2 : Bertemu

1730 Words
Suasana galeri ini tampak ramai. Rana berjalan begitu anggun bersama dengan Brian. Mereka terlihat begitu serasi dan menjadi pusat perhatian saat pertama kali memasuki galeri ini. Rana. Gadis itu sesekali tersenyum dan menyapa tamu lainnya dengan begitu ramah. Tidak aneh lagi, siapa yang tidak kenal dengan model yang sedang naik daun ini. Popularitas Rana tidak di ragukan lagi, semua orang bahkan selalu memuji penampilan dirinya dan setiap produk yang menjadikan dia sebagai model untuk ajang promosi selalu laris di pasaran. “Kita kasih ucapan selamat dulu buat Alan,” ajak Brian kepada Rana. Gadis itu mengangguk dan mengikuti langkah sang kekasih menghampiri sang pemilik acara yang juga tampak bercengkrama dengan para tamu. Kehadiran keduanya di sadari oleh Alan. Laki-laki itu menyambut dengan pelukan begitu hangat kepada Rana, tak heran karena Rana merupakan sahabatnya sejak lama. "Nggak usah lama pelukannya," tegur Brian yang tetap cemburu dengan keakraban Rana dan Alan. Alan mendengkus mendengarnya namun tidak juga melepas pelukan tersebut, malah semakin mempererat dan sudah pasti semakin membuat Brian kesal. “Makasih lo udah datang,” ucap Alan setelah melepas pelukan mereka, itu pun karena Rana memukul punggungnya setelah melihat Brian menatap kesal. Rana menyerahkan sebuket bunga kepada Alan yang di terima dengan senang hati oleh laki-laki itu. "Iya masa gue nggak datang di acara sahabat gue sendiri," balas Rana. “Selamat ya, Lan. Semoga galeri lo ramai di datangi pengunjung nanti. Tapi kenapa lo buat acara di malam hari kaya gini, aneh banget,” ucap Brian menjabat tangan Alan, meski tadi kesal tetapi mana mungkin dia tidak memberikan selamat kepada sahabat kekasihnya. Alan membalas uluran tangan dari kekasih sahabatnya itu, “Makasih bro! Biar kelihatan beda dari biasanya,” jawabnya yang akhiri dengan tawa mereka. ** Yuda keluar dari mobil hitam miliknya. Malam ini dia sedikit terlambat, sudah banyak tamu yang datang di acara ini. Pembukaan sebuah galeri milik sepupunya, Alan. Yuda berjalan ke dalam galeri mencari keberadaan sang sepupu untuk memberikan ucapan selamat atas di bukanya galeri ini. Terlihat orang-orang menatapnya penuh keingintahuan, mengingat Yuda memang masih terlihat asing untuk mereka namun begitu memesona. Bahkan para perempuan yang melihatnya memasuki galeri di buat terpukau dan ingin mengenal laki-laki itu yang baru saja memasuki galeri. Pandangannya menyeluruh dan kedua matanya sontak menemukan orang yang sejak tadi dia cari. Alan tampak tengah berbincang dengan tamu lainnya, seorang perempuan dan laki-laki. Menyadari keberadaan sang sepupu, Alan mengangkat sebelah tangannya membuat perempuan dan laki-laki yang berada di dekatnya ikut berbalik melihat ke arah Alan yang tampak senang menyambut seseorang. Deg Kedua pasang mata mereka bertemu. Ada rasa menggelitik yang muncul di hati keduanya. Apalagi Yuda, yang tampak mematung di tempatnya. Tetapi suara panggilan dari sang sepupu membuat kesadarannya kembali. Dengan langkah lebar Yuda menghampiri Alan termasuk perempuan dan juga laki-laki yang masih setia memperhatikannya. “Gue kira lo nggak jadi datang, Yud. Gimana Paris? Betah amat lo di sana,” sambut Alan memeluk sepupunya erat yang di balas oleh Yuda tak kalah erat. “Baik dan ya lo seharusnya ke sana, siapa tau dapat gandengan,” balas Yuda. “Tapi gue lihat lo sendiri enggak bawa apa pun dari Paris. So masih betah dengan kesendirian lo? Jomblo abadi,” ejek Alan yang di balas dengan tawa oleh Yuda. “Gue masih cinta cewek Indo, Lan,” balas Yuda tanpa mereka sadari melirik perempuan yang masih dia di sebelahnya. “Oh iya ini sahabat gue namanya, Zerlina. Ini pacar dia, Brian,” ucap Alan mengenalkan Rana dan Brian kepada Yuda. Gue udah tau, Lan. Yuda tersenyum menyambut uluran tangan Brian dan mengenalkan dirinya, setelah itu beralih kepada Rana. “Yuda Malik Alhanan,” ucap Yuda menyebutkan namanya. Rana membalas uluran tangan tersebut, “Rana Naava Zerlina, panggil Rana or Zerlin, terserah,” balas Rana tersenyum ramah. Cantik Yuda mengangguk, “Ya Rana.” Yuda sebenarnya bingung, kenapa Rana tidak mengenalinya padahal dia sudah menyebutkan nama lengkapnya tetapi respon yang di dapat biasa saja. Alan memang tidak tahu dengan masa lalu Yuda dan Rana jadi dia mengenalkan keduanya begitu saja. Mereka akhirnya mengobrol sembari duduk di kursi tamu. Yuda tampak serius berbicara dengan Alan dan Brian sementara Rana hanya menjadi pendengar antara tiga laki-laki itu. Namun diam-diam sejak tadi Rana terus memerhatikan Yuda yang duduk di hadapannya, dia akui penampilan laki-laki itu tampak begitu memesona membuat hatinya menghangat tetapi dia tidak mengerti kenapa itu terjadi karena seingatnya ini pertemuan pertama mereka dan dia sama sekali tidak mengenal laki-laki itu. Meski sebagian hatinya mengatakan mereka pernah bertemu. Selama berbicara dengan Alan dan Brian sebenarnya Yuda sudah menyadari Rana tengah memperhatikannya. Dia juga begitu penasaran apa yang sebenarnya terjadi sampai Rana sama sekali tidak mengenalinya. Padahal saat ini mereka kembali bertemu dan Yuda begitu merindukan gadisnya, ya selama ini Rana selalu menjadi gadisnya meski hanya untuk dirinya sendiri. Yuda berharap itu menjadi sebuah doa. Ada yang membuat Yuda kesal. Yaitu laki-laki yang tadi Alan sebutkan sebagai kekasih dari Rana. Yuda pikir Rana tidak akan mudah untuk berpacaran dengan laki-laki tetapi dia salah, bahkan penampilan Rana kali ini begitu terlihat seksi dengan bibir yang merah merona membuat Yuda kehilangan fokusnya. Rana-nya telah berubah. ** Pertemuan dengan Rana malam itu membuat Yuda masih berpikir dengan apa yang terjadi. Yuda pikir mungkin penampilannya memang berubah cukup drastis sampai Rana sama sekali tidak mengenalinya. Tetapi Yuda saja bisa mengenali Rana meski penampilan gadisnya sangat jauh berbeda. Dan malam itu baik Yuda maupun Rana tidak terlibat obrolan sedikit pun. Apalagi saat laki-laki bernama Brian mengajak Rana untuk beranjak dari tempat duduk mereka membuat Yuda kehilangan Rana. Yuda juga sempat bertanya dari mana Alan mengenal Rana dan ternyata Rana adalah teman satu sekolah dengan Alan dan menjadi sahabat sampai sekarang. ** “Maksud Abang apa?” Rana menatap Daffa dengan tatapan tak percaya. Hari ini dia tidak memiliki jadwal pemotretan dan kakaknya bilang ingin berbicara hal penting. Semula Rana pikir tentang kakaknya saja tetapi justru hal penting tersebut tentang dirinya. Daffa mengatakan kalau Rana di jodohkan dengan salah satu cucu dari teman Almarhum sang kakek. Perjodohan yang sudah di atur sejak mereka masih kecil dan kali ini karena cucu dari teman Almarhum kakeknya sudah kembali ke Indonesia maka rencana itu harus di segerakan. “Iya di jodohin. Kamu nikah sama pilihan Kakek dan Abang harap kamu nggak menolak. Ini sudah menjadi keinginan dari mendiang kakek.” Rana yang duduk di samping Husna -kakak iparnya- menunduk membuat Husna mengelus bahu sang adik ipar untuk menenangkannya. Husna sangat mengerti bagaimana keterkejutan Rana akan apa yang baru saja dia ketahui. Rana tidak ingin di jodohkan tetapi dia juga tidak mungkin menolak apa yang sudah menjadi keinginan dari almarhum kakek mereka dan Rana bingung kalau dia menikah dengan pilihan kakek, bagaimana hubungannya dengan Brian nanti? Pun dengan kontrak kerja yang baru saja dia tanda tangani minggu lalu. Semua ini membuat kepalanya pusing namun apa boleh buat. Rana juga tidak ingin mengecewakan siapa pun, akhirnya anggukan kepala sebagai jawaban membuat Daffa dan Husna tersenyum. Bukan Daffa tega kepada adiknya tetapi semua demi kebaikan sang adik. Apalagi selama ini Daffa sudah mencari tahu siapa kekasih dari adiknya, yang ternyata merupakan laki-laki pecandu barang haram dan kerap kali bermain perempuan. Daffa selalu mengatakan kepada adiknya, Rana lebih baik putus dengan Brian tetapi adiknya tidak melakukan apa yang dia katakan dan ini satu-satunya cara untuk menjauhkan Rana dari laki-laki itu. Perjodohan dengan anak dari keturunan Alhanan. ** Yuda tersedak dengan penutuan Ayahnya yang tiba-tiba saja. Mereka sedang berada di ruang tengah dan menikmati makanan yang tadi di buat oleh sang ibu. Lalu pembahasan yang membuat dirinya tersedak karena minuman dan mendengar perkataan yang keluar dari mulu sang ayah. Perjodohan? “Papa yakin?” tanya Yuda. “Ini permintaan almarhum kakek kamu.” “Tapi Yuda belum siap. Yuda juga punya pilihan sendiri, Pa.” “Siapa? Papa pikir kamu nggak akan nolak kalau tau siapa perempuan yang di jodohkan sama kamu.” Yuda mengernyit. Sebegitu yakin kah Papanya bahwa pilihan almarhum kakek akan membuat dia setuju dengan perjodohan ini. Lagi pula siapa juga perempuan yang jaman sekarang mau di jodohkan. Dia juga harus berpikir ulang tentang perjodohan tersebut. Di masa modern seperti sekarang ini apa masih jamannya perjodohan seperti yang dulu-dulu terjadi? “Ada perempuan yang Yuda suka, Pa," ucap Yuda berkata dengan penuh kejujuran. "Memangnya siapa perempuan itu?” tanya Yuda mulai penasaran. Pak Hedy tersenyum, “Teman kecil kamu, Rana.” ** Hari ini Yuda mengajak Rana untuk bertemu. Di tengah kesibukan gadis itu akhirnya Rana bisa memberikan waktu kepadanya untuk bertemu. Meski Yuda juga harus menunggu Rana selesai pemotretan, sama sekali tidak masalah. Yuda menunggu di Kafe yang berada di seberang studio tempat Rana melakukan pemotretan. Sudah lima belas menit berlalu dan belum ada tanda-tanda dari gadis itu namun Yuda masih asyik di tempatnya menunggu Rana tanpa merasa bosan. Setelah pembicaraan beberapa hari lalu dengan orang tuanya, Yuda akhirnya memilih untuk menerima perjodohan tersebut, apalagi yang menjadi calonnya adalah Rana, gadis yang sejak dulu menempati relung hatinya dan dia cintai dalam diam. Semua akan berjalan dengan lancar jika Rana masih gadis yang dia kenali dulu, tetapi sekarang Yuda rasa semuanya tidak akan semudah itu dengan perubahan Rana yang cukup drastis. Dua puluh menit berlalu, gadis yang sejak tadi Yuda tunggu akhirnya datang. Penampilan yang membuat siapa pun terpesona setiap kali melihat gadis itu, kaca mata hitam menutupi kedua mata indahnya. Rana duduk dengan santai di hadapan Yuda seolah tidak merasa bersalah karena terlambat hampir setengah jam. “Gue nggak punya waktu lama di sini sama lo, jadi langsung aja. Gue terima perjodohan ini karena menghormati mendiang kakek.” Belum sempat Yuda menawarkan kepada Rana ingin memesan apa. Gadis itu sudah lebih dulu berbicara membuat Yuda terkesiap. Apalagi dengan sebutan gue-lo yang keluar dari mulut Rana membuat Yuda benar-benar menyadari Rana telah berubah. Bahkan sikap Rana sangat berbeda dari pertama kali mereka bertemu di acara Alan waktu itu. Apa semua ini karena perjodohan yang terjadi di antara mereka sampai membuat sikap Rana berubah kepadanya? “Saya juga. Kalau begitu tidak ada lagi yang di bahas, saya permisi.” Yuda segera beranjak setelah membalas perkataan Rana. Kalau Rana berubah dia juga bisa melakukan hal yang sama. Yuda akan mengikuti permainan yang mungkin di buat oleh gadis itu. Keduanya kembali menjadi asing. Rana menggeram saat melihat Yuda, laki-laki yang ternyata di jodohkan dengannya keluar dari Kafe ini. Seharusnya dia yang meninggalkan Yuda kenapa jadi dirinya yang di tinggalkan seperti ini? Dan apa tadi? Sikap kakunya tadi kenapa sangat berbeda dengan malam itu?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD