Diandra menatap punggung Azka dengan penuh penyesalan. Azka terlihat tak berdaya, dia benar-benar melakukannya sampai akhir. Diandra kembali duduk setelah memperhatikan Azka. Dia kemudian mengambil seafood dan daging lalu meletakkannya di sebuah mangkuk.
"Makan ini." Diandra memberikan mangkuk itu kepada Azka. "Jangan memakan ini, kamu tidak menyukainya!" Lalu mengambil mangkuk yang berisi kulit dan ceker.
Azka mengambil mangkuk itu dari tangan Diandra dan mulai makan dengan wajah tertunduk.
Dia ingin melakukan yang terbaik di depan semua orang, tapi dia justru memperburuk dirinya sendiri. Dia tidak pernah memakan kulit dan kaki ayam sebelumnya, itu menjijikkan, dia tidak suka melihatnya.
"Kakak harusnya memberitahu kami kalau kakak tidak suka itu. Dan aku tidak akan memberikannya untukmu." Julian merasa bersalah telah memberikan kulit dan ceker ke piring Azka.
"Ini." Kartika menambahkan daging ke piring Azka. "Kami menyiapkan banyak daging, kamu bisa memakannha dengan baik."
Renata dan Gavin tidak mengatakan apa-apa. Mereka sudah menebak sejak melihat wajah pucat Azka.
"Minum ini. Ini cocok dimakan dengan daging." Gavin memberi Azka sekaleng bir.
"Aku akan kembali." Azka berdiri dan berjalan turun menuju mobilnya untuk mengambil sesuatu.
"Ada apa dengannya?" Renata bertanya pada Diandra melihat Azka pergi.
Diandra tidak mengatakan apa-apa, karena dia juga terkejut melihat tingkah Azka. Tak berselang lama, Azka kembali dengan membawa sebuah tas di tangannya. Diandra, Renata dan yang lainnya terperangah melihat tas yang dibawa Azka.
Itu tas anggur yang berharga enam juta rupiah, itu sangat mahal! Apakah dia sudah merencanakan ini sebelumnya? Datang dan minum bersama?
Azka meletakkan tas anggur itu di meja. "Ini bagus untuk pesta!"
Diandra tersadar dari keterkejutannya. "Apakah kau selalu membawa anggur di mobilmu?"
"Anggur ini memiliki umur yang sangat tua. Ini pasti sangat mahal." Renata menambahkan.
Azka membuka botol anggur itu.
"Tunggu, aku akan mengambil gelas!" Renata berdiri mengambil gelas dan kembali.
"Ini sangat kuat, jangan minum terlalu banyak!" Gavin mengingatkan.
"Ok." Renata membentuk tanda ok di jarinya.
"Kak, bolehkan aku ikut mencoba?" Julian penasaran ingin mencoba kelezatan anggur mahal itu, tapi mereka tidak mengizinkannya.
"Kamu masih kecil, ini tidak baik untukmu." Renata mengingatkan.
"Aku membawa ini dari rumah. Tadinya aku ingin memberikannya padamu untuk merayakan kembalimu bersama keluargamu, tapi aku lupa." Azka menjelaskan. "Mari kita bersulang untuk kembalinya Diandra. Toss!"
"Toss!" Seru yang lain serentak.
Mereka salah jika berpikir Azka membawanya dari rumah. Azka membeli anggur itu di perjalanan ketika menuju ke rumah tua Kartika. Dia telah mempersiapkan semua dengan baik, makan dan minum bersama.
Atap yang tadinya ramai menjadi hening setelah mereka menghabiskan makanan dan minuman. Mereka terlihat bahagia dan minum sampai kesadaran mereka hampir menghilang. Gavin menggendong Renata turun.
"Julian, gendong kakakmu turun!" Kata Kartika sambil membersihkan meja.
"Aku akan membawanya turun," kata Azka.
Tersisa Azka dan Diandra di atap. Azka menghampiri Diandra dan duduk di sampingnya. Dia menatap Diandra begitu dalam dan dengan lembut mengusap rambutnya.
"Aku akan selalu menjagamu sampai akhir. Entah kau memilihku atau tidak. Hatiku akan selalu untukmu."
Setelah beberapa menit, Azka perlahan mengangkat Diandra dan membawanya turun.
"Letakkan di sini," kata Kartika. Azka lalu meletakkan Diandra di samping Renata.
"Bermalamlah. Kalian bisa menggunakan kamar Diandra dan Julian. Ini sudah larut dan kalian habis minum. Tidak baik mengemudi!" Kata Kartika.
Azka merasa tidak nyaman dengan semua ini, dia tidak pernah menginap di rumah orang lain.
"Kak, kau bisa menggunakan ini. Ini masih bagus dan aku jarang menggunakannya. Aku akan tidur bersama Kak Gavin dan kakak bisa menggunakan kamar Kak Andra." Julian memberikan sepasang pakaian ganti kepada Azka, kemudian masuk ke kamarnya bersama Gavin Januartha.
Tertinggal Azka sendiri di ruang TV. Apakah yang ia lakukan ini benar-benar baik? Setelah merenung beberapa detik, dia kemudian masuk ke kamar mandi dan mengganti pakaiannya.
Julian memiliki badan kecil dan tinggi 165 cm, sedangkan Azka memiliki badan atletis dengan tinggi 185 cm. Bisa dibayangkan seperti apa tampilannya setelah menggunakan pakaian Julian.
Azka membuka pintu kamar mandi perlahan dan melirik seluruh ruangan. Ketika melihat kosong, dia segera berlari menuju kamar Diandra. Di dalam kamar, Azka memperhatikan sekeliling. Tatapannya tertuju pada foto Diandra dengan rambut di kepang dua. Terlihat sangat lucu, imut, cantik dan begitu jadul.
Azka mengambil ponselnya dan memotret ulang foto itu dan memasangnya sebagai layar kunci di ponselnya. Lalu, dia menjatuhkan tubuhnya ke tempat tidur.
Pagi berikutnya ....
Seperti biasa Kartika akan bangun lebih awal dan membuat sarapan. Renata, Julian, dan Gavin telah bersiap untuk berangkat. Diandra baru selesai dari kamar mandi. Sedang Azka masih tidur di kamar Diandra.
*****
"Apakah kamu sudah mencarinya?" tanya Hadi Winoto pada David.
"Sepertinya dia berada di kota A. Dia tidak terlihat sejak kemarin," Jawab David.
"Apakah kau yakin?"
"Yakin."
Setelah itu David keluar dari ruang kerja Hadi Winoto. Marcella menghampiri David.
"Apa yang kamu bicarakan dengan ayahmu sepagi ini?" tanya Marcella pada anaknya.
"Bukan hal yang penting, aku hanya memberitahu Ayah tentang perkembangan perusahaan," jawab David.
"Apakah kau mencoba membodohiku? Dua hari ini kamu tidak memiliki banyak waktu di rumah. Apa yang terjadi? Apakah terjadi sesuatu di perusahaan?" tanya Marcella khawatir.
"Tidak terjadi apa-apa, tidak perlu khawatir. Bu, aku sudah terlambat. Sampai nanti!" David melambaikan tangan pada ibunya dan pergi.
David mencari informasi tentang Diandra sejak ia kembali dari Amerika dan merashasiakannya dari Marcella.
*****
"Apakah Azka masih tidur?" tanya Diandra saat keluar dari kamar, tapi dia tidak melihat Azka.
"Kak, kamu menyebut Azka. Apakah Presiden Azka Nugroho dari Nugroho Corporation? Jadi dia?" tanya Julian. Dia terkejut mendengar Diandra menyebut nama Azka.
Semalam tidak ada yang bertanya tentang Azka Nugroho. Mereka sibuk menyiapkan makanan dan mabuk. Selain Renata, Gavin juga mengetahui hal itu.
"Apakah kau mengenalnya?" tanya Kartika bingung. Dia sudah terlalu tua untuk mengetahui dunia luar.
"Bu, aku mendengar dari temanku kalau Nugroho Corporation telah menyumbang satu sepuluh milyar rupiah untuk membantu siswa yang kurang mampu dan memberi mereka kesempatan mendapatkan beasiswa penuh." Julian berkata panjang lebar.
Sebelum Kartika bertanya lagi, Diandra mengalihkan pembicaraan.
"Bu, apa yang terjadi? Semalam aku mabuk dan tertidur di atap. Siapa yang membawaku turun?" Diandra tidak mengingat yang telah terjadi tadi malam.
"Minum ini. Perutmu akan membaik setelah minum itu. Kamu terlalu banyak minum sampai tertidur dan temanmu yang membawamu turun. Apakah kalian pacaran?" Kartika bertanya sambil menatap Diandra.
"Bu, kami hanya teman. Kamu tidak pernah berkencan, hubungan kami hanya sebatas teman saja." Diandra menjelaskan dan meminum obat pereda mabuk yang diberikan Kartika.
Azka bangun dan keluar dari kamar sambil menutup wajahnya. Ia berjalan mengendap-endap dan saat ia melangkah ....
"Kakak sudah bangun?" Julian memanggilnya.
Semua orang berbalik dan memperhatikannya. Azka berbalik dan memaksakan senyumnya, dia sangat malu dengan pakaiannya. Renata, Gavin, Kartika dan Diandra terperangah melihat pakaian yang ia kenakan, lalu mereka tertawa. Diandra menghampiri.
"Siapa yang memberimu pakaian ini? Lihat dirimu, kamu begitu lucu!" Diandra tidak bisa menahan tawanya.
Azka melotot melihat Diandra kemudian segera berlari ke kamar mandi. Dia benar-bener telah mempermalukan dirinya sendiri.
Awalnya ia menyalakan alarm jam 05.30, tapi apa yang terjadi? Alarmnya tidak berfungsi dan dia bangun lebih lambat dari semua orang.
"Kamu sengaja melakukannya?" Diandra menatap Julian dengan tajam.
"Aku mengira dia tidak nyaman dengan pakaiannya. Aku hanya memberi dan tidak memaksanya," jawab Julian tanpa merasa bersalah.
"Julian benar, aku bersamanya semalam. Aku juga tidak mengira ia akan memakainya," Gavin menambahkan.
Azka keluar setelah berganti dengan pakaian kerja yang dikenakannya semalam, ia menuju meja makan dan duduk.
"Kak, tidak buruk kok, karena kakak seperti model yang cocok memakai apa pun," puji Julian pada Azka.
Wajah Azka menunduk meskipun Julian memujinya.
"Kami menyiapkan sarapan yang sederhana. Semoga kau menyukainya." Kartika memberi Azka piring.
"Kami akan pergi sekarang. Ini sudah terlambat. Kami sudah meninggalkan rumah sakit begitu lama." Renata dan Gavin pamit.
"Jangan lupa datang di rumah sakit. Dhena akan terkejut melihatmu nanti," kata Renata pada Diandra. Diandra hanya mengangguk. "Sampai jumpa, semangat bertemu dengan kalian. Bu, I love you," lanjut Renata.
"Bu, aku juga harus pergi sekarang, lagi ini ada pelajaran. Kak, kau akan berkunjung lagi, kan? Berikutnya aku akan menjadi yang terbaik. I love you!" Julian sangat menyukai Azka. Dia memperhatikan sampai hal terkecil tentangnya.
"Bu, aku akan bertemu dengan Dhena siang ini dan langsung pulang. Aku akan berkunjung sesering mungkin. I love you." Diandra dan Azka ikut berpamitan.
Tersisa Kartika sendiri di rumah. Dia terlihat bahagia melihat anak-anaknya telah berkumpul kembali. Dia juga segera bersiap-siap akan membuka warung. Tiba-tiba ponselnya berdering. Itu dari Hadi Winoto.
"Apa dia kembali?" tanya Hadi dari ujung telepon.
"Iya, dia di sini."
"Aku cuma memastikan."
Hadi Winoto terkejut mendengar Diandra ada di rumah Kartika, dia mengakhiri panggilannya.
Itu cukup menyakitkan baginya. Dia mencari Diandra selama ini, sementara Diandra tidak pernah memikirkan dirinya sama sekali atau menjenguknya
**Bersambung**