“Kamu kok bisa kek gini sih, Sa? Mana yang sakit?” Angkasa memejamkan matanya, ia sama sekali tak tertarik dengan pembicaraan ini. Agni memegang tangannya erat, hingga laki-laki itu menghentakkan tangannya kuat. Sontak saja wanita itu hampir terjatuh jika tak di tangkap oleh Aksa. “Lo kasar banget sama perempuan, Sa, hargai selagi ada. Mama kita itu juga perempuan, tanpa perjuangan seorang perempuan lo nggak bakalan ada. Katanya lo saying sama Mama, tapi kenapa nggak hargai perempuan?” Angkasa tersenyum miring, ia menatap Aksa sinis. “Gue cuman lepasin tangan Agni yang jadi lintah di tangan gue, lo anggap nggak hargai perempuan? Terus apa kabar sama lo yang setiap hari kerjanya marah-marah sama mama. Harusnya lo berkaca dulu sebelum berbicara, perilaku lo itu udah baik apa belum. Jangan