bc

DOSEN KAMPRET TAPI GANTENG ITU, SUAMIKU!!!

book_age18+
9.1K
FOLLOW
40.1K
READ
one-night stand
HE
independent
heir/heiress
bxg
kicking
professor
like
intro-logo
Blurb

Di dunia ini ada 3 manusia yang teramat Anya benci. Pertama papanya, ke dua ibu tirinya yang mirip leak, dan ke tiga Kamarudin Hasan- Dosen mata kuliah pengumpulan data kualitatifnya.

Karena manusia satu itu dirinya harus mengulang tiga kali dimata kuliah yang sama dan terancam d.o karena menyebarkan gosip jika dosennya homoseksual. Padahal Anya tahu benar sepanas apa pria itu di atas ranjang apartemennya.

Bagaimana jadinya jika Anya yang terlanjur benci, justru dilamar di depan anak satu kampus oleh dosen yang paling dibencinya itu?

“Jadi istri saya, atau kamu saya tuntut karena pencemaran nama baik?!"

Simak kisah serunya hanya di, “Dosen Kampret tapi Ganteng itu, Suamiku!”

chap-preview
Free preview
Hari Pertama Mengulang
“Eh, itu bukannya Kak Anya?” “Hah, iya! Kok dia disini? Bukannya dia sama Pak Kamarudin nggak akur ya?” “Dia beneran ada di kelas kita?” “Astaga! Nggak selamet kelas kita.” Bisik-bisik tetangga menyambut kedatangan Anya bersama kedua sahabatnya. Anya Calista— itulah nama panjangnya. Baginya, menjadi bahan perbincangan orang lain bukanlah hal yang baru. Ia sudah terbiasa, terlebih jika perbincangan itu, memuat tentang pertikaiannya dengan salah satu dosen di kampus. Tepatnya, dosen yang saat ini menjadi pengampu pada mata kuliah ‘mengulangnya,’. “Gimana nih?! Matkul ini kan banyak kelompokannya.” Anya mengabaikan apa yang telinganya dengar. Pergunjingan mereka tidaklah penting untuk dimasukkan ke dalam hati. Kakinya terus melangkah, berjalan dengan kepercayaan dirinya yang tinggi. ‘Sialan! Kenapa kursi yang kosong harus ngelewatin tempat dia!’ Grundel Anya. Sejujurnya ia benci situasi ini. Situasi dimana dirinya harus terus berada di kelas si dosen kampret. Di dunia ini ada tiga manusia yang Anya benci. Pertama papanya yang menceraikan sang mama agar bisa menikahi sahabat wanita itu. Ke-dua ibu tirinya yang mirip leak dan ketiga Kamarudin Hasan, Dosen pengampu mata kuliah mpk atau yang biasa disebut metode pengumpulan data kualitatif di kampusnya. Dosen itulah yang saat ini tengah menatapnya dengan sebuah seringaian. Sumpah! Jika ada pilihan, Anya ingin berada di kelas dosen lain. Sayangnya, setelah tiga kali masa percobaan, dirinya selalu mendapatkan kelas manusia durjana itu. Manusia yang membuat waktunya habis hanya untuk satu mata kuliah saja. Dia adalah Kamarudin Hasan— Dosen MPK yang sudah 2x memberikannya nilai F disetiap hasil indeks prestasinya (IP). “Kita bertemu lagi, Anya.” ‘Bertemu biji mata lo meleduk! Babik lah! Lo lagi, lo lagi, Din!’ Umpat Anya di dalam hati ketika pria yang memiliki ribuan fans itu, menyapa dirinya. Sambutan selamat datang yang sungguh memuakkan dari musuh bebuyutan. Anya menghempaskan pantatnya pada salah satu kursi. Hal tersebut diikuti oleh kedua sahabatnya, Flora dan Angel. “Sabar, Nyam. Tahan-Tahanin. Nggak ada enam bulan ini,” seloroh Flora, mencoba untuk meredam emosi sahabatnya. Siapa pun tahu, seberapa sengitnya hubungan antara dosen dan mahasiswanya itu. “Demi lulus matkul MPK, Nyam.” Timpal Angel, menyemangati. “Lo jangan ribut lagi sama doi! Berdarah-darah dikit, nggak apa-apa lah!” Sedikit?! Kalau saja dirinya sedang mood, ia akan menyanggah kata sedikit yang Angel lontarkan. Kamarudin Hasan adalah dosen paling tidak pengertian dan tak masuk akal, yang pernah Anya kenal. Hanya karena sebuah absensi, pria itu membuat dirinya harus mengulang 3x mata kuliah yang sama. Freak, memang! Dari tempatnya, Anya melihat Kamarudin bangkit. Pria berkemeja putih itu berdiri laksana Firaun dimata Anya. Ditangan pria itu tergenggam selembar kertas, yang isinya entah apa. “Oke! Apakah masih ada teman kalian yang berada di luar?! Jika tidak, tolong tutup pintu kelas. Mulai detik ini sudah tidak ada anak yang saya izinkan untuk masuk.” Anya memutar bola matanya, seakan tengah berkata, ‘See?! Lo liat nggak, gimana arogannya tuh Kampret satu!’ “Sejauh mata saya memandang, 99% dari kalian merupakan anak baru dan sisanya, saya sangat mengenal sosok itu.” Pungkas Kamarudin. “Anya Calista,” Kamarudin langsung menyasar sosok 1% yang baru saja dirinya bicarakan. “Pastikan kamu lolos atau kamu tidak bisa mengambil mata kuliah skripsi!” Peringat Kamarudin dengan senyum miring andalannya. Senyum yang hanya dirinya ciptakan khusus untuk Anya seorang. Pada lingkungan kampus, Kamarudin Hasan menjadi sosok yang sangat diidolakan. Seluruh kaum hawa menyukai Kamarudin bahkan sampai berebut kursi untuk kelasnya. Namun Anya merupakan sebuah pengecualian. Gadis yang Kamarudin jadikan pusat perhatian pada awal pertemuan kelasnya itu, merupakan pembenci Kamarudin garis keras. Anya Calista pun bertolak belakang dengan dua sahabat centilnya, yang masuk ke dalam sekte Kamarudin Lovers. “Kalian semua, saya harap, kalian tidak mencontoh kakak senior minim prestasi ini. Terhitung dia sudah tiga kali mengulang kelas saya! Teman-Teman seangkatan dia bahkan sudah berjuang di meja sidang,” ucap Kamarudin pedas, menghimbau para junior yang menjadi penghuni asli kelas yang Anya tempati sekarang. “dan kalian,” Kamarudin menunjuk dua sahabat Anya. Sejak keduanya masuk, mata elang Kamarudin sudah mengintai keduanya. “Kam-mi, Pak?!” “Ya! Keluar sekarang! Saya tidak menerima mahasiswa gelap di kelas saya!” Usir Kamarudin sadis kepada Angel dan Flora. Keduanya sengaja bangun pagi untuk menemani Anya. Bukan karena solidaritas tingkat tinggi kepada sang sahabat— mereka tak segabut itu sampai merelakan jam tidur yang semakin minimalis karena aktivitas malam ketiganya. Semua disebabkan oleh curhatan Anya di grup, yang memberitahukan jika dosen pengampu mata kuliahnya merupakan Kamarudin Hasan. Sebagai fans nomor satu, tentu mereka memanfaatkan nasib ngenes Anya agar dapat bertemu dengan pria itu. “Minggat lo, sono, Demit! Makan tuh karma karena bahagia di atas penderitaan gue!” Sengit Anya karena kedua sahabatnya didepak secara tak terhormat. “Suek lo, Nya! Sia-Sia gue bangun pagi!” amuk Flora. Ini semua pasti karena keberadaan Anya yang terdeteksi dini di dalam kelas dosennya. Coba Anya tak seterkenal itu dikalangan para dosen, ia dan Angel pasti aman dalam melakukan penyamaran. “Saya hitung! Jika sampai hitungan ketiga kalian tidak segera keluar, saya yang akan keluar dari kelas ini. Imbasnya tentu saja junior-junior kalian tidak mendapatkan nilai!” Ancaman tersebut kontan membuat seisi kelas— kecuali Anya, meminta kedua kakak tingkatnya itu untuk segera pergi. Mereka tidak ingin mendapatkan kesialan di hari pertama memasuki perkuliahan. “Kak! Ayolah! Kalau mau jadi donatur tetap, jangan ngajak-ngajak kami, Kak!” rong-rong si ketua kelas. Mereka baru semester tiga. Perjalanan mereka dalam meraih toga masih sangat panjang, sedangkan ancaman mengulang mata kuliah yang belum dicecap sudah tampak di depan mata. “Minggat lo, Nyet! Nasib gue ikutan dipertaruhin nih!” Sembur Anya galak. Kakinya menendang-nendang kursi yang Flora gunakan duduk. “Cepetan pe’ak! Si Udin udah melotot-melotot tuh!” “Satu!” “Dua!” “Kita gebukin aja ini dua anak, Gaes!! Nggak bener emang! Masa demi ngeliatin dosen mau bikin kita semua ngulang!” Padahal Kamarudin Hasan tidak setampan itu. Dimatanya saja, pria itu tak ubahnya pemuda-pemuda kampung lainnya. “Iy-Iya Paaak!!” teriak Angel langsung lari tunggang-langgang. Desas-Desus pembantaian sudah terdengar. Adik tingkatnya menyambut ajakan Anya untuk menganiaya mereka. Masa yang mulai riuh membuat Angel mengalah saja. Ia masih sayang nyawa. “Sudah!” Kamarudin memukul-mukul mejanya untuk menarik atensi mahasiswanya. “Perhatikan layar! Setiap sesi pertemuan saya, saya akan memberikan kuis. Persiapkan diri kalian dan ikuti kelas saya dengan benar. Jika tidak, siap-siap kalian mendapatkan nilai F!” Dibalik wajah tampannya, Kamarudin Hasan terkenal sebagai dosen killer di kelas. Pria tiga puluh empat tahun itu tidak pernah bermain-main dengan ucapannya. Setiap rules yang dirinya buat wajib untuk diikuti. “Pak Udin!” Anya mengangkat tangannya. Panggilan yang gadis itu sematkan membuat seluruh mata memandangnya dengan ekspresi keterkejutan yang kentara. “Nama saya Kamarudin, Anya Calista! Harap menyebutkannya dengan benar!” Koreksi Kamarudin mengirimkan kilat permusuhan kepada mahasiswinya itu. Anya mengedikan bahunya— tak merasa bersalah meski ia tahu panggilannya selalu bisa menyinggung sang dosen. “Ada Udinnya kok. Saya nggak salah lah!” Ungkapnya membela diri. “Tolong dijelaskan dulu cara main ikut kelas Bapak. Saya nggak mau ya, kalau tiba-tiba dapet F lagi. Di matkul Bapak doang nih saya dikira begok sama papa saya!” Satu serangan sudah Anya loloskan. “Ah, maafkan saya! Gara-Gara keberadaan senior terhebat kalian, saya jadi lupa membagikan peraturan-peraturan yang harus kalian taati!” Nahasnya, serangannya dikembalikan dengan begitu cepatnya, membuat Anya mendengus. Kamarudin Hasan— pria itu memang tak pernah selesai mencari perkara. Setiap ada dosen kampret itu, sudah bisa dipastikan hari-harinya di kampus akan semalang kehidupan pribadinya di rumah sang papa. “Untuk absensi, seperti dosen lainnya, saya menerapkan 25% ketidakhadiran. Kalian boleh menggunakan persentase tersebut untuk sakit, kucing meninggal, terserempet delman, air keran tiba-tiba mati. Silakan!” Di atas pahanya, Anya mengepalkan jari-jarinya. Ia ingat sekali setiap kalimat yang Kamarudin keluarkan. Itu merupakan alasan-alasan yang dirinya buat setiap kali meliburkan diri dihitungan ke empatnya. “Namun jika melebihi batas itu, saya tidak akan memberikan toleransi! Sekarang saya akan membahas jam masuk. Kalian diwajibkan berada di kelas tiga puluh menit sebelum perkuliahan berlangsung, telat satu detik, kalian bisa kuliah di DPR.” “Dimana itu, Pak?” tanya salah satu mahasiswi. “Dibawah pohon rindang parkiran! Tempat kakak senior kalian tidur ketika saya usir dari kelas!” “a*u!” Pekik Anya tertahan. Dirinya baru melancarkan satu serangan dan pria itu sudah beberapa kali membalasnya. “Kak, lo nggak ada takut-takutnya perasaan sama Pak Kamaru?!” bisik junior disamping Anya. Sedari tadi ia telah memperhatikan gerak-gerik Anya. Gadis itu tak memiliki gurat takut meski dikonfrontasi habis-habisan oleh dosen mereka. Dia justru terkesan menyambut pancingan sang dosen dengan keributan baru. “Dih ngapain takut sama dia! Lagian lo kira aja kenapa doi keliatan sebenci itu sama gue!” Anya memiringkan bahunya, “gue kasih tau,” mumpung Kamarudin sedang fokus dengan penjelasannya, Anya akan merekrut anggota-anggota baru ke dalam komunitas pembenci Kamarudin besutannya. “Gue pegang kartu as-nya,” Anya pun berbisik, “dia tuh ketahuan homo sama gue! Semalem gue liat dia cipokan sama batangan di kelab!” “Hah?! Serius ini Kak?” Anya menganggukkan kepalanya berulang kali. “Suer tekewer-kewer,” ucapnya menunjukan dua jarinya supaya terlihat lebih menyakinkan. “Gue aja shock berat! Ampe keder gue, saking nggak nyangkanya!” “Pantesan dia kalau sama cewek keliatannya anti banget Kak. Padahal dia yang deketin banyak kan. Tapi nggak pernah ada gosip skandal sama cewek! Kecuali sama lo sih!” “Ya karena doi pelang..” “ANYA CALISTA! Sedang apa kalian dibelakang sana?! Menceritakan kejadian semalam eh?” Anya ngedikkan dagunya, ‘kan? apa gue bilang!’ tuturnya, berisyarat. “Wanjay, bener!”

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
190.0K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.6K
bc

My Secret Little Wife

read
97.6K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.2K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook