Mi pulang dari Masjid setelah sholat Isya dan ketika dia sampai di rumah, Rumah keluarga Om-nya tentu, semuanya sedang menikmati makan malam.
"Mi! Sekalian sini!" panggil Om Tatak.
Mi pun tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Tanpa berganti baju dan melepas sarungnya Mi langsung menuju meja makan.
Sebuah pemandangan unik terlihat di meja makan ini sekarang. Om Tatak mengenakan kaos oblong dan celana pendek. Tante Ita mengenakan kaos longgar tanpa lengan. Tsania memakai kaos ketat kekecilan yang membuat payudaranya membusung ke depan. Dan Mi yang memakai sarung lengkap dengan kopyahnya.
Mi sudah hampir sebulan tinggal bersama keluarga Om Tatak, tapi sampai saat ini, dia masih belum terbiasa dengan gaya berpakaian mereka. Terutama gaya berpakaian Tante Ita.
Tante Ita sering memakai kaos tanpa lengan saat di rumah tapi bukan itu yang membuat Mi risih. Mi tahu kalau Tantenya itu tak pernah memakai bra di balik kaosnya.
Ada sesuatu yang tercetak jelas di bagian luar kaosnya. Milik Tante yang tak begitu besar tapi masih kencang itu juga dapat terlihat saat Tantenya membuka atau mengangkat lengan tangannya.
Mi tentu saja risih.
Mi seorang remaja laki-laki yang mulai mendekati masa pubernya. Tentu normal kalau dia memiliki nafsu dan dorongan birahi saat melihat anggota tubuh lawan jenisnya. Tapi setiap itu terjadi tanpa sengaja, Mi akan selalu menundukkan kepala dan membuang jauh-jauh pikiran kotor yang berusaha muncul di kepalanya.
Lain halnya dengan Tsania. Mi tanpa sadar menganggap Tsania seperti adik kandungnya, karena dia juga memiliki seorang adik perempuan di kampung yang seusia dengan Tsania. Sekalipun Tsania menggunakan pakaian yang kurang sopan, Mi tak pernah merasakan dorongan itu.
Sama seperti sekarang, Mi hanya bisa menghabiskan santapannya dengan menundukkan kepala tanpa berani menoleh ke arah depan. Karena setiap kali Tante Ita menyuap nasi ke mulutnya ataupun mengambil lauk dari meja, Mi bisa melihat dengan jelas apa yang tersembunyi di balik kaos Tante Ita.
Mi mengeluh dalam hati.
"Kenapa keluarga Om Tatak tak seperti keluargaku?"
Mi kembali ke kamarnya setelah selesai makan. Tempat paling favorit dan aman baginya di rumah ini.
=====
Suara desah keenakan terdengar dari kamar tidur utama rumah ini. Di dalam kamar yang bernuansa remang-remang tanpa penerangan utama itu, sesosok tubuh laki-laki sedang berada di atas tubuh seorang wanita.
Dari bayangan samar yang terlihat di dinding kamar karena sinar lampu taman di luar sana, si laki-laki terlihat sedang menggerakkan bagian bawah tubuhnya dengan cepat, membuat salah satu bagian anggota tubuhnya bergerak keluar dan masuk ke tubuh wanita yang ada di bawahnya.
Mereka adalah Tatak dan Ita.
Seiring berjalannya waktu, desahan Ita makin terdengar liar dan tak terkendali. Ita memeluk Tatak erat dengan tangan kirinya, lalu menggunakan tangan kanannya untuk menjambak rambut suaminya sendiri. Tatak tahu jika sang Istri sebentar lagi akan mencapai tujuannya.
Tatak semakin cepat menggerakkan tubuhnya.
Pelukan Ita makin erat, lalu tiba-tiba tubuh Ita melenting ke atas sambil mengepitkan kedua kakinya ke pinggang sang suami. Tubuhnya mengejang-ejang tak beraturan dengan kedua tangan masih erat memeluk tubuh suaminya.
Tak lama kemudian, tubuh Ita terkulai lemas di atas kasur. Dia tersenyum penuh kepuasan dalam remangnya kamar. Sayang sekali Tatak tak bisa melihat senyuman di bibir istrinya saat ini.
Selama ini, ada satu rahasia yang tidak pernah diberitahukan Ita kepada geng rempongnya. Alasan sebenarnya kenapa Ita tak pernah meminta cerai ke suami yang orang kampung. Dan saat inilah alasannya.
Tatak bisa memberikan Ita kepuasan diatas ranjang. Sekalipun Tatak tidak ganteng dan kulitnya hitam khas orang kampung, tapi dia jauh lebih perkasa dan lihai jika dibandingkan para brondong bayaran yang emak-emak rempong sewa tiap bulan untuk dijadikan obyek arisan.
Lalu kenapa Ita masih saja terus melanjutkan hobinya jika memang dia sudah mendapatkan kepuasan yang dia inginkan? Semua itu hanya demi menutupi gengsinya di depan grup emak rempongnya.
Beberapa menit setelah Ita terkulai lemas, Tatak terlihat mulai bergerak untuk mencari kenikmatannya sendiri. Dia seolah tak peduli, walaupun Ita saat ini seperti gedebog pisang yang hanya terlentang tak bergerak di atas ranjang.
Tatak menutup matanya, entah bayangan siapa yang sekarang ada di kepalanya. Tapi sosok itu jelas membantu Tatak mendapatkan kepuasannya, karena Ita sama sekali tak memberikan rangsangan dan reaksi yang dia inginkan. Setelah semuanya selesai, tanpa berkata-kata, Tatak merebahkan dirinya di samping istrinya dengan napas terengah-engah.
Ita hanya terdiam dan membiarkannya.
"Ma, Papa mungkin besok malam ada urusan keluar kota selama beberapa hari," bisik Tatak.
"Mau kemana lagi?" tanya Ita.
"Mau cari supplier ke Surabaya," lanjut Tatak.
Ita terdiam sebentar lalu menganggukkan kepalanya dan menoleh ke samping.
"Tsania katanya juga ada kemah di SMA-nya, terus Mama sama siapa di rumah?" tanya Ita.
Tatak tersenyum, "kan ada Mi. Nggak sendirian lagi kayak dulu kan?" jawab Tatak.
Ita hanya terdiam.