Kabar Gembira

1058 Words
Setelah dua hari bertemu orang yang sama, sudah beberapa hari ini Keyra memutuskan untuk tidak melanjutkan pekerjaannya untuk sementara. Karena otaknya butuh di refresh agar bisa berfikir kembali. Selama tidak bekerja kegiatan Keyra hanya di rumah dan antar Ailin ke rumah sakit untuk cuci darah Sedang asik rebahan sambil scroll sosial media sebuah email masuk. Buru-buru Keyra membuka, membacanya dengan seksama. Binar kebahagiaan tidak bisa dia tahan setelah membaca semua pesan itu. Iya, itu adalah pesan berisi panggilan untuk interview kerja. Saking bahagianya Keyra sampai bertepuk tangan, bahkan ponselnya sampai terlempar. "Puji Tuhan, akhirnya ada jawaban. Semoga ini jalan dari Tuhan atas kerja keras selama ini," ujar Keyra masih dengan kehebohannya. Tidak ingin merasakan kebahagiaan sendiri Keyra pun melompat dari kasur, ke luar kamar mencari di mana sosok Airin. Setelah mendapati sang ibu sedang duduk, Keyra berlari menghampiri. Kedatangan Keyra yang tiba-tiba tentu mengejutkan Ailin. Pasalnya wanita itu sedang melamun. "Yaampun, Key, kamu ngagetin Ibu aja!" Keyra tersenyum lebar menatap Airin. "Maaf, Bu, kalau Ibu kaget. Tapi Keyra punya kabar gembira buat Ibu, aku lagi senang banget." "Apa, Key?" tanya Airin bingung. "Key ada panggilan interview besok!" jawab Keyra dengan excited. Senyum Airin mengembang, dia memeluk tubuh putrinya dengan erat. Wajar saja anaknya teramat senang, karena penantian panjangnya sudah berbuah manis. Sambil memeluk tangan Airin mengusap punggung Keyra. Sebagai Ibu dia turut senang melihat putrinya bahagia seperti ini. Semoga memang ini jalan terbaik untuk masa depan anaknya. "Udah Ibu bilang, 'kan? Hasil ngga akan menghianati usaha. Key, setelah kamu kerja, sebisa mungkin nabung buat diri sendiri ya?" Keyra melepaskan pelukannya, menatap Airin dengan lekat. "Maksudnya gimana, Bu?" "Lanjutin kuliah kamu, karna itu penting untuk masa depan. Jangan selalu mikirin Ibu, tapi sesekali fikirin diri kamu sendiri. Perjalanan hidup kamu masih panjang, Keyra. Pendidikan itu sangat penting. Oh, iya, kamu interview untuk posisi apa?" "Sekretaris, Bu." Airin mengangguk. Tangannya kembali terulur mengusap pipi Keyra. "Janji mau lanjutin kuliah setelah kerja?" Permintaan Airin memang tidak susah, bahkan Keyra memang sangat ingin kembali kuliah. Semenjak orangtuanya bercerai, butik Airin bangkrut, sang ayah yang lebih memilih keluarga barunya, membuat Keyra memutuskan untuk cuti. Selama cuti dia menghabiskan waktu untuk bekerja agar pengobatan Ibunya tidak terputus. Tapi kalau dia harus melanjutkan kuliah ... bukankah bebannya akan double? "Kalau kamu ngga mau lanjutin Ibu juga punya hak buat berhenti dialisis, Key." Keyra menggeleng keras, kedua tangannya menggenggam erat tangan Airin. "Ibu ngga boleh bicara begitu, Ibu harus temanin Keyra sampai kapanpun. Oke, Key akan usahakan untuk kuliah lagi. Tapi bukan untuk dalam waktu dekat. Kasih waktu buat Key nabung dulu, ya? Supaya ngga keteteran." "Itu jawaban yang Ibu tunggu. Semoga besok lancar ya interviewnya. Malam ini kamu jangan kerja, istirahat aja biar besok fresh," kata Airin sambil mengusap kepala Keyra. *** Beberapa panggilan dari Bella tidak sempat Keyra angkat karena sejak tadi dia sedang belajar untuk mempersiapkan diri besok. Karena merasa tidak enak, Keyra menghubungi balik Bella. Tidak butuh waktu lama, wanita di sebrang sana langsung mengangkatnya. "Sorry, Bel, baru bisa angkat. Ada apa, Bel?" 'Malam ini lo mau gue jemput atau gimana? Tadi Nando nyariin lo, katanya ada client yang maunya sama lo.' Keyra menghentikan aktivitasnya yang sedang mencatat di buku. Otaknya sedang mencerna apa yang baru saja Bella katakan. Ingin bertemu dengannya? Tapi siapa? 'Key?' "Ah, iya, Bel, tapi maaf gue ngga bisa. Besok pagi gue ada panggilan interview, jadi malam ini gue mau belajar dulu. Sampaikan maaf gue ke Nando ya?" 'Interview kerja? Itu artinya lo ngga lanjut kerjaan lo di sini?' "Gue belum mikirin itu, jadi belum ada keputusan. Tapi untuk saat ini gue lagi ngga bisa. Lo bisa bantu gue, Bel?" 'Oke, Key, gue bantu bilang Nando ya? Goodluck buat lo besok.' "Makasih, Bel." Tut! Sambungan terputus, Keyra meletakkan kembali ponselnya di dekat laptop. Sekilas Keyra melirik jam, sudah pukul sembilan malam. Untuk menuju besok pagi memang masih lama, tetapi gugupnya sudah bisa Keyra rasakan. "Gapapa, Key, gugup itu wajar. Yuk bisa, demi balikin semuanya kayak dulu. Cuma lo harapan satu-satunya." Keyra tersenyum, menyemangati dirinya sendiri di depan cermin. Harapan Keyra untuk besok hanya satu, semoga semua berjalan lancar. Maka dari itu, demi memperlancar semuanya malam ini Keyra harus usaha keras menghapal tentang perusahaan yang dituju. *** Keesokan paginya Keyra bangun lebih awal. Walaupun semalam dia tidur cukup larut, ternyata rasa gugup membuatnya bangun pagi. Karena tidak bisa tidur lagi Keyra memilih mandi, bersiap-siap memakai baju. Diambilnya kemeja putih serta rok, lalu Keyra memakainya. Tak lupa dia mempoles wajah agar terlihat fresh. Setelah dirasa semua cukup Keyra memaukan ponsel ke dalam tas lalu dia ke luar kamar. Baru dia buka pintu, aroma nasi goreng yang menggugah selera langsung menyeruak di hidung Keyra. Dengan semangat dia menuju ruang makan, di sana Airin sedang menata sarapan. "Ibu jangan kecapean loh." "Loh, udah bangun, Key?" Keyra mengangguk-anggukan kepalanya. Wanita itu duduk, menatap sarapan yang tersaji. Jika biasanya dia yang menyiapi, pagi ini diambil alih oleh Airin. "Ayo dimakan, jangan sampai perut kamu kosong," kata Airin sambil mengambilkan dua sendok nasi ke piring Keyra. "Kamu pasti bisa, Key, jangan terlalu gugup," sambungnya. Keyra meringis mendengarnya. Apa wajah gugupnya sangat terlihat? Tapi ya memang benar, Keyra sangat gugup! "Kamu berangkat jam berapa, Key?" tanya Airin disela-sela suapannya. "Habis sarapan aja, Bu, aku takut telat atau kejebak macet. Ibu gapapa di rumah sendiri?" Kekhawatiran Keyra memang bukan tanpa alasan. Pernah beberapa kali saat dia bekerja, Airin di rumah drop. Maka dari itu sangat riskan untuk meninggalkan Ibunya sendirian. "Its okay, Keyra, Ibu gapapa. Yaudah makan yang banyak, susunya jangan lupa diminum." Sekitar sepuluh menit menghabiskan waktu di meja makan Keyra pun pamit. Karena tidak mempunyai kendaraan pribadi, wanita itu terpaksa jalan ke halte untuk menunggu bus. Tidak butuh waktu lama, bus yang Keyra tunggu akhirnya sampai. Buru-buru dia masuk agar dapat tempat duduk. Selama diperjalanan rasa gugup Keyra semakij menjadi-jadi. Bukan hanya gugup wawancara, tetapi melihat kemacetan dia semakin gugup takut terlambat. Kurang lebih satu jam terjebak macet, Keyra turun dari dalam bus. Wanita itu berlari masuk ke salah satu gedung. Saat akan masuk langkahnya terhenti karena dihadang satpam. "Ada keperluan apa anda kemari?" "Saya mau interview, Pak. Ini pesannya." Keyra menunjukkan ponselnya ke satpam tersebut. Setelah dibaca, satpam itu mengarahkan ke mana Keyra harus pergi. Setelah itu Keyra mengucapkan terima kasih. Dengan buru-buru dia berjalan menuju lift. Saat sedang menunggu pintu lift terbuka, Keyra melihat seseorang yang tidak asing di matanya. "Pria itu?" ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD