20. Kematian Tuan Candra

1019 Words
Seluruh siswa berkumpul didepan Mading di lorong lantai dua, melihat hal itu Enfire dan Argiwel ikut menyeruak bersama murid-murid yang lain. Di madding itu tertempel sebuah kertas berisi kata-kata yang di tulis dengan sebuah cairan yang baunya mirip dengan darah busuk yang kemarin mengenai wajah dan tubuh Enfire. Enfire dan Argiwel menutup hidung mereka, baunya sungguh busuk berwarna hijau hampir seperti cairan yang ada di dalam empedu . Tapi bukan hanya itu, tulisannya pun membuatnya orang akan menyeringai kan kulit keningnya. Ketika Malaikat Serapim menjauhinya, Malaikat Maut malah mengghinggapi pundaknya. Seluruh urat safarnya mengendur dengan Sendirinya, hingga ia tak mampu menatap sekeliling pohon perdu yang rindang. “En, sepertinya surat itu ada masalahnya dengan kamu? kata Argiwel setelah mereka melihat surat dengan tinta bercak hijau itu. “Masalah dengan ku? Apa maksud mu? “Ya seperti tentang darah busuk itu, aku yakin surat itu ada sangkut pautnya dengan mu. Enfire memikirkan ada benarnya juga ucapan Argiwel, karena selama ini memang semua masalah yang baru-baru ini terjadi, itu pasti karena dendam pada Argiwel. Disela-sela mereka mengobrol, melintas Dave dengan gayanya yang nyentrik dan sebuah buku mata pelajaran sejarah. En, itu pak Dave! seru Argiwel cepat-cepat memberitahu sahabatnya. Dengan cepat Enfire mengarahkan pandangannya dan dengan sigap ia langsung menarik tangan Argiwel untuk menemui, Dave. Tunggu, Pak! kata Enfire menghentikan langkah gurunya. “Eh Enfire, Argiwel. Tumben nyariin bapak, ada apa? “Begini pak, apa beberapa hari lalu ada orang yang menanyakan soal nomor kunci loker murid? Tanya Enfire seakan mengintrogasi sang guru. “Nomor kunci loker? Oo, sepertinya ada tapi Bapak lupa. Nanti bapak lihat lagi buku khusus loker, karena buku itu yang bapak gunakan selama menjadi guru BK. Kata Dave tersenyum, senyumannya mengandung sebuah pertanyaan. Apa sebenarnya yang di cari dua murifnya ini? Ya sudah bapak mau masuk dulu, Bapak hampir telat. Iya, Pak. Terimakasih? kata Enfiree, yang hanya dibalas senyuman hangat ala Dave Saxon. Tersenyum kedua remaja laki-laki itu, rasanya ada satu masalah yang akan terselesaikan nanti, saat mereka akan menemukan siapa peneror loker itu. Kedua remaja itu berjalan menuju kelas mereka yang berada di dekat lorong lantai dua. * * * Jam istirahat berdentang, semua murid keluar dari ruangan yang sebelumnya diisi dengan rumus-rumus dan angka-angka yang menyempitkan pembuluh otak, mengakukan saraf saat soal demi soal di berikan sang guru, rasanya dua jam untuk mengerjakan soal kurang cukup jika di bandingkan sengan susahnya soal, matematika. Enfire hendak keluar dari kelas ketika ponsel androidnya berbunyi, sebuah email dari orang yang sama, lagi. From : TheQueen07@gmail.com Saturday, October 25, 2014 10.00 a.m To : Zilwerght13@gmail.com Subject : Kurang tepat Hmm… ku rasa kejutan ku kurang tepat, aku salah menarut tempat. Tapi, omongan sahabat culun mu itu benar, surat bercairan hijau itu dari aku. Enfire melihat sekeliling ruangan, tak ada siapapun kecuali dirinya. Langsung saja ia berlari keluar dan melihat surat itu sebelum semua orang sadar bahwa hal itu di tunjukkan padanya. Langkah kakinya baru saja berhenti di tempat sampah saat seorang wanita tepat berada di sampingnya. Hai. Kata gadis berkaca mata minus itu. Kamu, kenapa? “Tadi aku mencarimu di taman, katanya kamu mau menemui aku disana, eh ternyata gak ada, jadi aku berniat kekelas mu eh malah bertemu disini. “Kamu mau kan aku wawancarai, mumpung gak ada Argiwel? Oke, tapi tak perlu lama ya? Athena mengangguk, Sebenarnya apa sih penyebab kamu bisa mengalami hal itu? tanya Athena. Enfire baru saja akan menjawab pertanyaan dari Athena, tiba-tiba Argiwel mendekati mereka lalu menarik tangan Enfire. Ada apa sih, Wel? tanya Enfire bingung melihat tingkah laku sahabatnya yang begitu aneh. “Iya, kamu ini kenapa sih? Aku baru aja menanyakan sesi pertama. Ditanya begitu Argiwel hanya diam sembari menarik tangan Enfire menjauh dari Athena, setelah dirasanya nyaman untuk bercerita Argiwel pun mulai membuka percakapan. “Aku saranin kamu gak usah deh jawab semua pertanyaan dari Athena? “Memang kenapa, cupu? Dia kan Cuma mewawancarai ku saja, gak ada yang salah kan? “Nah justru di situlah letak kesalahannya, “Apa sih maksudmu, aku gak mengerti? “Setiap orang yang menjadi narasumbernya, pasti ujung-ujungnya kena masalah. Salah satunya pak Dave, setelah dia wawancarai mengenai gaya penampilannya yang nyentrik eh ternyata malah Athena bilang di berita itu kalau Pak Dave penyuka sesama jenis. Tapi berita itu Pak Dave sanggah, dan Athena di skors selama dua minggu. Dan masalah lain juga terjadi pada siswa sang narasumber. Jelas Argiwel panjang lebar mengenai Athena. “Eh untung deh aku gak jadi di wawancarai sama Athena. Kata Enfire mengelus dadanya. “O iya cupu, aku pingin cerita hal yang penting ke kamu, tapi nanti jangan di sini, takut ada yang denger. Argiwel mengangguk, kemudian mereka pun berlalu dari tempat itu, berjalan menyusuri koridor sekolah lalu menuju kantin. Sedangkan sejak tadi sang mata elang terus menatap kea rah mereka berdua lebih tepatnya, Enfire. Bibirnya terus menyungging senyum aneh yang tak mampu di terjemaahkan siapa pun kecuali dirinya dan Tuhan.Permainan demi permainan telah ia rancang, siasat sempurna telah membawanya dalam daerah kemenangan, ia yang akan menentukan takdir Enfire bukan Tuhan lagi. * * * Sementara itu disebuah ruangan yang hanya berpenerangan seadanya, dua orang terlihat tengah bercakap-cakap, keduanya adalah laki-laki. Wajah kedua laki-laki itu tak begitu ketaran hanya bayangannya saja yang nampak. Bagaimana dengan rencanamu, apa sudah berhasil? tanya seseorang yang tengah duduk si salah satu kursi. Belum sepenuh berhasil, tapi aku usahakan akan berjalan lancar tanpa halangan apa pun. Kata laki-laki yang hanya berdiri di depan meja. Kamu yakin tak ada yang tahu semua itu?” Tak seorang pun yang akan menyadarinya, bahkan dia sendiri akan gelagapan menerima terorku. Cepat lah, tangan ku ini tak sabar untuk menghabisinya. Ucap laki-laki yang duduk, kini ia mengelus-elus sebuah senapan kecil berwarna silver. Tidak akan secepat itu. Aku perlu membuatnya takut terlebih dahulu, sebelum kau boleh membunuhnya.” Setelah berbicara begitu, laki-laki yang tadi berdiri lalu berjalan keluar ruangan, kini nampak wajahnya yang berdarah khas oriental tersenyum dengan penuh kegembiraan. Sedangkan Argiwel dan Enfire tengah menikmati makan siang mereka di kantin, dengan lahapnya Argiwel menyantap makanan itu, rasanya ia sudah lama tak makan, hingga membuat Enfire hanya diam. Kamu kerasukan setan apa, cupu? tanya Enfire melihat tingkah laku sahabatnya. Hmm setan? Kayaknya enggak deh, memang kenapa? Makanmu, kayak gak pernah makan setahun. Tadi aku lupa sarapan, padahal mama bikin nasi goreng special plus dua telur mata jangkrik. Kata Argiwel mencoba untuk melucu, tapi yang ada Enfire hanya diam dalam garing. Eh En, katanya tadi kamu mau cerita, O iya aku lupa, ucap Enfire langsung mengeluarkan Androidnya dari saku celana abu-abunya. Nih. Kamu baca aja Gmailnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD