tok....tok..tok....
Terdengar suara ketukan pintu membuat Nisio mengalihkan perhatiannya kearah pintu. Setelah memastikan figora foto itu diletakkannya dengan benar Nisio pun bangkit dan melangkahkan kakinya kearah pintu, begitu sampai di depan pintu, Nisio pun segera membuka pintunya. Terlihat ibunya berdiri di depan pintu dengan pandangan cemas.
"Ibu, ada apa?" tanya Nisio lembut.
"Kau kenapa, Nisio? tadi ibu melihatmu terlihat sedih seperti mencemaskan sesuatu, apa ada yang mengganggu pikiranmu Nisio?"tanya Victoria menghawatirkan putranya.
"Tidak bu, aku baik-baik saja, ibu tenang saja! ada lagi?" tanya Nisio mengelabui ibunya. Bagaimanapun juga Nisio sangat menyayangi orang tuanya tentunya dia tidak ingin melihat ibunya mencemaskannya bahkan Nisio berusaha mengalihkan perhatian ibunya dengan pertanyaan.
"Oh, iya. Menurutmu, apakah Erika sudah berhsil membujuk adikmu untuk ikut makan malam di rumah ini?"tanya Victoria meminta pendapat. Nisio dapat melihat sorot mata ibunya penuh harap akan kesediaan Fransis hadir dalam undangannya. Sejenak Nisio berpikir apakah dia harus jujur mengatakan yang sesungguhnya dan tentunya akan membuat ibunya kecewa atau dia berbohong saja, tapi bila ketahuan berbohong ibunya akan semakin kecewa, akhirnya Nisio memutuskan untuk berkata jujur.
"Sepertinya belum bu, atau mungkin...Erika belum sempat memberitahunya," jawab Nisio.
"Oh..."terlihat ekspresi kekecewaan dalam raut wajah Victoria serta raut kesedihan, Nisio sangat mengerti bagaimna kerinduan ibunya pada adiknya itu, sejujurnya Nisio tidak tega melihat ibunya kecewa dan bersedih. Sudah hampir 5 tahun mereka tidak bertemu tentulah rasa kerinduan itu sangat besar, semenjak ibunya menikah dengan ayah tirinya, ayah tirinya tidak pernah mengijinkan ibunya keluar rumah bahkan untuk menemui putranya, sedangkan ibunya hanya patuh menuruti keinginan ayah tirinya, apapun itu sekalipun hal itu membuat ibunya terkekang. Nisio sendiri tidak tau kenapa ayah tirinya melakukan itu pada ibunya, jika ibunya ingin bertemu Fransis, maka Fransis yang harus datang menemuinya dirumahnya, dengan sifat Fransis yang keras kepala, Nisio yakin Fransis tidak bersedia datang bahkan mungkin sekedar untuk ibunya.
"iwbu tenang saja, Nisio akan bicara pada Fransis, kalau sampai dia tetap keras kepala, maka Nisio sendiri yang akan menyeret Fransis," ucap Nisio berusaha menghibur ibunya.
"qkau bisa berjanji pada ibu?" Tanyanya memastikan.
"Aku berjanji ibu," Ucap Nisio sambil tersenyum penuh keyakinan, dia berharap ibunyapun merasa yakin akan dirinya. Walau dalam hati, Nisio merasa tidak yakin kalau dia mampu meluluhkan kerasnya hati adiknya itu, namun dia berharap bahwa yang kuasa bersedia membantunya untuk meluluhkan hati adiknya.
"Ibu percaya padamu Nisio," balas Victoria pada akhirnya menyerahkan kepercayaan penuh pada putranya. Nisio merasa sedikit lega melihat senyum terpatri di wajah cantik ibunya, namun disisi lain Nisio merasa membujuk adiknya adalah pekerjaan yang paling berat dibanding harus menangani pasien gawat darurat.
"Terimakasi bu, kalau begitu Nisio berangkat sekarang saja ya?"pamit Nisio meminta persetujuan.
"Iya sayang, hati -hati di jalan,"balas Victoria. Setelah itu Victoria pun meninggalkan Nisio yang masih tersenyum lembut kearahnya, begitu bayangan ibunya menghilang, ekspresi Nisio berubah menjadi kebingungan, namun dia tidak ingin berlarut dalam kebingungannya, dia harus bergegas menuju rumah Fransis dan berusa meyakinkan adiknya, menggunakan strategi jitu untuk meluluhkn kerasnya es yang ada dikutub.
Fransis bersama rombongan keluarga barunya kini tiba disebuah restoran termewah yang ada di negara Indonesia, setelah mobil dihentikan secara satu persatu penumpangnya turun dari dalam mobil limo hitam itu, saat kakinya menapaki teras restoran itu, sonia hanya bisa mematung di depan restoran dengan mulut menganga seolah lupa caranya menutup karena terpesonanya melihat kemewahan restoran tersebut, seumur hidup Sonia baru kali ini berada direstoran semewah ini biasanya hanya lewat....
"Mau sampai kapan kau berdiri disitu?" tanya Fransis yang mampu menyentakkan lamunan Sonia tentang restorant itu, saat dia tersadar dia sudah melihat suaminya berdiri tepat di depan pintu masuk dan siap membuka pintu dan di belakang suaminya sudah ada ayah dan ibunya. sonia celinguan dan dia mendapati dirinya sendirian. Sonia menampilkan raut wajah yang aneh namun buru-buru dia menyusul suaminya dan langsung menggandeng lengan Fransis dengan manja saat berada didekat Fransis meski ekspresinya dibuat kesal.
"Kakak jahat sekali meninggalakanku," Ucap Sonia merajuk.
"Salahmu sendiri, kau berdiri seperti patung pancoran," balas Fransis acuh. Sonia hanya bisa manyun, sungguh suaminya ini apakah tidak bisa berkata dengan nada sedikit lembut atau berbicara sambil menatapnya seperti adegan romance di n****+- n****+ terkenal itu pikir Sonia, tapi meski begitu, Sonia tetap sangat mencintai Fransis, meski terlihat kaku namun tersimpan kelembutan sendiri dalam hatinya yang jarang ditunjukkan pada siapapun. Kini merekapun berjalan bersama diikuti kedua orang tuanya memasuki restorant itu, baru masuk didepan pintu restoran Sonia sudah dibuat kesal saat melihat tatapan memuja, khususnya kaum wanita yang tertuju pada suminya, Sonia memang tidak bisa memungkiri betapa rupawan dan mempesonanya suaminya itu, bahkan ketampanan wajahnya melebihi aktor tertampan seluruh dunia. Sonia semakin mengeratkan peluknnya pada lengan Fransis, matanya berkilat tajam seolah dia ingin mengatkan pada semua orang bahwa pria ini adalah milikku jadi jangan liri-lirik apa lagi menatapnya berlama-lama. Sementara itu, Fransis jutru tak terganggu sama sekali dan tidak menggubris para manusia yang menatapnya seolah dia pangeran turun dari langit karena hal itu sudah biasa bagi Fransis. Fransis berjalan menuju meja kosong yang ada di restoran itu dan mendudukkan dirinya dengan nyaman disalah satu kursinya diikuti Sonia juga ayah dan ibunya. Sonia menolehkan matanya kesana kemari sesekali dia menyapu ruangan itu dengan pandangannya dan Fransis hanya tersenyum tipis sambil melirik istrinya yang terlihat sangat mengagumi restoran itu.
"Kau lihatin apa anak kecil?!" Tanya seorang sinis. Sonia tersentak mendengar pertanyaan dengan nada yang sinis, dia pun mendongakkan wajahnya pada asal suara itu. Terlihat seorang pria yang memakai seragam pelayan, dia memegang buku yang siap digunakan untuk menulis pesanan, Sonia memperhatikan pelayan itu mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki.
"Kau kira aku pencuri?! cepat pesan apa!"Tanya pelayan itu judes. Sonia pun merengut sebal. kemudian dia beralih pada menu makanan yang berada dalam genggamannya, mata Sonia terbelalak sangking terkejutnya.
"APA.....". teriaknya membuat semua orang terlonjak kaget bahkan terlihat banyak pengunjung menoleh kearah Sonia. Sementara itu, Sonia merasa sudah membuat ketidak nyamanan pada pengunjung lalu dia menoleh kearah Fransis. Fransis terlihat menatap Sonia dengan tatapan memberi peringatan seolah tatapan mata itu berkata'jangan buat malu' Sonia menjadi merasa bersalah pada suaminya, siapapun mengenal Fransis adalah seorang pengusaha sukses dibidangnya, perusahaannya saja sudah terkenal manca negara dan memiliki cabang perusahan ratusan tidak mungkin dia tidak sanggup membayar menu direstoran itu, kemudian Sonia pun memesan beberapa jenis makanan dan minuman dan pelayanpun mencatat pesanan Sonia dan pergi meninggalkan mereka, sementara itu, Sonia masih terheran-heran melihat daftar harga menu makanan yang menurut sonia harganya selangit.
"Kaka," panggil Sonia dengan suara sedikit seperti berbisik.
"Hn,"Jawab Fransis singkat tanpa menoleh kearah istrinya.
"Kenapa makanan disini harganya selangit satu porsinya? memang rasanya seenak apa? palingan juga lebih enak semur pete masakan ibu," Ucap Sonia bersungut-sungut. Sonia tidak sadar ucapannya sudah membuat wajah ibunya sudah memerah bagai kepiting rebus akibat menahan malu, menurut ibunya Sonia benar-benar bicara yang tidak masuk akal membandingkan semur pete buatannya dengan masakan restorant didepan suaminya yang merupakan seorang bangsawan papan atas. Sementara itu, Fransis hanya melirik Sonia jengah seolah dia ingin berkata'mana ada semur pete lebih enak dari makanan retoran'. Sementara itu kini mata sonia beralih pada banyak pasang mata yang memperhatikan suaminya dengan tatapan memuja membuat sonia ingin membuat buta mata mereka satu/satu' sungguh hingga matahari terbit dari barat sonia tidak akan rela melihat suaminya diperhatikan semacam itu soniapun memiliki ide diapun segera berdiri dari tempat duduknya lalu berjalan memutar kebelakang fransis setelah itu dia mengalungkan lengannya dileher suaminya dan menumpukan dagunya dibahu fransis sambil manyun' fransis terlihat tidak kebertan sama sekali dengan sikap manja istrinya.
"aku heran deh' kenapasi mereka memperhatikan kakak' melihat suamiku ini' dengan tatapan memuja gitu..akukan jadi kesal". Ucap sonia sewaot. Kemudian fransis menarik tangan sonia diapun mengikuti tanpa ada perlawanan 'lalu fransis membanting sonia kedalam pangkuannya' sonia menjadi tersipu malu melihat perlakuan fransis apa lagi saat fransis melingkarkan lengannya dipinggang ramping sonia dan menyandarkan kepalanya dibahu istrinya sonia semakin memerah saat suara fransis berbisik begitu merdu ditelinganya.
" karena mereka terpesona dengan suamimu". Ucap fransis ditelinga sonia. Sonia semakin merengut mendengar ucapan fransis.
"lalu apa kakak suka". Tanyanya dengan nada curiga.
"menurutmu". Ucap fransis menggoda istrinya membuat sonia semakin tidak karuan kemudian dia membalikkan badannya dan kini dia menghadap suaminya secara langsung' sonia memperhatikan wajah rupawan suaminya secara intens.
'benar-benar sempurna'. Batin sonia mengagumi. Hal itu membuat wajah sonia lagi- lagi memerah dengan sendirinya' fransis hanya tersenyum tipis melihat ekspresi istrinya yang menurutnya imut. Sonia masih belum bersedia melepaskan pandangannya dari wajah suaminya dia terus mengagumi pahatan sempurna itu tanpa sadar jemarinya menelusuri setiap lekuknya sesekali sonia tersenyum sendiri' tiba-tiba angannya melambung tinggi sonia membayangkan saat suasana romantisme hanya berdua didalam kamar pengantin' disaat mereka saling beradu pandang 'sonia bahkan membayangkan bagaimna suaminya yang begitu menawan memilikinya memanjakannya dan saat jemari fransis membelainya dengn lembut.
"kau siap bercinta denganku?". Tanya fransis dengan suara yang sangat sexi soniapun mengangguk.
"tapi kenapa kakak masih berpakean lengkap bukannya harusnya.....". Tanya sonia heran.