Kerja Sama

1670 Words
"Lepass!" Cici berhasil melepaskan bekapan tangan Amaya dari separuh wajah bagian bawahnya, termasuk bibirnya yang sudah cantik dengan polesan lipstik merah muda. "Apaan sih, May!? Tangan kamu kotór dan baù! Ihhh..lipstik aku jadi berantakan! Wajahku yang bersih dan glowing ini jadi ternodái karena kamu!" kesal Cici. Untung saja tadi Amaya buru-buru menyeret tubuh Cici ke belakang. Setidaknya bila terjadi pertengkaran seperti ini. Aman. Tidak akan terdengar Pak Bos. Tadi sebelum pergi, Amaya amati, Raiden berjalan mendekat ke meja Respati. Mungkinkah sepagi ini akan terjadi perang antar saudara? Astaga..matahari saja belum sepenuhnya muncul! 'Mau berantem, kek. Main dakon, kek. Bukan urusan kamu, Amaya! Memangnya kamu siapa, hei!? Urus saja urusanmu dengan Si Bibir Lancip ini, Amaya!' "Makanya kalau punya mulut jangan ember, Cici. Untung aja tadi Pak Raiden enggak tau. Coba kalau tau, pasti langsung salah paham! Kan udah aku jelasin kalau Pak Respati cuman bercanda soal panggilan 'Sayang' itu. Kami teman lama yang akhirnya dipertemukan kembali. Jadi yaa candaannya kayak gitu. Masih wajar, kok. Lagian manggil 'Sayang' bukan berarti punya perasaan 'Sayang', Cici." Amaya berusaha mengelak seperti bajaj yang baru diisi bahan bakarnya! Gass terus!! Dengan membeberkan kebohongan yang menggelikan. Teman lama darimana!? Yang ada musuh dari lama! Sejujurnya Amaya geli saat menerangkan bahwa Respati hanya bercanda, karena si berengsek itu tidak pernah main-main soal apa yang akan ia lakukan. Semalam salah satu buktinya. Dimana Amaya kembali disentuh-sentuh oleh tangan nakalnya. Sampai detik ini jejak sentuhan itu masih terasa ada. Membuat Amaya bergidik ngeri.. "Tapi aku masih ENG-GAK-PER-CA-YA." Cici dengan mata melotot mengeja dan menekankan dua kata terakhirnya. "Mana ada bercanda manggil 'Sayang'!? Bye!" "Cici!?" Seperti sebelum-sebelumnya, Si Cici juga titisan ular. Licin. Langsung kabur begitu saja! Amaya yang sedikit frustasi menghadapi Cici hanya bisa mengacak rambutnya dan berusaha tidak peduli. "Arrghh..suka-suka si Cici lah! Mulut embernya emang udah bawaan dari lahir. Mau aku tutup rapat pun, si Cici bakal tetep bikin siaran." "Aku cukup tebalin muka sama pura-pura tulí aja, beress!" putus Amaya di puncak frustasinya. Mata tajam Amaya lantas terpaku pada saudara kandung yang sedang terlibat perbincangan serius di depan sana. Karena jarak Amaya berdiri dengan keduanya sangat jauh, Amaya tentu tidak bisa mendengar apa yang sedang keduanya perbincangkan. Entah, mereka membahas teori konspirasi telur bulat atau telur titan sekalian? Amaya tidak peduli! Yang jelas, Amaya kesal pada salah satu dari mereka. Mengepalkan kedua tangannya di bawah sana, Amaya lantas bergumam dengan tatapan tajam menghunus salah satu objek. "Pokoknya semua ini salah Bapak. Kenapa sih, kita harus ketemu lagi? Enggak cukup apa empat tahun yang lalu Bapak menghancurkan hidup saya?" Sementara itu, di meja Respati, akhirnya Respati dihampiri oleh seseorang yang sedang dicarinya untuk suatu urusan penting. Mengenai bisnis peninggalan orang tua. Sedikit mengejutkan, tapi Respati mencoba biasa saja. Setidaknya, Raiden masih bersedia repot-repot mendatanginya. Meski raut wajah yang Raiden tunjukkan benar-benar tidak ramah bintang nol. "Ada urusan apalagi kamu kemari? Sepagi ini? Mau minta sarapan?" tanya Raiden dengan ketus. Hal seperti ini telah Respati duga akan keluar dari bibir pedas adiknya. Jadi, Respati sudah mempersiapkan jawabannya. "Itu tau! Kamu memang adik yang paling mengerti kakaknya. Terima kasih, Dik." Respati terkekeh kecil tanpa dosa. Membuat Raiden yang eneg menyeletuk, "Cih. Mau muntáh." "Langsung saja! Mau apalagi? Apa belum puas kemarin kamu menjadikanku samsak hidup, hah? Tenang saja..aku masih hidup. Tonjokkanmu itu tidak seberapa. Biasa saja." Masih terkekeh kecil, kali ini Respati menggeleng-gelengkan kepalanya. Menunjukkan akting herannya. "Oh ya? Jadi sudah siap untuk ronde berikutnya?" "Dasar gilà," hiná Raiden dengan wajah memerah. Kakaknya benar-benar gilà. Di dunia ini, mana ada seorang kakak yang hobi menghajár adik kandungnya sendiri? Kalau ADA, ya hanya RESPATI GEMBLUNG ARARYA! "Bercanda," kata Respati menyudahi kekehannya. Tapi Raiden malah serius menanggapinya. Pria itu melipat kedua tangannya di depan, menoleh ke samping seolah enggan menatap kakaknya yang gilá itu, lalu membalas, "Aku tidak punya waktu untuk bercanda. Aku sibuk." Baiklah. Sudah saatnya Respati serius dan mengutarakan niat kedatangannya kemari sepagi ini. Tentu, tidak hanya untuk memastikan kondisi Amaya baik-baik saja setelah insiden kelepasan Respati semalam. Ada yang lebih penting yakni, BISNIS. "Ayo kita kerja sama, Dik! Kamu harus mau. Bukankah kita mempunyai tanggung jawab yang sama yakni, menjaga peninggalan orang tua kita?" Respati terus terang mengajak adiknya bekerja sama. Ajakannya itu tidak terlontar begitu saja. Melainkan, terdapat rencana luar biasa dibaliknya yang semalaman sudah Respati pikirkan. Selain memikirkan sedikit rasa bersalahnya pada Amaya, karena mencium paksa dan lain-lain, uhukk! Pemilik REST'Villa itu optimis bahwa rencana cemerlangnya kali ini pasti akan berhasil. Apabila sang adik bersedia bekerja sama, dalam rangka membantu meramaikan kembali villanya yang diviralkan berhantu. "Kalau susah saja, kamu cari aku. Pas senang, kemana? Ke bar? Minum-minum? Ngobát sekalian? Dasar kakak enggak tau malu." Dari sekian kalimat pedas yang keluar dari bibir Raiden, hanya satu kata yang membuat Respati bahagia--'Kakak'. Jadi Raiden mulai mengakuinya sebagai saudara kandung? Sebagai kakak? Ah..senangnya hati Respati. "Terima kasih sudah mengakui Kakak. Kakak siap kamu hiná. Asal kamu menerima tawaran kerja sama ini." Senyum tipis nan tulus Respati tampilkan. Ini cara terakhirnya untuk membujuk sang adik agar mau diajak bekerja sama. Mendapati Raiden hanya membisù, Respati segera membeberkan rencana terbaiknya. "Begini, rencananya Kakak ingin memberi promo penyewaan REST'Villa di kota ini sepaket dengan jamuan makan pagi-siang-malam. Menarik bukan? Nah, untuk mewujudkan rencana itu, Kakak mempercayakan makanan yang diolah dari Rumah Makan SANJUNG RASA milikmu ini. Terus terang, banyak sekali yang ingin menjatuhkan Villa peninggalan orang tua kita yang saat ini Kakak kelola. Termasuk, berita mengenai Villa berhantu yang membuat REST'Villa sepi penyewa. Jadi, Kakak harus berhati-hati dan bersedia merogoh kocek lebih dalam untuk menarik para penyewa. Intinya, demi mengembalikan semuanya seperti sediakala. Kamu bersedia 'kan membantu Kakak?" "Setelah masalah REST'Villa di kota ini selesai, kamu akan pergi dari kota ini?" "Itu mau kamu?" tanya balik Respati dengan raut wajah datar. Pria itu memendam amarahnya karena sebuah fakta. Fakta tentang sang adik yang benar-benar tidak menyukai kehadirannya. Padahal, tragedi kecelakaan yang menimpa kedua orang tua mereka merupakan takdir Yang Maha Kuasa. Bukan salah Respati. Dengan santai, Raiden tersenyum miring dan menjawab, "Ya begitulah.. Tiap dekat kamu, aku selalu sial. Jadi lebih baik aku jauh dari kamu." Satu kata yang terngiang-ngiang di kepala Respati saat ini, TERSERAH. Respati akan mengikuti adiknya. Tidak masalah dibenci karena kesalahan yang bukan salahnya. Asal Raiden bersedia membantu menyelesaikan permasalahan villa peninggalan orang tua mereka ini. "Deal! Kakak akan pergi setelah masalah REST'Villa di kota ini beres." "Ok. Mulai kapan promonya?" "Besok." "Mendadak sekali," lirih Raiden. "Menurutmu, bagaimana Dik?" Respati mencoba meminta pendapat adiknya. Walau tidak yakin adiknya itu bersedia memberikan pendapat. Bersedia diajak bekerja sama saja penuh keterpaksaan. Semua tergambar jelas dari raut wajah tidak mengenakkannya. Namun, Respati tertampar karena pikiran negatifnya. Nyatanya Raiden bersedia memberi pendapat. "Menurutku, lebih baik kamu buktikan dulu bahwa berita soal REST'Villa berhantu itu merupakan berita palsu. Setelah itu, baru adakan promo." Walau tetap saja, diakhir Raiden menghinànya. "Gimana, sih!? Punya oták mbokya difungsikan. Kebanyakan minum sama ngobát, sih! Paling bener ngemil ciki aja, Boss! Lima ratusan!" 'Kamu sebenarnya peduli pada Kakak. Hanya saja..caramu menunjukkan kepedulian itu sangat spesial, Dik.' "Baiklah. Kakak terima saranmu! Terima kasih sudah mau membantu Kakak. Saudara kandung seharusnya ya begini, saling membantu." Raiden tak memperdulikan ungkapan terima kasih kakaknya. Yang jelas, saat ini ia bangga karena pada akhirnya sang kakak yang dulunya sangat sombong dan egois, mau merendahkan egonya untuk meminta bantuannya. Itu sungguh menjadi kebanggaan tersendiri untuk Raiden. Walau rasa benci Raiden atas keburùkan kakaknya di masa lalu sampai merenggut nyawa kedua orang tua mereka, masih bertahta. Tapi untuk sekarang, Raiden bisa membedakan mana bisnis, mana urusan pribadi. Toh, tidak ada ruginya. Justru Raiden bisa meraup untung besar. Raiden akan menjual menu makan pagi-siang-malam dengan harga tinggi. Dua sampai tiga kali lipat dari harga normal atau harga yang tertera di buku menu rumah makannya. Baru membayangkannya saja, Raiden sudah senang tak terkira. Apalagi nanti saat melakukan aksinya! "Oh ya, berarti kamu bersedia 'kan menemani Kakak membuktikan bahwa REST'Villa di kota ini tidak berhantu?" Kesenangan Raiden seketika berubah menjadi bencana. Ini sih, bencana yang datang tak terduga! Di luar perkiraan BMKG. Tentu Raiden menolaknya mentah-mentah, "GILÁ! Ogah!! Aku sibuk!" "Takut, heh?" goda Respati. Raiden yang telah lama tinggal di Yogya mungkin mulai mempercayai hal-hal berbau mistis. Tidak bisa dipungkiri bahwa kota ini memang masih kental dengan adat istiadat. Maka dari itu, Raiden langsung pucat saat diminta Respati menemani membuktikan. "E-enggak! Enak aja!" elak Raiden. Padahal raut wajahnya yang pucat itu langsung bisa membuktikan bahwa dirinya takut dengan hantu dan anak-anaknya. "Ya bantulah.." kata Respati dengan santainya. Tapi Raiden tetap kukuh, enggan membantu untuk perkara yang satu ini. "Beneran aku sibuk! Besok aku mau keluar kota. Mau ngecek persiapan untuk pembukaan rumah makanku." Ia bahkan mempercepat keberangkatannya ke Bali. Yang seharusnya tiga hari lagi, menjadi besok. Raiden kembali merinding saat mengingat video yang pernah ditontonnya saat senggang. Video itu merupakan review jujur salah seorang youtuber mengenai REST'Villa Yogya yang menjadi sarang hantu. Entah, gerbang dimensi lima atau enam! Raiden tidak peduli! Yang terpenting, dia harus bisa menghindar dari kengerian itu.. Saat Respati hanya diam dan mungkin sedang mengerti kesibukan adiknya. Lagi-lagi sang adik malah menyombongkan pencapaiannya. "Ekhm! Makin sukses 'kan aku? Jangan iri!" Respati tersentak dan langsung memuji kehebatan adiknya. Sungguh. Sebuah pujian yang tulus dari seorang kakak kandung. "Hebat! Siapa juga yang iri? Justru Kakak bangga sama kamu, Dik." "Oh ya?" "Iya lah! Semoga Rumah Makan SANJUNG RASA segera buka cabang ketiga dan seterusnya." "Yang kedua aja baru persiapan! Sabar!" pekik Raiden. Kepalanya seketika berasap. Mengurus pembukaan cabang kedua saja, sudah puyeng. Apalagi selanjutnya!? Akan ada saatnya nanti Raiden meminta bantuan Respati. Seperti yang Respati lakukan hari ini. Hitung-hitung, balas jasalah. Lagipula, REST'Villa sudah ada di beberapa kota. Terutama kota-kota dengan pesona wisatanya yang begitu indah, memanjakan mata dan jiwa. "Kamu bentak-bentak Kakak terus. Sesekali yang halus dan sopan ngomongnya," nasehat Respati, berharap dengan adanya kerja sama ini akan mengawali hubungan baik seperti dulu. Yaa, sebatas harapan seorang kakak yang menginginkan kembalinya kehangatan di masa indah dulu. Saling menyayangi dan menjaga. Betapa bahagia dan tentramnya hidup ini.. Tapi balasan sang adik tetap amat menyebalkan. "Maaf. Aku bukan Putri Keraton Yogya!" ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD