BAB 4 -BERTENGKAR DENGAN RAJA-

1461 Words
Ame yang sudah sendirian di kamar hanya bisa berbaring dalam kondisi telentang. Ia merasa nyaris gila karena Raja Qin memintanya untuk memiliki selir. Rasanya ia ingin kembali saja ke dunianya, menjadi hidup seperti orang gila yang hanya menghabiskan waktu di depan komputer, dan menggilai pria tampan hanya sebatas imajinasi saja. “Bagaimana aku bisa memiliki selir? Aku masih normal, aku masih menyukai seorang pria, dan aku tidak ingin melakukan hal gila dengan sesama wanita,” ujar Ame dengan wajah masam. Ia merasa jika hidup sebagai seseorang terpandang dan sangat kaya begitu menyusahkan. Ia menjadi punya batasan pada setiap tindakan, ia tak bisa melakukan semua sesuai kemauannya. “Tapi … kenapa aku harus bangun dengan kondisi malang seperti ini?” Ame meraba bagian s**********n, ia menjadi tambah murung kala menyadari lagi jika bentuk kelaminnya sudah berubah. “Apa salah dan dosaku? Kenapa sangat menyedihkan sekali?” Ame lagi dan lagi mengeluh. Ia kemudian duduk, dan menatap lagi ke arah kaca. Wajah yang awalnya ia puja kini sudah menyebalkan untuk dilihat, tubuh atletis dan sempurna yang selalu ia agung-agungkan malah menjijikkan sekali saat ini. “Aku ingin menjadi seorang wanita lagi.” “Yang Mulia Raja datang berkunjung,” ujar seorang penjaga dari luar kamar. Ame yang mendengar pemberitahuan itu kembali berbaring. Ada apa lagi dengan orang itu? Kenapa harus datang lagi, dan pastinya akan membuat semakin kacau. Pintu ruangan segera terbuka, lalu Raja Qin masuk bersama seorang wanita. Ame hanya memasang wajah datar, ia tidak begitu suka kunjungan dari orang-orang itu. “Pangeran Yue, di mana sopan santunmu?” tanya wanita itu. Ame yang melihat wajah dengan senyum menyebalkan itu memalingkan wajah. “Pergi, dan jangan ganggu aku. Aku tak peduli pada jabatan kalian, tetapi masuk ke dalam kamar seseorang tanpa izin terlebih dahulu itu jauh dari kata tidak sopan. Bisa dikategorikan sebagai tindakan tercela, serta pelecehan.” Raja Qin yang melihat banyak sekali perubahan pada putranya tak bisa menahan diri, ia segera maju, dan menarik tangan Ame untuk segera duduk. Plak … Tangan sang raja begitu ringan, melayang, dan menampar dengan singkat pada wajah tampan anaknya. Ame merasakan bagian wajahnya begitu sakit, ia kemudian menatap sang raja tajam. Iris violetnya terlihat semakin gelap, membuat Raja Qin mundur beberapa langkah. “Apa itu caranya bicara dengan seseorang?” tanya Ame. “Aku sudah mengatakan jika syarat agar aku menikah dengan wanita-wanita itu harus dikabulkan terlebih dahulu,” ujar Ame lagi. Raja Qin yang mendengar ucapan sang anak hanya bisa diam, entah kenapa ia malah menjadi takut dengan putranya sendiri. Mata itu seakan mengutuknya, membuatnya lemah, dan tak berdaya. “Pergi! Jangan pernah ganggu aku, aku tidak akan mengampuni siapa pun yang berani masuk tanpa izinku.” Raja Qin dan wanita itu segera pergi, mereka seakan terhipnotis dan tak bisa melawan kata-kata yang Ame ucapkan. Sedangkan Ame yang melihat hal itu jelas merasa heran, kenapa ia bisa bicara seperti tadi? Kenapa rasanya ada kekuatan lebih yang menunjangnya, dan membuatnya berani mengucapkan kata-kata seperti tadi. Ame yang sudah berada sendirian di dalam kamar merasa tubuhnya menjadi sangat lemah, ia sampai terjatuh, dan hanya bisa terbaring di atas lantai. “Kau bisa mengendalikan kekuatan itu dengan benar,” ujar seseorang. Ame yang mendengar itu menatap, ia kaget saat melihat tubuh seseorang yang transparan di depan matanya. “Apa kabar, Yang Mulia Pangeran?” “Siapa kau?” tanya Ame dengan suara kecil. “Aku adalah orang yang menjaga keturunan dari keluarga Yang Mulia Ratu, dan aku memiliki tugas menjaga Anda, anak pertama dari Yang Mulia Ratu.” Ame merasakan dirinya tak bisa bergerak, ia juga merasa napasnya begitu sulit untuk ditarik atau juga diembuskan. “Anda harus melatih tubuh dan kekuatan sihir dengan baik, tidak akan baik hasilnya jika fisik Anda masih lemah.” “Sihir?” Ame menelan ludahnya kasar, ia tak mengerti dengan ucapan pria transparan itu. “Ah, ini pasti karena hanya ada separuh jiwa Anda. Anda harus bisa membuat jiwa itu penuh, dan menjadi diri Anda yang sebenarnya.” Ame semakin tak mengerti dengan ucapan pria itu, ia ingin bertanya, tetapi ia tak bisa mengumpulkan kekuatan lagi. Ame langsung memejamkan mata, ia terjatuh ke alam bawah sadarnya, dan kini terdampar pada padang rumput yang sangat luas. “Hah, Pangeran Yue, sebaiknya Anda segera sadar, dan bisa membuat kekuatan jiwa Anda seperti dulu. Hanya Anda yang bisa membangkitkan setengah jiwa Anda, bahkan saya tidak bisa berbuat apa-apa selain menjaga Anda dengan baik sekarang ini. Hanya Anda yang bisa menyelamatkan Dragon Empire, beserta semua wilayah kekuasaannya. Raja masa depan, ramalan yang tak bisa diubah, dan orang yang akan menjadi pemersatu dari semua daratan di dunia yang gila ini. Qin Cheng Yue, Pangeran Yang Terhormat.” Pria itu kemudian menghilang, entah ke mana ia pergi, yang pasti dirinya ada pada salah satu bagian istana Dragon Empire. … Dragon Empire adalah pusat pemerintahan yang sangat berkuasa, didirikan ribuan tahun silam, dan sudah memiliki banyak sekali generasi yang menjadi pemimpin. Ratu yang menduduki generasi pemerintahan ke-1118 adalah Ratu Silviana, ia kemudian menikah dengan seorang pria asing dari negeri antah berantah bernama Qin Yan Boo, lalu melahirkan seorang anak perempuan bernama Qin Mo Ai. Qin Yan Boo adalah suami yang sangat baik, ia benar-benar mencintai Ratu Silviana, dan rela melakukan apa pun untuk membuat sang ratu bahagia. Pria luar biasa yang membuat Ratu Silviana sangat mencintainya, dan karena hal itu pula sang ratu meminta suaminya untuk membawa semua keluarganya dan orang-orang di negeri jauh itu untuk tinggal di Kota Kerajaan, Moniyan. Awalnya Qin Yan Boo tak ingin membawa keluarga atau orang dari negerinya untuk tinggal di tempat itu, ia sudah sangat tahu bagaimana kebiasaan serta kelakuan mereka semua, dan tak ingin mereka semua menyusahkan Ratu Silviana di masa depan. Tetapi … Ratu Silviana tidak mempermasalahkan semua itu, ia mengatakan jika Moniyan begitu besar dan masih sangat banyak tempat kosong yang bisa dijadikan rumah bagi keluarga suaminya. Dengan sangat terpaksa Qin Yan Boo menjemput keluarganya, kembali bersama banyak prajurit ke negerinya, dan pulang ke pelukan ratu pujaannya dengan membawa semua orang yang diinginkan sang istri. Sejak saat itulah Moniyan menjadi semakin besar, ada banyak orang dari penjuru dunia yang tinggal di sana. Moniyan dikenal dengan sebutan Kota Seribu Warna, karena orang-orang di sana hidup berdampingan dan tidak mempermasalahkan mereka berasal dari negeri mana. Dragon Empire banyak sekali mendapat dukungan, banyak pula mendapatkan musuh, dan juga sekutu. Orang-orang yang menderita karena dijajah memilih berlindung di wilayah kekuasaan Ratu Silvana, baik itu di Kota Kerajaan, atau di desa dan juga kota kecil. Yang jelas, saat memasuki wilayah Dragon Empire, kedamaian dan kesejahteraan akan di dapat. Setelah puluhan tahun pemerintahan Ratu Silvana, kini giliran anak tunggalnya yang menjadi ratu. Qin Mo Ai, ia berhasil menjadi ratu yang baik, dan menjadi pemimpin ke-1119. Tetapi ada satu kesalahan yang dilakukannya, kesalahan yang begitu besar. Ia jatuh cinta hingga menikah dengan Qin Long Cheng, masih sepupunya, anak dari adik ayahnya sendiri. Pernikahan mereka dikaruniai dua orang anak, Qin Cheng Yue, dan Qin Liu An. Tidak seperti ibunya yang mendapatkan seorang suami setia, Ratu Mo Ai malah menerima hal buruk. Setelah ia baru saja melahirkan kedua anaknya, ia harus menerima kenyataan pahit. Sang suaminya yang saat itu bersama dengannya memerintah Dragon Empire ternyata sudah lama memiliki istri, bahkan tidak hanya satu istri, melainkan lima istri yang dimiliki. Istri-istri itu sekarang berstatus sebagai selir, dan ikut masuk ke istana. Ratu Mo Ai yang tahu hal itu menjadi sangat marah, tetapi ia tak bisa melakukan banyak hal. Tidak mungkin ia bercerai, karena itu akan melukai harga diri kerajaan mereka. Walau sakit, ia tetap bertahan, ia bungkam, dan mengatakan jika tidak ada yang salah jika seorang raja memiliki selir. Itu akan lebih baik karena bisa membuat keturunan kerajaan semakin banyak. Awalnya rakyat asli Moniyan menolak, tetapi mereka benar-benar tak memiliki pilihan. Mereka hanya bisa menerima, dan memilih untuk mengamati semuanya dalam diam. … Ame membuka matanya, ruangan kamarnya begitu gelap, dan ia merasakan kepalanya begitu pusing. Masih terngiang-ngiang suara yang ia dengan saat sedang tertidur tadi, suara yang rasanya sungguh tak asing, tetapi ia tak tahu itu suara siapa. Ame yang merasa kedinginan segera duduk, ia bersandar pada tiang ranjang, dan menghela napas. Tubuhnya terasa begitu lengket oleh keringat, ia juga merasa sangat haus. “Siapa orang gila yang membacakan buku sejarah saat aku tidur tadi? Kenapa terasa begitu nyata? Dan kenapa aku malah melihat semua hal yang ada dalam buku itu?” Ame menghela napas. Sejak masuk ke dunia itu, memang tidak ada yang normal dalam hidupnya. Ia tak mengerti, tapi ia menjadi sangat penasaran. “Pelayan!” panggilnya. Dalam sekejap seorang pelayan segera masuk, cahaya lilin membuat Ame bisa melihat sedikit demi sedikit. “Maaf, Yang Mulia. Hamba tidak berani masuk dan menyalakan semua lampu di kamar Anda,” ujar pelayan itu. “Cepat, nyalakan lampu, siapkan air mandi, makanan dan semua keperluanku. Dan panggil aku seperti biasa, tidak perlu menambahkan kata ‘Yang Mulia’ itu terdengar begitu panjang dan merepotkan” “Hamba mengerti, Pangeran.” Pelayan itu segera melakukan semua yang Ame katakan, dan Ame juga segera menikmati semuanya dengan baik.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD