“Lo mau apa lagi sih, Ag? Lo pikir Angkasa nggak capek apa ngurus kelakuan lo kek gini, mikir dong Kasa itu punya perusahaan, kerjanya sibuk. Nggak seenak jidat lo ngajak dia pergi, dia itu juga butuh istirahat juga. Lo jangan egois dengan alasan bayi lo,” geram Langit. Ia memandang Agni tajam, auranya menggelap. Angkasa menghembuskan napas panjang, ia menggelengkan kepalanya pelan pada Langit. “Aku anter pulang ya, setelah ini tidur. Jalan-jalannya udah segini aja, kasihan kamu.” ucap Angkasa dengan nada lembut. Ia mengajak Agni masuk dalam mobil, sedangkan Langit menatap keduanya tajam. Ia tak mengerti dengan jalan pikiran Angkasa yang mudah sekali berubah. “Udah lah, Sa, gue tunggu di angkringan depan. Gue muak liat muka nenek lampir,” seru Langit, dia melenggang pergi ke seberang j