PERTUNANGAN RENATA

1425 Words
Di Kota A. Malam ini, Renata akan bertunangan dengan salah satu dokter yang juga bekerja di Rumah Sakit Pertama Kota A. Pertunangan dilakukan dengan sederhana di rumah Kartika. Rumah Kartika tidak besar dan memiliki halaman dan atap yang cukup untuk mengadakan pesta kecil. Yang paling penting pihak dari keluarga Januartha menyetujui acara itu dilaksanakan di sana, mereka tidak banyak menuntut. "Hari ini pertunanganmu, akan lebih ramai jika Andra bersama kita." Kartika masih menyalahkan dirinya dan tidak pernah sekalipun melupakan Andra. "Ibu, aku tidak ...." Renata tidak bisa berkata apa-apa. Dia dipenuhi rasa bersalah. Kalau dia tidak menghentikan pencarian tujuh tahun lalu, Diandra pasti akan ada di sini bersama mereka. Tujuh tahun yang lalu dia menghentikan pencarian karena berpikir Diandra akan kembali setelan beberapa waktu. Tapi, ternyata dia tidak kembali, bahkan setelan tujuh tahun. Tidak ada dari keluarga ayahnya ataupun paman Rangga yang mengetahui keberadaannya. "Jangan menyalahkan dirimu, itu bukan salahmu. Itu kesalahan Ibu. Kalau aku tidak mengirimnya ke Ayahmu, dia pasti masih bersama kita." Kartika masih menyalahkan dirinya. "Bolehkah aku masuk?" tanya Julian yang berada di ambang pintu. "Masuklah." Renata mengangguk. "Kak, kamu terlihat sangat cantik malam ini. Kakak Gavin pasti tidak akan berkedip setelah melihatmu. Ayo, hampir pukul delapan malam, mereka akan segera tiba," kata Julian. Tak lama berselang terdengar suara mobil dari luar. Kartika, Renata dan Julian menuju pintu untuk menyambut mereka. Rangga Winoto dan istrinya, Kirana beserta anaknya Arvin turun dari mobil. Kartika berdiri seperti patung saat melihat Rangga Winoto. Ini adalah pertemuan kedua mereka setelah Kartika berpisah dengan Hadi Winoto. Terakhir kali Rangga datang ke Kota A dengan amarah penuh karena Kartika tidak mau menerima sepeser pun uang kompensasi dari perceraian mereka. Renata yang memanggil pamannya, Rangga Winoto ke acara pertunangannya karena mereka memiliki hubungan baik. Rangga kerap kali ingin membantu keuangan mereka tapi Kartika selalu menolak. "Kamu datang!" Kartika terkejut melihat Rangga. "Ibu, aku yang mengundang Paman dan Bibi," Renata berbisik kepada Kartika, lalu tersenyum ke arah Tangga. "Kakak ipar, terima kasih telah mengundang kami. Aku sangat merindukanmu. Kamu bahkan tidak pernah hadir di acara kami, meskipun kami mengundangmu." Kirana mengeluh atas sikap Kartika yang begitu keras kepala. "Bibi, apa kabar? Senang bisa melihatmu lagi, Renata. Kamu sangat cantik malam ini. Hai adik Julian, kamu sudah besar sekarang," sapa Arvin. "Apa kabarmu, Arvin. Kamu juga terlihat sangat tampan setelah menjadi jaksa. Paman Rangga pasti mengeluarkan banyak uang untukmu." Renata tersenyum dan sedikit mengejek. Arvin seorang Jaksa di Kota B. Dia menjadi jaksa di umur tiga puluh tahun setelah gagal beberapa kali. "Ayo, masuk. Silakan mengambil tempat, kita akan melanjutkan nanti." Kartika mempersilakan keluarga adik iparnya untuk masuk. "Paman, Bibi, dan Kakak, silakan mengambil tempat." Julian menuntun mereka untuk mengambil tempat duduk. Tidak berselang lama keluarga Januartha tiba. Mereka saling menyapa satu sama lain. "Tuan Rangga Winoto dan istri, senang melihat Anda di sini." Rudy Januartha menyapa Rangga. Rudy Januartha adalah direktur dari rumah sakit pertama, tempat Renata bekerja. Bisa dibilang dia cukup dermawan untuk melakukan pertunangan di tempat sekecil itu. Dia memiliki hati yang besar. Rudy Januartha dan Rangga Winoto saling mengenal satu sama lain. Renata pernah mempertemukan mereka sebelumnya. "Kami harus datang." Rangga membalas dan melanjutkan, "Tuan Januartha dan Nyonya Januartha, saya mengangkat gelas untuk Anda. Terima kasih sudah menerima keponakan saya dengan baik. Anda memiliki hati yang sangat besar membuat acara di tempat kecil ini." "Ini hanyalah sebuah pertunangan, tidak buruk jika melakukannya di rumah saja." Rudy tertawa sopan. Renata mulai berkencan dengan Gavin Januartha setelah satu tahun bekerja di Rumah Sakit Pertama. Mereka memutuskan bertunangan tepat di hari jadian mereka yang ketiga tahun. Keluarga Januartha tidak pernah menentang hubungan Gavin dengan Renata. Mereka orang tua modern yang tidak ikut campur dengan hubungan anak muda. Setelah bertukar cincin, mereka mengobrol sambil menikmati makanan yang telah disiapkan. Malam itu, Kartika menyewa beberapa orang untuk membantu mempersiapkan semuanya. Mereka hidup dengan cukup setelah Renata bekerja sebagai dokter di Rumah sakit Pertama Kota A. ***** Diandra tiba di kediaman keluarga Nugroho lebih lambat dari seharusnya, pukul 23.00. Abimanyu dan Nara Nuria telah tidur. Dia lalu menuju kamar yang dulu dia tempati dan masih terbayang dengan kejadian yang baru saja terjadi. Ini pertama kalinya dia sedekat itu dengan Aliando Delfin, yang dulu sangat dia kagumi sewaktu di sekolah tingkat menengah. Dia masih menggunakan kamar Kalila Nugroho. Kalila jarang berkunjung dan jika dia datang, dia senang menggunakan kamar itu bersama Diandra. Dia sangat menyukai Diandra karena dia cantik dan pintar. Di Rumah Sakit Mitra. Kondisi Aliando Delfin sudah kembali normal, dia sadar lebih awal. Dari lobby rumah sakit seorang wanita paruh baya bersama suaminya berjalan terengah-engah, lalu menuju bagian informasi. "Selamat malam. Pasien kecelakaan mobil. VIP Kedua," kata pasangan paruh baya itu. Kedua pasangan itu, lalu menuju ke ruang VIP Kedua. Aliando tengah tertidur saat mereka masuk. Wanita paruh baya itu berjalan seperti robot ke arah Aliando. "Apa yang terjadi? Lihat kondisinya, dia terlihat begitu buruk." Wanita itu menangis dan meraung setelah melihat keadaan Aliando. Kondisi Aliando Delfin memang cukup memprihatinkan. Kaki kirinya mengalami keretakan dan telah dibungkus perban. Membutuhkan beberapa hari untuk sembuh. "Ibu, berhenti menangis. Aku tidak bisa istirahat mendengar suara tangis Ibu. Aku baik-baik saja," kata Aliando yang perlahan membuka matanya, dia terlihat begitu lemah. "Kamu sudah bangun?" Nyonya Delfin mendongak saat mendengar Aliando berbicara kepadanya. Aliando mengangguk. "Ayah, Ibu, kalian ...." Aliando melanjutkan. "Pihak asuransi yang memberi kabar." Tuan Delfin menjawab sambil duduk di sofa yang ada di ruang rawat Aliando. Pihak polisi menghubungi pihak asuransi setelah memeriksa data Aliando Delfin yang berasal dari kota A. ***** Pagi berikutnya, Diandra turun untuk sarapan. Di meja makan telah ada Abimanyu dan Nara yang sedang menikmati sarapan. "Selamat pagi Kakek Abi, Nenek Nara!" Diandra menyapa keduanya lalu mengambil tempat di depan Nara. "Kamu datang jam berapa? Kami tidak mendengar," Nara bertanya. "Aku tiba begitu larut, kalian sudah tidur," jawab Diandra. "Apa yang terjadi? Aku mendengar kamu melakukan penerbangan malam dari L.A, harusnya kamu tiba lebih awal," cecar Nara. Meskipun Diandra tidak mengabari kalau dia akan pulang, tapi perwakilan di L.A menelepon dan mengabarkan Mirza Nugroho, yang kemudian mengabarkan Abimanyu dan Nara. Abimanyu dan Nara tadinya khawatir, karena Diandra belum tiba di kediaman Nugroho. Dia harusnya sampai di sana siang atau sore sesuai jadwal penerbangan yang dia lakukan. Sebelum Diandra menjawab, seorang pemuda datang dan duduk di sampingnya. "Apa aku terlambat untuk sarapan?" tanya pemuda itu dengan senyuman di wajahnya. Pelayan menyiapkan sarapan buat pemuda itu. Setelan duduk, pemuda itu memiringkan kepalanya ke arah Diandra dan berkata, "Nenek sedang bertanya." "Maaf, tadinya aku ingin memberi kejutan, tapi sebuah kecelakaan terjadi saat keluar dari bandara, kemudian aku turun dari taksi dan berusaha menyelamatkannya dan mengirimnya ke rumah sakit." Diandra menjelaskan. Dia seorang dokter. Dan dokter tidak bisa mengabaikan seseorang yang membutuhkan dirinya, entah itu di rumah sakit atau di jalan "Apakah dia seorang pria?" tanya pemuda itu. "Ya ...." Diandra mengangguk. "Apakah dia tampan?" tanya pemuda itu lagi. "Sangat." "Hei, apa-apaan ini. Kamu baru kembali dan secepat itu kamu memiliki seorang pacar?!" Kata pemuda itu dengan nada cemburu. "Kak Azka, berhenti bercanda .... Dia hanya seorang pasien." Balas Diandra. "Apakah aku terlihat bercanda? Kamu bahkan menklakmh beberapa kali dan sekarang kamu memiliki pacar. Aku tidak akan melepaskan pria itu!" ancam Azka dengan kesal. Azka Nugroho adalah anak pertama Mirza Nugroho. Dia mengambil pendidikan di Amerika. Azka lebih tua setahun dari Diandra. Sebelum Diandra mengambil beasiswa, Azka sedang berada di Amerika, mereka lalu bertemu dan menjadi teman. "Kalian bukan anak kecil, kenapa bersikap seperti itu?" tegur Nara. "Nenek Nara lihat bagaimana dia menyiksaku. Sewaktu di Amerika, aku bahkan tidak bisa melakukan apa-apa." Keluh Diandra. "Kamu tidak bekerja?" Abimanyu bertanya pada Azka. "Kakek, aku datang kemari untuk menyambut temanku. Kantor akan baik-baik saja meskipun aku tidak di sana," jawab Azka. "Kamu sudah dewasa, harusnya kamu memiliki sikap dewasa. Apakah kamu bersikap seperti ini di depan bawahanmu?" Abimanyu menegur Azka. "Kakek tidak perlu khawatir. Aku hanya bersikap seperti ini pada kalian." Azka lalu bertanya pada Diandra, "Kapan kamu akan bergabung?" "Aku harus mengurus kepindahanku dulu. Setelah itu, aku akan segera bergabung," jawab Diandra. "Apakah kamu akan bergabung dengan Azka di perusahaan dan tidak bekerja di rumah sakit?" tanya Nara mendengar pembicaraan Diandra dan Azka. Seorang dokter harusnya bekerja di rumah sakit, bukan di perusahaan. "Nenek Nara, aku tidak menjadi dokter untuk bekerja di rumah sakit. Aku hanya menyukainya," jawab Diandra. "Apakah kamu sudah memastikan?" Abimanyu memperjelas. "Sudah." Diandra meyakinkan mereka. "Apakah kamu memaksa Andra, Azka?" Nara bertanya pada Azka dengan tatapan penuh curiga. "Apakah aku bisa melakukannya?" Azka menjawab tidak berdaya. Azka mengambil alih perusahaan Nugroho Grup setelah kembali ke Kota B menggantikan Abimanyu Nugroho. **Bersambung**
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD