Chapter... 9 : Wanita Bercadar

1122 Words
Hari berganti, Chu Xiang pergi ke sungai mengambil air dan langsung latihan. Ia tak lupa bahwa ada tugas yang belum selesai, segara menguasai teknik belati pemburu iblis. Sekarang teknik itu menjadi titik fokus utamanya, karena memperkaya teknik yang dikuasai sama dengan meningkatkan kemungkinan untuk menang. Hari ini berbeda dengan hari hari sebelumnya. Chu Xiang yang selalu sendiri kini ada yang menemani. Hou Yue namanya, seekor beast kera yang begitu patuh dalam mengikuti setiap kata yang keluar dari mulutnya. Meski dia bukan manusia, bagi Chu Xiang sosok Hou Yue lebih baik dari pada semua orang yang telah ia kenal. Hou Yue memang tak bisa berbicara, apalagi bertingkah seperti manusia. Namun setidaknya dia tak akan meninggalkannya, seperti manusia yang selalu mencari keuntungan. Mengingat masalah ini membuat Chu Xiang sedikit tidak nyaman. Perasaan bergolak tak karuan menyebabkan aliran Qi dalam tubuh tak seimbang. Chu Xiang melepaskan tebasan, mengeluarkan serangan teknik belati pemburu iblis. Sebuah siluet tebasan seperti cakram menghantam tebing batu yang berdiri kokoh. Seketika hal itu membuat Chu Xiang terkejut, bahkan ia dalam keadaan setengah sadar saat mengeluarkan serangan teknik belati pemburu iblis. Namun yang tidak dia sangka, teknik belati pemburu iblis berhasil dan membuat tebing batu bergetar. Chu Xiang memandang tangannya yang memegang belati, merasakan perasaan yang sangat luar biasa. Beberapa lama dia hanya diam tak melakukan tindakan, matanya fokus seolah enggan untuk mengalihkan pandangan. "Ketidaksengajaan malah membuatku mengetahui bagaimana cara melakukannya!" Chu Xiang masih sedikit tidak menyangka, ia yang sudah berulang kali gagal pada akhirnya berhasil saat dalam keadaan setengah sadar. Ini juga bisa dikatakan sebagai unsur ketidaksengajaan. "Yue, kau turun sebentar." Dengan cepat kera mata langit melompat turun. Dia benar-benar mengerti apa yang dikatakan Chu Xiang. Chu Xiang bersiap melakukannya sekali lagi, dengan pengalaman keberhasilan yang pertama, ia yakin dapat menyempurnakan serangan tekniknya yang nampak belum sempurna. BLAR!! Siluet tebasan kembali menghantam tebing, tapi kali ini tebasan lebih kuat dan mampu membuat beberapa batu di atas tebing berjatuhan. Senyum terukir jelas di antara bibirnya, sudah dua teknik berbasis belati yang ia kuasai. "Setelah mempunyai cukup kekuatan, aku akan mencari siapa di balik p*********n yang membuatku menjadi cacat. Aku pastikan orang itu menyesal!" Dengan tangan terkepal, Chu Xiang kembali berlatih, meningkatkan kultivasi agar segara mencapai petarung tingkat master. ... Hari berganti, bulan berlalu. Tak terasa sudah dua tahun sejak Chu Xiang meninggalkan kediaman Klan Chu. Setiap hari dia tak pernah melewatkan waktu latihan, seperti halnya hari ini. Dengan seekor kera di pundaknya, ia mencoba beberapa teknik yang belum lama dilatih pada sebuah sebuah batu besar di dekat goa. Belati 8 Nada. Sebuah teknik bertarung yang terdiri dari delapan gerakan utama. Dilakukan berulang sehingga membentuk sebuah kesatuan yang padu. Chu Xiang sudah menguasai teknik ini lebih dari satu bulan yang lalu, tepat setelah ia menyelesaikan kultivasi terakhirnya. Meski terbilang baru, jangan meremehkan penguasaan Chu Xiang dalam mengolah teknik tersebut. Ia mampu membelah tebing batu dengan menggunakan belati miliknya. Srak... Srak... Perhatian teralihkan oleh suara dari balik semak. Tapi Chu Xiang masih bergeming di tempat, dua mata hitamnya melirik mengeluarkan tatapan tajam. "Yue?" Ak ak... Hou Yue--kera mata langit itu melesat dari pundak Chu Xiang. Kaki menjulur ke depan dan menghunjam semak dengan keras. Blar! Setelah dentuman keras itu, tak terdengar suara apapun. Namun tak lama Hou Yue keluar dengan menyeret seekor beast serigala tingkat dua dengan kedua tangannya. Ak ak... Chu Xiang tersenyum puas, melempar buah apel kristal kepada Hou Yue. Nampak primata kecil itu sangat senang, dengan cepat melahap buah apel sekepalan tangan. Satu tahun lalu Hou Yue masih merupakan beast tingkat satu, tapi sekarang sudah berada di tingkat tiga. Kekuatan rekannya ini tak jauh berbeda dengannya, sekitar petarung master bintang tiga. Meski peningkatan Chu Xiang juga cepat, Hou Yue sangat mengagumkan. Perlahan kaki melangkah mendekat, menyimpan mayat beast serigala tingkat dua. Setelah satu setengah tahun lebih, perawakan Chu Xiang sedikit berbeda, yang tak berubah mungkin hanya ketampanannya. Bahkan kini ketampanan pria berusia 19 tahun itu lebih memancarkan sosok yang tenang nan dewasa. Belati di tangannya masih sama dengan belatinya dulu. Sudah tak terhitung jumlah beast yang mengoleskan darah di bilah tajam tersebut. Dari tingkat satu sampai tingkat tiga, semua tiada kala berhadapan dengannya. Kemudian Chu Xiang teringat tentang Kota Wuhan. Tekad seketika membara, mengingat perlakuan mereka semua terhadapnya. Dalang p*********n malam itu juga belum ia ketahui, mungkin inilah saat yang tepat untuk mencari tahu. Sampai saat itu, pelaku yang membuatnya kehilangan kultivasi harus menerima akibat yang setimpal atau hidupnya tak akan pernah tenang. Chu Xiang bangkit, membersihkan tubuhnya dan kembali ke goa. Keputusan sudah bulat. Ketika hari berganti, dia akan keluar hutan dan menuju ke Klan Chu. Malam di goa terasa sangat panjang, ketika mata mencoba memejam, pikiran selalu saja ada. Seolah tak memperbolehkan Chu Xiang mengistirahatkan tubuhnya. Meski seorang kultivator bisa tak tidur dalam waktu yang lama, kebiasaan untuk tidur saat malam sudah melekat sejak kecil. Tak akan mudah dihilangkan. Hah! Chu Xiang yang semula berbaring bangkit karena ia tak bisa tidur. Pikirannya terlau sibuk membayangkan pertemuan kembali dengan beberapa orang termasuk ayah angkatnya. Namun dalam hati, Chu Xiang sudah tak menganggap ia adalah ayah angkatnya. Sosok yang ia kenal dulu telah tiada. Wush... Mata Chu Xiang melebar, ia merasakan seseorang melesat di depan goa miliknya. Spontan hal ini menarik perhatiannya dan tanpa pikir panjang langsung melesat keluar. Dua cahaya bergerak dengan cepat, nampak dentingan benda keras yang menggema di seluruh hutan. Trank! Wajah Chu Xiang membeku, melihat seorang wanita tengah berhadapan dengan beast elang petir. Nampak keduanya memiliki kekuatan setara, pertarungan begitu hebat berada di luar jangkauannya. Chu Xiang hanya menantau dari kejauhan, bisa dipastikan kekuatan wanita itu berada di tingkat petarung grandmaster. Mampu mencapai tingkat begitu tinggi, pasti bukan orang biasa. Pertarungan antara mereka masih berlangsung, tapi wanita yang mengenakan pakaian merah dengan cadar yang juga merah terlihat kewalahan meski dengan sebuah pedang di tangannya. Chu Xiang merasakan pertarungan semakin mengerikan, ia akan terhempas bila terkena serangan mereka. Pertimbangan ini membuatnya memilih untuk pergi. Tapi bersama dengan itu, tubuh wanita bercadar mengeluarkan sinar. Elang petir yang merupakan beast tingkat empat menjauh menjaga jarak. Seketika Chu Xiang menahan langkah kakinya, melihat perubahan wanita bercadar yang memancarkan aura sangat berbeda. Auranya lebih pekat, lebih kuat dibandingkan dengan beast elang petir. Pertarungan berubah total, wanita bercadar yang awalnya terdesak kini begitu gampang menekan elang petir. Gerakan pedangnya mampu melukai sayap elang petir. Satu sayatan, dua sayatan, pedang menusuk menembus tubuh elang petir. Beast tingkat empat itu jatuh dan tergeletak tak berdaya. Wanita bercadar mendekati mayat beast elang petir, memasukkan tubuh ke dalam cincin penyimpanan. Situasi yang tenang kembali serius saat lirikan matanya menangkap pergerakan dari balik sebuah pohon. Chu Xiang yang melihat beast elang petir kalah di tangan wanita bercadar langsung pergi dari tempat kejadian. Berniat menghindari masalah, ia cukup sial karena di depannya muncul sesosok wanita. "Kemana kau akan pergi?!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD