Bab. 37 Mengikuti Mulin Diam-diam

1209 Words
Pagi ini Aqila duduk termenung sendiri di meja makan dengan pandangan menerawang. Di hadapannya hidangan sarapan sudah tersaji dengan begitu nikmat dan hangat. Namun, sampai saat ini kedua tangan Aqila masih saja enggan menyentuhnya sedikit pun. Pikirannya yang masih kacau lantaran terus mengingat-ingat gumaman Mulin semalam. Membuat selera makannya tiba-tiba menghilang. Tak lama kemudian terdengar suara langkah kaki Mulin dan langsung disusul dengan sapaan dari lelaki itu dengan sangat mesra. "Pagi, Sayang," ujar Mulin sambil memeluk Aqila dari belakang. Aqila pun sedikit terkejut karena dia sedang melamun. "Eh, kamu sudah bangun," balasnya. "Heem. Kenapa kamu nggak bangunin aku?" tanya Mulin sambil mengelendot manja di leher Aqila. "Abis. Aku liat kamu lembur di office room sampai malem. Makanya aku nggak berani gangguin tidur kamu," jawab Aqila berbohong. "Oh, begitu." Mulin pun melepas pelukannya. Sehingga membuat Aqila bisa bernafas lega. Karena Mulin percaya begitu saja. "Heeh," timpal Aqila sambil menganggukkan kepalanya dengan mantap. Mulin segera duduk di kursi yang paling ujung. Lalu membalik piring di depannya untuk segera diisi dengan nasi dan beberapa lauk yang sudah terhidang. Sementara itu, Aqila belum bergerak. Ia masih saja menatap Mulin dengan raut wajah penuh kecurigaan. "Ada apa?" tanya Mulin yang mengetahui gelagat aneh Aqila. Lagi-lagi Aqila langsung tersadar. Ia pun segera membuyarkan lamunannya dengan menggelengkan kepalanya beberapa kali. "Tidak," jawabnya singkat sambil membalikkan piring di depannya. Mulin pun menatap Aqila sekilas. 'Ada apa dengan gadis ini?' pikir Mulin sambil memasukkan sesuap nasi ke dalam mulutnya. Setelah itu ia pun segera mengembalikan pandangannya ke atas piring. Lalu melanjutkan melahap isinya sampai habis. Beberapa saat kemudian Mulin meletakkan kedua sendoknya ke atas piring. Lalu ia meraih gelas teh hangatnya dan meneguk isinya hingga tersisa setengah. Aqila yang sedang memasukkan sesendok nasi pun terus memperhatikan tingkah sang suami. "Kenyang. Saatnya aku berangkat," kata Mulin sambil meletakkan gelasnya ke atas meja. Setelah itu ia mengusap bibirnya dengan tissue. Lalu meraih tas kerjanya. "Aku berangkat dulu ya, Sayang," pamit Mulin. Chup! Tak lupa ia pun mengecup ujung kepala Aqila. "Iya," balas Aqila sambil tersenyum manis. Setelah itu Mulin pun segera berjalan meninggalkan tempat itu. Hingga saat mobil yang dikendarai Mulin mulai bergerak keluar rumah. Aqila pun bergegas meninggalkan tempat itu dan berjalan cepat ke arah garasi. Ia segera masuk ke dalam mobil yang sudah lama tidak ia kendarai itu. Melihat majikannya yang baru sembuh dari sakit mau mengendarai mobil. Si Mbak Winarti langsung menjatuhkan sapunya. Kemudian berlari mendekatinya. "Nyonya! Nyonya tunggu! Nyonya mau kemana? Biar saya antar!" teriak Winarti sambil berusaha menghadang mobil sang majikan. Namun, kali ini Aqila benar-benar harus mengetahui sesuatu. Ia tak mau terus-menerus dibohongi oleh orang yang ia cintai seperti ini. Makanya saat Minarti menghalangi jalannya. Dengan penuh keyakinan Aqila malah mempercepat laju mobilnya. Hingga mau tidak mau Winarti yang masih ingin hidup pun melemparkan tubuhnya ke arah samping. 'Maafkan aku, Mbak. Tapi, andai kamu jadi aku. Aku yakin kamu pun akan melakukan hal yang sama,' batin Aqila sambil terus mengemudikan mobilnya. Dari kejauhan Aqila melihat Si Security rumah sedang menutup pintu mobil sebelah dan masih tersisa pintu sebelahnya. Sebelum pintu yang sedang didorong oleh Pak Security menutup dengan sempurna. Hingga membuat mobilnya tidak bisa keluar. Aqila pun langsung menginjak pedal gas. Hingga mobil itu melaju dengan semakin kencang. Whussss! Mobil itu melaju dengan sangat kencang dan segera di belokkan oleh Aqila agar tidak menabrak dinding pembatas jalan. Tak lupa Aqila juga sudah menghentikan mobilnya seketika. Untuk bisa mengendalikan kendaraannya lagi. Sambil mengatur nafas dan detak jantungnya yang semakin tak beraturan. Aqila menoleh ke arah Mbak Winarti yang sedang mengejarnya sambil terus berteriak kencang. "Nyonya!!! Jangan pergi!!!" Mendengar suara Winarti, si Security pun langsung menoleh ke sumber suara. Lalu melihat Winarti sedang berlari ke arahnya. "Hentikan, Nyonya! Nyonya mau kabur menggunakan mobil!" teriak Winarti pada si Security. 'Maafkan aku, Mbak,' batin Aqila sebelum si Security ikutan menggagalkan rencananya. Aqila langsung menginjak pedal gas dan melesat dari tempat itu. "Nyonya!!! Nyonya tunggu!!" teriak keduanya sambil berlari mengejar mobil Aqila. Sang Nyonya muda malah melirik mereka dari kaca spion yang menggantung di depannya. Tanpa menghiraukan teriakan mereka. Sampai di ujung kompleks Aqila memperlambat laju mobilnya. Dari jauh ia bisa melihat mobil Julian yang baru saja melewati portal penjaga. Mulin yang berada di dalam mobil tampak berbincang sebentar dengan Security kompleks sebelum akhirnya ia meninggalkan tempat itu. Aqila pun langsung menyusul kepergian mobil Mulin. Ia ingin sekali tau kemana sang suami pergi setelah keluar dari rumahnya. 'Apa dia langsung ke kantor atau mampir dulu ke suatu tempat,' pikir Aqila dengan mata yang terus fokus menatap ke arah mobil hitam yang berada tak jauh di depan. Di mobil Julian, Mulin tampak santai mengendarai mobilnya. Ia tidak tau kalau di belakang Aqila terus membuntutinya. "Heh. Kenapa pagi-pagi gini gue udah kepikiran sama Anita? Apa gue kangen karena kemarin juga nggak liat dia?" gumam Mulin sambil terus berkendara. Di depannya pun tampak sebuah rambu-rambu lalu lintas. Mulin pun memindahkan mobilnya ke jalur kiri. Untuk mampir ke rumah Anita terlebih dahulu. 'Pasti jam segini dia mau berangkat,' pikir Mulin. Di mobil belakang Aqila langsung mengerutkan keningnya seketika. Melihat mobil Mulin yang berpindah jalur. Padahal untuk sampai ke kantor. Ia memang harus menggunakan jalur lurus tadi. "Julian mau kemana? Apa mungkin dia mau bertemu wanita itu?" gumam Aqila sambil mengikuti Mulin berpindah ke jalur kiri. Setelah lampu merah berganti. Mobil Mulin pun kembali melaju. Di belakangnya Aqila terus mengikutinya dengan raut wajah yang terus menatap fokus ke depan. Sayangnya di pertengahan jalan. Tiba-tiba ada wanita yang hendak menyeberang. Aqila yang tidak fokus ke jalan dan hanya memperhatikan mobil Julian. Hampir saja menabrak wanita itu. Untuk saja remnya sangat akurat. Sehingga mobil bisa berhenti tepat di sampingnya. Chiiitttt! "Astaga. Gue hampir saja nabrak orang," gumam Aqila. Ia pun segera melepaskan sabuk pengamannya. Kemudian turun dari mobil itu. "Ibu nggak papa?" tanya Aqila dengan nada penuj kekhawatiran. "Saya nggak papa, Neng. Saya cuma masih kaget aja," jawab si wanita setengah baya itu. Dengan nada bergetar. "Maafkan saya ya, Bu. Saya lagi buru-buru. Makanya nggak hati-hati tadi," aku Aqila. "Iya, Neng. Nggak papa. Cuma lain kali lebih hati-hati lagi ya. Buat nggak mencelakai orang lain dan juga diri Neng sendiri," pesan sang ibu. "Iya, Bu. Saya pasti akan selalu ingat pesan ibu. Oh, ya. Saya nggak bawa uang cash. Tapi, jam tangan saya ini cukup mahal. Ibu bisa jual untuk beli obat." Aqila melepas jam tangan dengan brand terkenal di tangannya. Lalu ia berikan pada ibu itu. "Tapi, Neng?" "Nggak papa, Bu. Saya ikhlas. Kalau begitu saya pergi dulu ya. Ibu hati-hati di jalan." "Iya, Neng. Neng juga hati-hati ya di jalan." "Iya, Bu. Terima kasih," ujar Aqila. Kemudian ia segera masuk ke dalam mobilnya. Tak mau membuang waktu lebih lama. Aqila segera mencari mobil Julian. Namun, ia sudah kehilangan jejaknya. "Aduh! Gue sudah kehilangan jejaknya lagi. Gimana ini?" ujar Aqila sambil terus celingukan ke depan. "Ya, udah deh. Coba gue cek di kantor. Siapa tau dia udah sampai," tambahnya saat melihat tikungan kecil yang bisa membawanya menuju kantor pemberian sang Papa. Tak sampai dua puluh menit kemudian mobil Aqila sudah sampai di kantornya. Ia segera turun dari mobil lalu berjalan masuk menuju ruang kerja Julian. Jantungnya berdegup kencang sambil terus melangkah mendekati ruang kerja sang suami. Hingga saat tangannya sampai meraih gagang pintu ruangan itu. Aqila langsung membukanya dengan cepat. Dan seketika matanya membulat sempurna.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD