Sayangku ... menatapmu adalah sumber kebahagiaanku, maka tetaplah di sisiku. ~Kai~
********
Nadine terbangun karena mimpi buruk yang beberapa hari ini selalu menghantui. Ia mengusap peluhnya dan mengambil gelas air di atas nakas dan meneguknya hingga tandas
Selalu saja mimpi yang sama menghantuinya, mimpi Kai mengambil bayinya dan pergi bersama Ruby. Ia menangis meraung-raung tapi mereka malah tertawa mengejek dan pergi membawa bayi yang baru dilahirkannya. Nadine mulai menangis penuh dengan rasa pilu yang menyesakkan d**a. Walau tidak menginginkan kehadiran janin dalam kandungannya, tapi rasanya sangat sedih sekali saat dipisahkan sedemikian rupa.
Setelah merasa tenang, ia mengambil ponsel dan melihat pesan masuk. Ada pesan masuk dari kedua orang tuanya yang menanyakan kabar dan juga beberapa pesan dari Kai. Dengan ogah-ogahan Nadine membuka pesan dari Kai.
“Tidur yang nyenyak cantik ... aku berharap anak dalam kandunganmu tidak membuat gelisah, sehingga menganggu tidurmu. Semua salahku, jadi tolong jaga anakku baik-baik, dan aku akan sangat berterimaksih untuk itu. Kamu bisa meneleponku atau meminta tolong padaku kapanpun kamu mau.” Isi pesan dari Kai yang membuat otak jahil Nadine mulai bekerja. Diliriknya jam dinding, rupanya sudah pukul satu dinihari. Nadine tersenyum jahil sambil membalas pesan Kai.
“Aku ingin makan nasi goreng sekarang !” balas Nadine sambil tertawa cekikikan. Ia yakin saat ini Kai pasti tengah tertidur pulas dan tidak akan membuka pesannya. Dan hal itu akan ia jadikan senjata untuk mengusir Kai jika masih datang mengganggunya.
Nadine meletakkan kembali ponselnya di atas nakas setelah memencet tombol kirim. Ia lalu mereganggkan ototnya sambil tersenyum penuh kemenangan. Setelah itu ia turun dari ranjang menuju kamar mandi untuk menunaikan panggilan alam.
Setelah beberapa saat, ia keluar dari kamar mandi lalu duduk di atas ranjang sambil berselancar. Sepertinya cukup lama ia menatap layar ponselnya hingga keasyikannya terhenti saat ada panggilan masuk. Betapa kagetnya Nadine melihat siapa yang menelepon. Nama Kai tertera pada layar ponsel. Nadine membiarkannya, ia malas mengangkat telepon dari Kai. Tapi setelah beberapa saat, akhirnya ia memilih menjawan panggilan masuk yang tidak juga berhenti
“Keluarlah, aku ada di gerbang mengantar pesananmu,” ucap Kai di seberang setelah Nadine menggeser tombol hijau.
Nadine langsung mematikan sambungan telepon dan keluar kamar menuju balkon, antara percaya dan tidak. Ia melihat ke arah gerbang, dan tampak Kai melambai sambil tersenyum dengan bungkusan plastik di tangannya. Nadine sedikit merasa bersalah karena sudah mengerjai Kai di pagi buta seperti ini. Nyatanya laki-laki yang tidak ia inginkan kehadirannya itu, benar-benar datang mengantar pesanannya.
Kai memberikan bungkusan plastik yang dibawanya pada satpam lalu melambai kembali pada Nadine sambil tersenyum, setelah itu ia melangkah keluar dari gerbang berjalan perlahan menuju mobilnya dan meninggalkan kediaman keluarga Nadine.
Nadine tidak membalas lambaiannya dan hanya menatap dengan wajah tanpa senyum. Setelah Kai pergi, ia lalu masuk kembali ke kamar, dan duduk di atas ranjang. Ia malas turun untuk mengambil pesanan yang tadi di antarkan oleh Kai karena permintaannya hanyalah candaan belaka, hingga akhirnya pintu kamarnya diketuk dari luar.
“Non ... ini Bibik.” Terdengar suara dari balik pintu kamarnya.
“Masuk saja Bik, enggak dikunci.” Jawab Nadine dari dalam kamar.
Cklek !
Pintu kamar terbuka menampilkan Bibik dan juga bungkusan plastik yang di tentengnya serta piring dan sendok dan tidak ketinggalan segelas air putih.
“ Bibik sudah makan ?” tanya Nadine yang dibalas anggukan Bibik yang terlihat masih menahan kantuk sambil meletakan nampan di atas nakas. Nadine sangat merasa bersalah melihatnya.
“Bibik kembali tidur ya, maafin Nadine sudah ganggu istirahat Bibik,” ucap Nadine yang dibalas anggukan Bibik lalu melangkah keluar kamar, meninggalkan Nadine yang menatap bungkusan yang dibawakan Kai. Pelan Nadine membuka bungkusan dan aroma harum khas nasi goreng menyeruak keluar.
Dengan rasa malas dicobanya sesuap tanpa memindahkannya ke piring, tapi bukannya berhenti setelah satu suapan, ia malah mengambil lagi sesuap, hingga tidak terasa tinggal sedikit. Apalagi tadi ia belum makan, hanya makan roti saja saat di coffe shop milik Kai.
“Hmmm ... enak juga,” batin Nadine memuji nasi goreng yang dibawakan Kai.
“Hmmm ... mungkin aku harus mencari tahu dimana tempat yang menjual nasi goreng ini, kapan-kapan aku akan membelinya.” Nadine bergumam sendiri sambil menghabiskan suapan terakhirnya. Semenjak hamil, nafsu makannya semakin gila-gilaan. Dan hal itu membuatnya takut, karena orang di rumah pasti akan mulai curiga padanya.
Thing .... thing ...!
Ponsel Nadine berbunyi, pertanda pesan masuk.
Setelah meminum air dan membereskan bekas makannya, ia mengambil ponsel dan melihatnya. Rupanya Kai yang mengiriminya pesan.
“Maafkan kalau masakanku tidak sesuai seleramu.” Isi pesan Kai yang membuat Nadine terbelalak. Tidak menyangka jika Kai sendiri yang memasak Nasi goreng untuk dirinya
Di pencetnya tombol reply dan membalas pesan Kai
“Idih ... ngaku-ngaku masak sendiri, Kamu beli dimana nasi gorengnya ?” bukannya berterimakasih Nadine malah menuduh Kai mengada-ada.
Thing !
Kai membalas cepat pesan dari Nadine
“Beneran ... aku buat sendiri, enggak beli. Enak nggak ?” Balasan pesan dari Kai pada Nadine yang langsung dibalas Nadine dengan ucapan terimakasih, setelah itu, Nadine segera mematikan ponselnya, karena Kai pasti akan terus mengajaknya ngobrol.
Nadine duduk di kepala ranjang, menyandarkan punggungnya sambil tangannya bertumpu pada bantal di pangkuannya. Ia sedang memikirkan bagaimana jika kedua orang tuanya mengetahui keadaan dirinya saat ini, yang tengah berbadan dua. Di sisi lain ia tidak bisa terus berlari dari Kai, tapi mendekati Kai juga ia sangat tidak menginginkannya. Ia takut membayangkan masa lalu Kai dan juga takut membayangkan mimpinya.
Sementara itu di sebuah rumah yang asri, tampak Kai sedang berdiri di balkon memandang langit tanpa bintang sambil menyesap kopi hangatnya. Setelah kembali dari rumah Nadine tadi, Ia tidak bisa tidur, karena setelah mengantar Nadine pulang, Mommy tiba-tiba menelepon memintanya untuk kembali pulang dan tinggal bersama Kakek dan juga Mommynya lagi. Padahal saat ini, anak dalam kandungan Nadine adalah alasan ia tidak bisa jauh dari wanita itu. Kai belum memberikan jawaban atas permintaan Mommy.
Kai sangat tahu, memintanya pulang adalah akal-akalan Kakek agar ia mau menjadi pengacara organisasi yang dipimpin Ayah dari Mommya itu.
Kai menghela nafas panjang, tapi tiba-tiba ia tersenyum mengingat saat Nadine mengiriminya pesan terkait nasi goreng tadi. Rasanya sangat senang sekali membaca balasan pesan dari Nadine. bukannya berusaha keluar untuk membeli, Kai malah memasaknya sendiri sesuai resep dari Mommy yang ia hafal di luar kepala. Sedari kecil, Kai terbiasa mandiri, sehingga urusan dapur bukanlah perkara yang sulit baginya. Sebenarnya ia ingin menjadi chef, tapi Mommy menentang keinginannya dan berakhir dengan kuliah hukum agar hati Mommy bahagia. Tapi diam-diam tanpa sepengetahuan Mommy, ia juga belajar memasak.
Kai tadi berharap Nadine akan mengomentari rasa masakannya, tapi wanita yang akan menjadi ibu dari anaknya itu malah menuduhnya membeli di luar dengan gaya tuturnya yang selalu terdengar jutek, dan sepertinya itu hanya pada dirinya, karena yang ia lihat selama bertemu Nadine jika ada urusan pekerjaan, wanita itu terlihat sopan dan ramah dalam berbicara pada siapapun. Padahal tadi ia sudah sangat jujur mengatakan jika itu adalah hasil masakannya, tapi tetap saja jawaban jutek yang ia terima.
Kai kembali menghela nafas panjang, senyumnya menghilang. Nadine bukanlah wanita yang mudah ia taklukan. Sepertinya kisah yang ia alami dulu, saat mencintai Ruby akan terulang kembali. Di saat ia ingin tulus membuka dan melabuhkan hatinya, tempat dimana rasanya ingin berlabuh malah bersiap menarik jangkarnya. Tapi kali ini Kai tidak ingin menyerah begitu saja. Apalagi ia punya alasan yang kuat untuk tetap mengikat Nadine berada di sisinya. Kai yakin, rasa cinta akan muncul perlahan.
Jarum jam terus berputar, Mentari pagi mulai bersinar lembut.
Tampak Kai berdiri menatap taman di depan rumahnya yang mulai tidak terurus. Ia sedang tidak ingin kemanapun dan menemui siapapun. Setelah subuh tadi, ia tidak tidur lagi karena suasana hatinya sedang tidak baik. Mungkin membersihkan pekarangan akan membuat mood nya kembali. Hanya dengan mengenakan celana pendek dan juga kaos tanpa lengan, ia membawa gunting tanaman serta beberapa peralatan berkebun lainnya dan mulai tenggelam dalam kesibukannya sehingga tidak menyadari jika seseorang sudah berdiri di belakangnya.
********
Kiss jauh dari Author ....
Love you all my Bala-bala Reders ....