5. Prahara

1281 Words
Ular buas! Kamu dimana, Sayang? Ke kantor? Aku di apartemen kamu, ada Mama juga loh. Pulang ya! Hari ini Angkasa terpaksa masuk kantor, Langit pagi buta ngomel-ngomel menyuruhnya bangun dan bersiap presentasi. Semua berkas sudah disiapkan, katanya. Tak sampai setengah hari Angkasa buru-buru meninggalkan ruang kerjanya, ayahnya yang masih sama dan juga suasana hati sedang tak mendukung. Tak ada alasan untuk dirinya lama-lama di tempat itu, Langit pun hari ini tak nampak batang hidungnya, jelas laki-laki itu mengambil cuti. Bahkan langit di atas pun ikut tak bersahabat padanya, tiba-tiba mengirim awan kematian menghalau sinar sang surya. Angkasa hanya diam dalam mobil, tak tau harus ke mana. Pesanggrahan mana yang harus ia singgahi, taka da lagi tempat untuknya bersandar kecuali muara kasih ibu. Ia memijat pelan kening, mengatur napasnya mencoba menenangkan dirinya sendiri. Angkasa memutuskan untuk pulang, menemui mamanya. Hati Angkasa enggan sebenarnya bertatap muka dengan Agni. Wanita itu tak seharusnya ia nikahi, ada perempuan yang lebih berhak ia sebut namanya dalam lantunan ijab khobul. "Assalamu'alaikum!" Angkasa menyalim tangan Genta lalu memeluk tubuh mamanya itu. Kepalanya menelusup di sela rambut Genta yang tergerai. "Waalaikum salam," jawab mereka serentak. "Kamu dari mana aja, Sayang?" Selepas peluk dengan mamanya ia lepas, wanita itu bergelayut manja di tangannya, menyandarkan kepalanya di bahu Angkasa. Angkasa menepis tangan Agni dengan kasar. "Bukan urusan lo. Nggak usah ikut campur!" "Angkasa, jangan kasar sama Agni. Dia calon istri kamu lo, Nak." Genta memperingatkan Angkasa yang memasang wajah kesal. Laki-laki itu terpaksa tersenyum kecil, lalu duduk di kursi single. "Kamu tahu, Sa, ternyata Agni mengandung bayi kembar lo. Mama jadi inget waktu ngandung kamu sama Aksa dulu. Nggak nyangka mama segera dapet cucu dari kamu, Nak. Mama bakal jadi nenek," ucap Genta dengan tersenyum. Ini kali kedua, Ma. "Kapan kalian ke butik Tante Ferdi?" lanjut Genta, menatap Angkasa dan juga Agni. Angkasa menggelengkan kepalanya. "Agni nunggu Angkasa senggang, Ma. Kalau dia nggak sibuk, ayo aja." "Gimana, Sa?" Angkasa menghembuskan napasnya, kesal, lalu menganggung singkat. "Terserah yang penting Mama senang." "Oh iya, Sa, Mama dapat dokter kandung baru loh. Dia baru kerja di Rumah Sakit Triswijaya, kamu setuju kan kalau Agni ganti dokter?" tanya Genta dengan mengelus puncak kepala Agni. "Kalau Mama seneng sama dokternya, Angkasa nurut aja deh," jawab Angkasa singkat. "Dokter siapa, Ma?" tanya Agni. Genta tersenyum kecil. "Dokter Tara, dia baru selesai study di Inggris. Masih muda lagi, seumuran sama Agni. Dokter Tara juga ramah, sopan, cantik lagi. Pengen deh mama punya mantu seperti Dokter Tara, siapa tahu Aksa kepincut sama dia." Agni memperbaiki posisi duduknya. "Mereka satu rumah sakit ya, Ma? Mama sudah atur jadwal ceknya?" Genta mengangguk. "Lain kali kamu ikut ke dokter, Sa. Lihat perkembangan anakmu, kamu nggak pengen lihat anakmu sendiri apa?" "Nanti, Ma." Angkasa semakin sebal ketika Agni mulai mencari perhatiannya dan juga mamanya. Genta notabene memang baik pada siapapun, tak pernah pandang itu musuh sekalipun. Mamanya juga dapat menutup rapat keinginanya untuk membatalkan pernikahan ini, masih menunggu bukti banyak untuk menggagalkan semuanya. Ia akan terus ikut permainan Agni, selagi bukti belum dia dapatkan. Ingin sekali ia mengusir perempuan ini, tapi jelas mamanya terlebih dahulu akan melarangnya bahkan memarahinya. Dia menatap Genta dengan ekspresi memohon, mamanya hanya tersenyum tipis. Mengangguk paham, Angkasa jelas senang mamanya peka dengan kode yang dirinya berikan. "Kamu jaga kesehatan ya, Sa. Mama sama Agni pulang dulu," pamit Genta dengan menarik tangan Agni. Agni menggeleng kecil. "Agni, Kasa mau istirahat. Kita pulang saja," putus Genta. Angkasa tersenyum kecil, lalu menyalim tangan Genta. Membisik mamanya, terima kasih. ●●●● Jari Angkasa telaten mengelus layar ponsel enam inch tersebut, beranda instagramnya penuh dengan foto-foto temannya. Hanya satu yang membuat detak jantungnya tak karuhan, radhit_byadebaran memposting foto ibu hamil yang menurutnya tak asing baginya. Instingnya berkata jika itu adalah perempuan yang selama ini ia cari, perempuan yang selalu membayangi pikirannya. radhit_byadebaran ketika di tanah Inggris dia malah minta sambal petai, anjir lah! Tulis Radhitya di dinding captionnya, badan Angkasa seakan panas dingin dibuatnya. Bulir keringat dingin mengalir di dahinya. Komentar pun semua membahas jika temannya itu sudah mempunyai istri saat ini, jarinya pun turut meramaikan kolom komentar akun Radhitya. aksrlangt23 istri siapa nih, Mas? dara_adara cieeee yang telat posting ag_ni234 bumilnya siapa, Dhit? angkasiovanodewa_ lo punya istri? radhit_byadebaran istri gue! @aksrlangt23 @ag_ni23 @angkasiovanodewa Ia membanting ponselnya sembarang, jantung Angkasa berdetak tak karuan, foto itu membuat rasa gelisahnya menguap kembali. Bayang-bayang malam kelam itu terputar tak bisa ia bendung. Malam ini kepalanya terasa berat sekali, membuat dirinya mengerang kesakitan. Sudah empat tahun lamanya namun masih sangat menyiksa, semakin lama akan semakin membsar jika tak ia damaikan. Ia harus berdamai dengan masa lalunya. "SELENA!" Dengan susah payah ia menggapai ponsel yang telanjur ia banting itu, mengirim pesan pada sahabat dan juga asisten pribadinya, Aksara Langit Narayya. Semua rasa sakit itu membuat dirinya semakin merasa bersalah. "Selena, jangan ganggu hidup gue." Mata Angkasa menutup perlahan, rasa sakitnya telah mengalahkan kesadarannya. Tak hanya satu dua kali ia mengalami seperti ini, bahkan hampir tiga tahun lebih setiap malamnya ia harus merasakan kesakitan yang begitu hebatnya. Dan sekian lama ia tak merasa terganggu, untuk malam ini ia merasakannya kembali. Langit datang dengan dokter pribadi Angkasa, laki-laki itu terkapar di lantai mulutnya meracau tak jelas diikuti gerakan abstrak, segera Angkasa disuntik obat penenang. Langit dan Dokter Reinan kewalahan mengangkat tubuh Angkasa ke tempat tidur, segi fisik laki-laki itu memang tinggi dan besar ditambah bergerak tak tentu arah yang menambah beban. Jiwa pria itu tengah terguncang kembali. Dengan obat itu ia dapat stabil kembali, berharap mala mini tidurnya nyenyak. "Besok pagi dia akan bangun seperti biasa, Lang. Jaga dia, saya pamit dulu. Jika terjadi apa-apa dengan dia, kabari saya langsung ya." Dokter Reinan berpamitan kembali ke rumah sakit. "Siap, Dok!" Langit menatap prihatin tubuh Angkasa yang terbaring lemah di ranjang itu, ia memutuskan membuka aplikasi ** di ponselnya. Jam sepuluh malam, namun matanya sulit terpejam melihat kondisi Angkasa yang tak berdaya. Langit mengusap wajahnya kasar, ada sebuah janji yang terpatri dalam dirinya. Janji yang membuatnya tetap stay pada Angkasa apa pun keadaan laki-laki itu, suka maupun duka. Angkasa sudah ia anggap saudara kandungnya sendiri, Langit dan Angkasa pada dasarnya adalah satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan. Laki-laki itu penasaran dengan maksud dan tujuan Radhitya mengunggah foto tersebut, tak mungkin jika hanya iseng tanpa tujuan. "Adhit nggak mungkin upload foto itu tanpa maksud dan tujuan. Apa mungkin sih itu foto kandungan istrinya sendiri? Gue ragu kalau dia sudah nikah, masa temen-temennya nggak di kabari sama sekali? Apa mungkin ini ada hubungannya sama mbak-mbak aroma mawar ya? Perlu gue selidiki nih, " desis Langit. Kembali ia dapati unggahan Radhitya, kali ini foto bayi laki-laki menggemaskan. Jadi bener Radhitya udah nikah? Kenapa nggak kasih kabar kalau udah nikah ya? Dia nggak anggap gue temannya lagi apa? Awas ya lo, Dhit, berani-beraninya lo nggak undang gue? Batin Langit. Ada dua puluh ribu yang menyukai unggahan foto tersebut. radhit_byadebaran hei hari ini saatnya melihat dunia, Sayang. Berbaktilah pada Ibumu. Langit membaca sebagin komentar di sana, berharap mendapatkan petunjuk dari bayi tersebut. ag_ni23 siapa ini namanya? Imut banget sih arka_utama21 lucunya baby Al aksargi_braman anak siapa, Dhit? dara_adara hi baby Al harsarat_biraw29 lo beneran udah nikah? Dahi Langit mengerut tajam, temennya menulis komentar dengan menyebut nama bayi itu. "Al? Jadi ini beneran anak Adhit? Kenapa gue masih nggak percaya sih? Postingan baru sejam yang lalu. Ada yang nggak beres sama mereka." "Eh, bentar deh kalau bener anak Adhit tapi kenapa kek mirip Angkasa ya? Hidungnya, bentuk bibirnya, ini mah duplikat Angkasa banget. Kebetulan mungkin kali ya atau mungkin dulu istri Adhit mantan fans Angkasa terus pengen anak mirip Angkasa." Langit menggelengkan kepalanya. "Biarinlah, buat apa gue kepo! Semakin gue kepo, semakin banyak pula gue stalk kehidupan mereka." Tak terasa mata Langit mulai lelah, dua jam lebih ia memandang layar ponsel pintarnya. Hingga akhirnya ia tumbang, kantuk menang kali ini. ●●●
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD