When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Little Thief’s POV Aku mengetuk pintu dengan tangan gemetar, jantung berdebar, dan keringat mengucur. “Masuk.” Tapi sensasinya tidak sebanding dengan bagaimana suara berat itu mempengaruhiku, bahkan ketika pemiliknya masih di seberang ruangan. Tiga detik aku mempersiapkan diri, sebelum membuka pintu dan masuk. Sepasang mata hitam mengunci tatapanku dari ujung ruangan. Tubuhku terpaku di depan pintu. “Little thief?” Suara beratnya dipenuhi keterkejutan. Iblis itu melepaskan kacamata, memicingkan mata ke arahku, seolah memastikan jika dia tidak salah lihat. Aku meneguk ludah, “Azrael.” Dia terlihat lebih terurus dari terakhir kali kami bertemu—yaitu kemarin, di meja makan, saat aku bertingkah seperti remaja konyol yang ngambek pada pacarnya. Dua kancing teratas kemeja putih ya