The Magic Arrabella

1663 Words
Siang itu, Prilly bertemu dengan Arrabella di temani Nirmala Larasati asisten pribadinya. Terlihat mereka membicarakan hal yang serius. “Pri, lo itu cakep loh, kenapa lo gak coba manfaatin milik pacar lo aja?” Prilly menghela nafas sembari menikmati kopi Americano pesanan miliknya. “Gue itu gak mau terlihat azas manfaat banget.” “Dih! Bodo amatlah, dari pada gini, lo ngemis sana-sini dan belum tentu dapet?” Arrabella menoleh kearah Nirmala mencari suaka. “Bener gak Nirmala?” Nirmala hanya nyengir kuda. “Gue cuma butuh satu sampai tiga job yang rada mentereng, abis itu gue bakalan makan itu pacar gue. Gue gak mau lo di anggep keluarganya gara-gara hubungan kami makanya gue terkenal. Nah, makanya gue temuin lo. Minta tips ama lo yang udah berhasil dari sentuhan mas Rino…” Arrrabella tertawa terkekeh mendengar permintaan dari sahabatnya “Lo mau tau rahasia gue sukses?” Prilly sontak mengangguk, “iya, dong. Wajib malah.” Wajahnya penuh ambisi hingga membuat Arrabella tersenyum. “Tapi, lo harus siap putus dari Demian…” penjelasannya membuat Prilly terkejut. “Loh! Kenapa?” “Karena untuk rentan waktu semiggu dua minggu atau sebulan dua bulan mas Rino masih oke nih liat kita jalan ama pacar kita. Tar lama-lama mas Rino bakalan mulai ga suka. Dan lo jangan sampai buat mas Rino yang udah mau ama lo, trus mau lo sia-siain gitu aja…ingat, kesuksesan lo di dunia hiburan tergantung mas Rino kalau lo gak punya akses VIP….” Prilly tampak menarik nafasnya. Lalu Arrrabella menepuk bahu sahabatnya. “Jangan kawatir, ketika kita udah di atas, Demian bakalan balik kok ama lo. Kaya gue. Kita udah gak ama mas Rino nih, karena kita sibuk. Dan mas Rino udah ketemu mainan baru. Sedangkan kita udah terkenal. Yaudah, impas! Mas Rino puas, kita pun terkenal. Dan mantan-mantan kita bakalan minta balikan kok dengan mudah. Semua sekarang di tangan aku. Jadi, deket ama mas Rino itu jalan menuju lo ratu. Di gilai fans, trus di incer sutradara, di tunjuk jadi Brand Ambasador tanpa seleksi. Trus cowok-cowok? Bakalan ngejar. Percaya ama gue.” “Serius, lo? Demian bakalan balik lagi ke gue kalau kita putus?” Sorot mata kawatir milik Prilly menatap ke arah Arrabella yang mengangguk penuh keyakinan. “Gue jamin, dengan lo ambil jalan pintas deketin mas Rino, lo bakalan aman dalam semua hal. Yang penting lo jangan serakah, udah itu koncinya…” “Maksudnya gimana?” “Ya kaya gue bilang tadi, selagi fokus ama cita-cita lo yang pengen populer, lo fokus aja deketin mas Rino dan halalin segala cara. Termasuk lo kudu korbanin hubungan lo ama Demian. Jangan sok peduli ama Demian di depan mas Rino. Bahaya. Fokus satu-satu tujuan lo. Pasti bakalan kaya gue. Ini gue padet banget jadwal tau. Gue sisipin kesini demi lo…” “Ahh…makasih. Emang lo bestie gue banget, lo. Tenang, tar kalau gue udah nikah ama Demian, lo bakalan gue jadiin brand ambasador seumur hidup. Tenang….” Janji Prilly dengan manis tersenyum kearah Arrabella. Akhirnya mereka berpisah dan pulang kerumah masing-masing, hingga ke-esokan harinya. Prilly di temani Nirmala tampak menuju ke tempat seleksi pemilihan brand ambasador pakaian dalam. “Inget, Ly. Lo kudu tampil sempurna dan buat mas Rino mau motret lo. Dengan begitu lo bakal sukses dan bisa naik pamor lo sebagai model. Kalau perlu goda dia buat mas Rino tertarik ama lo, terserah gimana usaha lo, halal atau haram. Sekarang yang penting tujuan lo. Kalau tujuan lo terkenal, ya lo halalin segala cara, yang penting mas Rino mau motret lo. Dan lo jadi anak didik mas Rino. Dengan begitu lo bakalan terkenal…” Sebuah pesan singkat yang baru saja terkirim dan membuat Prilly terus berfikir keras. ‘Gimana aku menggoda mas Rino? Kalau dari segi skill, jujur skill modelku nol besar. Aku bisa terjun ke dunia hiburan berkat Demian. Sebelum bertemu Demian aku hanya kontestan yang gagal. Jadi gunakan kesempatan ini demi membuat Demian semakin yakin milih aku sebagai wanita yang akan di nikahi, dan kuncinya aku harus terkenal’ Prilly menarik nafasnya ketika menunggu seorang fotografer yang mendapat julukan si Tangan Dewa. Karena setiap model yang sudah bekerja sama dengan mas Rino dan masuk ke dalam naungan Rino Motret maka bakalan melejit namanya di dunia hiburan tanah air. “Ly, kenapa kamu tegang banget. Mas Rino udah mau nyampe kok, santaii…” taya Nirmala sebagai asisten pribadi Prilly. Prilly menoleh sembari menggigit ujung kuku tangannya karena memang dirinya benar-benar tak percaya bahwa mas Rino menawarinya sebagai model sebuah pakaian dalam brand ternama Amerika.“La, aku nerveous banget ketemu orang sehebat ams Rino…” “Udah santai aja, kan mas Rino yang ngajakin kolaborasi ini…” Prilly menarik nafasnya panjang lalu menghembuskannya perlahan. “Masalahnya info dari Lucas, mas Rino ini milih beberapa model, dan yang beruntungnya salah satunya itu aku. Jadi, aku takut kalau aku gak kepilih di audisi ini. Ini brand terkenal, La. Dan aku mendambakan jadi model terkenal biar Demian itu makin bucin ama aku. Selama ini aku banyak bohongin dia…” “Yaudah, sesuai intruksi Arrabella aja. Gaet hati mas Rino. Terserah kamu gimana, mau ajakin tidur kek atau gimana…halal bukan kalau menurut Arrabella. Toh sama pacar juga kita tidur, nah benefitnya apa kalau tidur sama pacar? Kalau sama mas Rino, jaminan kamu terkenal…” Prilly dengan refleks memukul jidat Nirmala. “Kamu pikir mas Rino semurahan itu? Wong aku pernah dengar, ada model yang di usir hanya karena dia mencoba menggoda mas Rino.” “‘Ya kamu halus—lah mainya, bego!” “Gimana??” Prilly melotot menatap Nirmala yang memang sahabatnya semasa sekolah menengah atas. “Pakai otak kamu lah. Gimana biasanya godain cowok-cowok, ya gitu buaut. Intinya mas Rino juga manusia normal, dia pasti tergoda apalagi kamu itu…hemmm…legittt…” “Legit gigi lo gendut!” Semprot Prilly lagi dan candaan mereka berhenti ketika seorang pria berambut sebahu dengan hidung mancung, dan mata tajam memasuki kamar yang memang di siapkan untuk pengambilan gambar. “Hai. Sudah lama?” Mas Rino menyapa dengan sedikit senyum tersungging di bibirnya yang tipis. “Gak, Mas. Baru kok…” sapa Prilly ramah. “Ehh! Kamu sudah ganti kostum?” Mas Rino melirik Prilly lalu membuka tas yang di bawa oleh pria di sebelahnya Reno. “Nyoba-nyoba aja tadi, Mas…”Prilly ramah. “Good, gak pa-pa.” Jawab mas Rino dengan suara dingin tanpa melirik kearah Prill sama sekali Prilly hanya nyengir kuda, menampilkan deretan giginyya yang rapi. “Yuk kita mulai. Ready bukan?” Suara itu membuat jantung Prilly seperti mau copot. “O-oke, Mas…” Prilly tergagap. “Paham materi bukan?” Tanya mas Rino lagi masih terkesan cuek, mungkin begitu pembawaannya, pikir Prilly dalam hati. “Paham Mas. Kita pemotretan katalog pakaian dalam, bukan?” Meski di penuhi rasa takut, tapi Prilly mencoba memberanikan diri untuk berinteraki dengan sang fotografer terbaik Indonesia itu. “Good. Oke, kamu sudah paham. Kita mulai. Ready?” “Re-ready, Mas…” Prilly mulai terlentang di atas kasur empuk dengan beralaskan sprey berwarna putih. Sorot lampu mulai di nyalakan oleh dua orang asisten mas Rino, dan mas Rino mulai mendekatkan camera ke matanya. Seolah sedang melafal mantera, mas Rino kini berubah menjadi pria yang sangat mengagumkan di balik camera lensa panjang dengan kualitas sempurna itu. Dia dengan fokus mengarahkan lensa tepat ke tubuh Prilly yang sedang terbaring dengan pose menggoda di atas ranjang. Beberapa asisten mas Rino tampak menelan ludah melihat kemolekan tubuh Prilly yang putih mulus dengan bentuk d**a sempurna dan memang dia sangat cocok jika mendapat job pemotretan pakaian dalam wanita brand Amerika ini. Lampu blitz kamera dari tangan mas Rino mulai menyala berkali-kali, tapi dia tampak menautkan dahi melihat hasil yang telah dia jepret. “Ckk!” Keluhnya mulai memasang wajah masam, hingga membuat Prilly semakin buyar konsentrasinya. Wajah Prilly ikut menegang seperti ketakutan. “Ly, busungkan dikit dadanya biar lebih menantang dong, trus coba ekspresi kamu buat pasrah menggoda gitu…” pintu sang fotografer membuat Prilly kembali menarik nafas. “Gini, Mas?” Prilly mulai melakukan seperti yang di perintahkan sang fotografer. “Gak gitu…kamu ini kan lagi iklan bra sama underwear kalau pose kamu kurang menantang mana ada yang istimewa. Kudu terlihat menarik. Masa kudu aku contohin…” keluh sang fotografer mulai lelah mengajarkan sang model yang terlihat sengaja memancing amarahnya. “Kalau gini, gimana dagangan orang mau laku. Percuma dong di bayar mahal nantinya…” imbuhnya mulai kesal. “Reno. Coba kamu ajarin dulu, aku mau ngerokok bentar…” mas Rino terlihat menaruh camera dan meraih handuk kecil lalu melangkah keluar meningalkan area pemotretan dengan mendengkus kesal. “Mas Rino marah ama aku ya, Ren?” Prilly meraih outer untuk menutupi tubuh indahnya dan meneguk segelas infused water yang di siapkan oleh asisten pribadinya. “Kamu kenapa lambat ngikuti intruksi mas Rino? Kamu tahu bukan, untuk menjadi model papan atas dan selalu eksis kamu itu wajib berguru ama mas Rino. Model-model jebolan sentuhan tangan Dewa mas Rino itu emang semua pasti sukses. Kamu lihat Sandra, Devara, Renata, Delilah, Mayori, Defana, Indah Pertiwi, Farida Nurhayati. Dan masih banyak lagi. Mereka itu sekarang lihat jadi apa? Kamu kudu cepet nangkep gimana mau mas Rino, Prilly…” geram Reno mengepalkan tangannya dengan geram. “‘Mas Rino tadi mau aku gimana sih telentangnya?” Prilly menatap kearah Reno karena memang kurang paham dengan perintah sang fotografer ternama. “Kamu buat pose menggoda, sensual atau apalah itu namanya….” “Gimana?” Prilly membuka kembali outernya lalu kembali telentang di atas ranjang dan mempraktekkan gaya yang di minta sang fotografer yang memang terkenal disiplin dan keras itu. “Itu kesannya kamu cuma mau tidur pake bra dan under wear doang. Kaga menjual banget posenya, Ly. Duhh…” keluh Reno dengan menggaruk kepalanya yang tak gatal. “Coba kamu sini deh, tunjukin gaya yang emang pas, coba aja sentuh aku sini…” Reno dengan sigap mendekat kearah Prily yang telentang. “Gini lohhh…” geram Reno yang tanpa sengaja menyentuh kulit mulus Prilly, hingga membuatnya menelan ludah karena ada yang meronta seiring dirinya bersentuhan kulit dengan Prilly.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD