaya diri dan dengan bangga menceritakan bagaimana dia menahlukan Raksa sang playboy yang terkenal royal di kalangan artis. ”Nona emang paling keren. Untung mereka gak paham trik beginian…” keduanya kembali terkekeh, Celline menjitak kepala asisten pribadinya. ”Kalau semua selicik aku, gimana aku bisa bertahan di posisi sekarang bersaing dengan artis-artis berbakat yang senior….” Celline mendekatkan bibirnya pada sang asisten pribadi. “Semua the power of ranjang. Kalau aku gak kasih service memuaskan di ranjang ke produser, sutradara hebat, aku juga bakalan sama kayak se-angkatan aku yang masih dapet peran pembantu.” “Gak masalah, yang penting hasilnya, Nona. Jalan boleh berbeda, yang penting, gelar artis terfavorite kan udah di tangan.” “Kamu tenang aja, aku harus bisa mengalahkan artis-artis yang dulu menyepelekan aku. Beberapa dari mereka sekarang memilih vakum bukan?” “Nona, ada panggilan dari Felix?” Sang asisten pribadi menyodorkan ponselnya ke arah Celline. Senyum merekah langsung tersaji di bibir manisnya. Mood nya yang tadi berantakan karena ceramah sang dokter hilang, ketika teringat akan janji Felix padanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD